Akhirnya aku memilih diam. Menjauh. Dan saat itu, aku benar-benar sadar bahwa sendiri bukan berarti kalah. Justru di situlah aku mulai pulih.
Dalam hari-hari sepi itu, aku mulai menulis. Menyusun kata yang dulu hanya berkecamuk di hati. Kadang curhat, kadang hanya puisi pendek.
Tapi lewat tulisan-tulisan itu, aku jadi lebih jujur pada diri sendiri. Rasanya seperti ngobrol dengan sahabat yang paling ngerti aku yaitu aku sendiri.
Kesendirian juga ngajarin aku banyak hal tentang batasan, tentang siapa yang benar-benar peduli, dan tentang pentingnya memberi waktu buat diri sendiri.
Aku jadi tahu kapan harus istirahat, kapan harus berhenti memaksakan diri untuk terlihat baik-baik saja.
Tentu, nggak semua orang cocok dengan kesendirian. Tapi kalau kamu sering merasa kelelahan padahal nggak tahu kenapa, mungkin itu tanda bahwa kamu butuh waktu sendiri.
Bukan buat lari dari masalah, tapi buat menyusun kembali diri yang mulai berantakan.
Sendiri itu nggak selalu buruk. Kadang malah jadi momen paling penting untuk sembuh, untuk bertumbuh, dan untuk kembali jadi utuh.
Kadang, justru dalam diam kita menemukan suara hati yang paling jujur.
Dan buat kamu yang sekarang mungkin sedang sendiri juga, percayalah kamu nggak salah. Kamu nggak aneh. Kamu hanya sedang memberi ruang bagi jiwamu untuk bernapas.
Nikmati momen itu. Peluk kesepianmu, bukan sebagai musuh tapi sebagai teman yang sedang mengajakmu pulang ke diri sendiri.