Mohon tunggu...
Aryanto Husain
Aryanto Husain Mohon Tunggu... Freelancer - photo of mine

Saya seorang penulis lepas yang senang menulis apa saja. Tulisan saya dari sudut pandang sistim dan ekonomi perilaku. Ini memungkinkan saya melihat hal secara komprehensif dan irasional.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Planning Fallacy

3 Februari 2022   18:39 Diperbarui: 3 Februari 2022   18:49 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

"Kami tidak mencapai target tahun ini, soalnya tidak didukung anggaran yang memadai." Jawaban ini selalu menjadi argumen, bahkan keluhan  pada setiap rapat perencanaan dan evaluasi program/kegiatan. Apakah benar keberhasilan pelaksanaan program/kegiatan pembangunan semata-mata akibat kurangnya anggaran?

Anggaran memang menjadi salah satu unsur penting dalam keberhasilan program / kegiatan. Tapi, tentu saja tidak bisa menjadi  alat pembenar keberhasilan dan kegagalan. Berhasil tidaknya program/kegiatan juga ditentukan oleh faktor lain mulai dari kapasitas SDM pelaksana, waktu, pemakaian material atau peralatan,  hingga penerapan mekanisme atau metodologi tertentu.

Meskipun demikian keberhasilan pelaksanaan program/kegiatan pembangunan sangat tergantung perencanaannya.  Benjamin Franklin pernah mengatakan jika anda gagal melakukan perencanaan, anda sedang merencanakan kegagalan. Jelas, sukses pembangunan tidak  by accident, namun didukung pengetahuan kemana dan bagaimana bisa sampai ke suatu tujuan. Dan itu hanya melalui perencanaan yang baik.  

Dalam sistim perencanaan pembangunan, kita sering mendengar konsep perencanaan HITS - tematik, holistik, integratif, dan spasial. Konsep ini adalah penjabaran perencanaan yang menyeluruh mulai dari hulu hingga hilir.  

Sejatinya, perencanaan adalah rangkaian kegiatan yang memadukan pemangku kepentingan dan pendanaan dalam satu kesatuan wilayah atau keterkaitan antar wilayah.  Dia menjadi pemandu arah untuk mencapai suatu goal. Dengan arah yang jelas ini, para pemangku kepentingan bisa bekerja sama satu sama lainnya.

Perencanaan mengurangi ketidakpastian, bisa mengantisipasi adanya perubahan sekaligus mengoptimalkan responnya. Banyak program/kegiatan yang "mubazir" dan berulang bisa diminimalisir jika proses perencanaan dilakukan secara terkoordinir dan terpadu.

Intinya, perencanaan adalah hulu dari sebuah proses yang saling terkait dalam pembangunan. Hasil yang baik tergantung perencanaan yang baik, dan sebaliknya. Tentu saja kondisi dan proses tidak selalu optimal. Proses perencanaan seringkali diwarnai planning fallacy, kesalahan perencanaan akibat bias kognitif yang sering melanda para perencana.

Planning fallacy adalah kecenderungan meng-underestimate berbagai faktor penting dalam perencanaan. Mulai dari soal waktu, SDM hingga berbagai resiko dalam penyelesaian suatu kegiatan.  Tentu saja termasuk masalah pembiayaan.

Planning fallacy terjadi saat perencana terlalu fokus pada aspek perencanaan tertentu, mengecilkan elemen risiko dan  terlalu optimis dengan kemampuan yang ada pada saat itu. Bias kognitif ini sering dihubungkan dengan orientasi individu manusia dengan positivity. Para perencana sering sangat optimistis akibat kejadian-kejadian positif dimasa lalu, dan cenderung mengabaikan hal-hal sebaliknya.

Akibatnya, mereka terjebak dengan informasi positif dalam perumusan perencanaan dan luput menangkap faktor-faktor krusial lainnya. Hammond, dkk. dalam the Hidden Traps in Decision Making mengatakan gejala ini sebagai anchoring trap (jebakan jangkar). Jebakan ini memberi bobot yang tidak proporsional terhadap informasi yang pertama kali diterima

Anchoring trap bisa membuat para perencana terlalu bergantung pada informasi awal saat merumuskan perencanaan dan keputusan. Karena hal ini, maka informasi yang datang belakangan sering terabaikan, kalaupun ada hanyalah penyesuaian sedikit.
 
Pakar ekonomi perilaku, Daniel Kahneman, mengatakan kondisi  ini disebabkan keterbatasan  mengelola informasi dan menyelesaikan persoalan yang digunakan dalam memutuskan sesuatu tindakan, atau bounded rationality. Bounded rationality mendorong individu membatasi jumlah penalaran yang  mereka gunakan ketika harus membuat keputusan karena ingin menghemat upaya kognitif yang diperlukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun