Mohon tunggu...
Aryanto Wijaya
Aryanto Wijaya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Bekerja sebagai Editor | Jatuh cinta pada Yogyakarta Ikuti perjalanan saya selengkapnya di Jalancerita.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berfoto dengan Bule, Etiskah?

6 Desember 2015   22:00 Diperbarui: 7 Desember 2015   03:50 3628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Anthony Aoun, seorang Perancis yang diminta foto bersama oleh siswi SMA di Candi Ijo. (Dok. Pri)"][/caption]

"Mister, eheehehe, picture please," ucap seorang perempuan sembari menahan malu. Permohonan semacam itu lumrah terjadi di daerah-daerah wisata sarat turis asing terutama bule, sebutan lain untuk turis-turis kulit putih dari Barat. Entah apa yang jadi keistimewaan dari turis-turis bule tersebut, tetapi yang jelas ini adalah perilaku unik orang Indonesia selain keramahan masyrakatnya.

Mengisi waktu luang sebagai host bagi turis-turis backcpacker yang berkantung tipis memang memiliki kisah tersendiri. Ada bule yang memang baik namun tak jurang pula rese, mau untung sendiri. Namun, disitulah keunikannya, bertemu dengan berbagai macam jenis manusia yang berbeda tentunya memperkaya wawasan kita dan memperkaya relasi.

Salah satu agenda wajib yang dilakukan ketika kedatangan tamu asing tersebut adalah mengajaknya berkeliling Yogyakarta. Biasanya mereka selalu memiliki tujuan utama kalau tidak Borobudur ya Prambanan, selain dari itu mereka akan pasrah akan saya bawa berkeliling kemana.

Sebagai host yang baik saya selalu menyediakan temple trip selama satu hari, yaitu berkeliling ke candi-candi kesepian di Yogya, mulai dari Candi Ijo hingga Candi Plaosan yang memiliki pemandangan khas dan tentunya gratis untuk dikunjungi.

Ketika tiba di obyek wisata, semua turis akan membaur, entah dia bule ataupun turis lokal. Apabila sedang memasuki long-weekend atau musim liburan sekolah bisa dipastikan tempat wisata tersebut akan dijejali oleh turis-turis lokal yang doyan berfoto di setiap sudut.

Tak jarang, dalam adegan foto bersama, turis lokal yang adalah orang Indonesia tersebut menyelipkan bule untuk diajak foto bersama. Bule yang berpenampilan rupawan akan jadi selebritis nomor satu. Tak jarang sehabis foto mereka juga melakukan wawancara singkat pada si bule. 

Rupa, masih menjadi faktor pertama yang dilihat seseorang. Apabila si bule itu ganteng, maka perempuan-perempuan muda bahkan ibu-ibu akan meminta foto bersama sembari sedikit grogi. Apabila si bule itu cantik maka para lelakilah yang akan mendekati dan mengajak foto. Umumnya, yang meminta izin untuk foto hanya satu orang, tapi yang berfoto tentunya berbanyakan.

Nah, pertanyaannya, apa sih yang ada di benak si bule ketika puluhan orang bergiliran meminta foto bersama dirinya? 

Setiap bule memiliki karakter pribadinya tersendiri. Ada yang merasa senang ketika diajak berfoto bersama, ada yang merasa risih, ada pula yang merasa malas dan sebisa mungkin menghindar dengan memasang muka judes atau sok sibuk ingin buru-buru pergi ke suatu tempat. 

Pertama, mari kita bahas dari sosok bule yang ramah. Salah satu kawan dari Jerman yang bernama Johannes Tschauner bisa dibilang dia adalah bule paling ramah dari puluhan bule lainnya yang pernah saya jumpai. Dalam pernyataannya ketika ditanya perihal pendapatnya atas mendadak artis tersebut, dia memaklumi perilaku orang Indonesia tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun