Mohon tunggu...
Aryanto Wijaya
Aryanto Wijaya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Bekerja sebagai Editor | Jatuh cinta pada Yogyakarta Ikuti perjalanan saya selengkapnya di Jalancerita.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Banyuwangi, Mutiara di Timur Jawa

28 Maret 2016   21:08 Diperbarui: 28 Maret 2016   22:16 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pohon yang berbentuk setengah lingkaran ini menjadi spot favorit untuk berfoto. (Dok. Pribadi)"]

[/caption]

Jalanan rusak terkadang membawa suka. Selain dari laju kendaraan yang harus lambat, nampaknya itu jadi alasan untuk kami menikmati vegetasi hutan hujan khas Baluran. Sesekali, beberapa ekor ayam hutan yang cantik melintasi jalanan, namun sayang tak sempat difoto.

Puas dengan jalanan berlubang yang membuat badan bergetar kami tiba di Savana Bekol yang menjadi ikon Baluran. Jika ingin merasakan sensasi Afrika yang kering, baiknya datang kala kemarau panjang. Berhubung kami tiba saat musim penghujan, maka savana ini menjadi hijau, jauh dari kuning-kuning gersang seperti di Afrika.

[caption caption="Spot foto khusus untuk pengunjung di Savana Bekol"]

[/caption]

Savana Bekol selain menjadi spot favorit pengunjung juga menjadi spot yang diminati gerombolan banteng. Di beberapa bagian terdapat genangan lumpur yang sangat diminati oleh kerbau-kerbau. Sesekali mereka melintasi savana, kemudian hilang kembali ditelan hutan. Menjelang sore sekawanan rusa hutan juga menampakkan dirinya seolah penasaran dengan manusia-manusia yang mungkin mengusik ketenangan mereka.

[caption caption="Tengkorak yang dipajang di sudut Savana Bekol"]

[/caption]

Di tengah siang bolong yang panas, kami berteduh di bawah pohon tengah savana. Pemandangan unik pun terjadi, sejoli kerbau tak kuasa menahan nafsu hingga terjadilah adegan kawin di tengah savana. Pemandangan unik bukan? Inilah alam, dimana proses reproduksi berlangsung secara natural.

[caption caption="Savana Bekol dilihat dari Menara Pandang. Jika tidak musim kemarau, kesan Afrika akan berkurang karena savana berwarna hijau bukan kuning"]

[/caption]

Dari Savana Bekol kami melanjutkan perjalanan ke Menara Pandang. Sebuah menara reyot bertengger di atas bukit, dari atas menara inilah kita dapat mengamati kehidupan liar di Baluran. Perlu berhati-hati karena monyet di sini mengintai bagai bandit sekalipun kita tidak membawa makanan. Di tangga sempit ternyata ada dua ekor monyet memalak kami. Tak perlu kuatir, karena monyet takut dengan sesuatu yang panjang. Cukup ayun-ayunkan tripod dan gertakan maka mereka akan lari menjauh.

Lebih masuk lagi ke Baluran kami tiba di Pantai Bama, sebuah pantai pasir putih yang tenang di laut Jawa. Puluhan monyet kembali menyambut kami. Kali ini mereka lebih garang, tak hanya mendekat mereka bahkan loncat dan duduk-duduk di jok motor.

Lupakan soal monyet, Pantai Bama menyajikan ketenangan yang membawa damai. Pantai beriak tenang ini dikelilingi oleh vegetasi mangrove atau bakau, airnya pun jernih. Beberapa ulasan di blog berkata kalau pantai ini kotor, namun saat tiba disana ulasan itu tidak terbukti. Kami beruntung karena Pantai Bama kala itu sepi, tak ada pengunjung selain kami dan monyet-monyet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun