Mohon tunggu...
Salafudin Aryan
Salafudin Aryan Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa

Masih belajar (untuk tetap) membaca dan menulis. Semoga tulisan-tulisan kecil dan sederhana ini dapat bermanfaat...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wali Songo untuk Santri dan Indonesia

26 Agustus 2019   09:44 Diperbarui: 26 Agustus 2019   09:52 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum islam masuk, masyarakat Indonesia telah memiliki sistem kepercayaan tersendiri. Yang pertama adalah kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme adalah kepercayaan yang menganggap bahwa setiap benda memiliki roh. 

Sehingga pada prakteknya mereka akan melakukan ritual-ritual yang menurut keyakinan mereka, dapat mendatangkan keselamatan terhadap kedidupannya. sedangkan Dinamisme adalah kepercayaan yang menganggap bahwa beberapa benda tertentu memiliki kekuatan ghaib yang bisa menolong manusia dari ancaman-ancaman. mislnya keris, cincin, batu akik, dsb.

Setelah lama kemudian, agama Hindu dan Budha masuk ke Indonesia. Beberapa ahli mencoba menjelaskan teori datanganya dianataranya yaitu Teori Brahmana, Teori Waisya, Teori Ksatria, Teori Arus balik, dan Teori Sudra.

Agama Hindu-Budha diterima baik oleh masyarakat nusantara. Sebab, keyakinan yang diajarkannya hampir sama dengan keyakinan yang dianut masyarakat sebelumnya. Karena sifat keterbukaan yang dimiliki warga nusantara inilah yang menjadikan agama Hindu-Budha berkembang pesat di daratan nusantara. Perkembangannya ditandai dengan adanya prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Hindu-Budha dan juga candi-candi sebagai tempat ritualnya yang masih tetap kokoh hingga sekarang.

Tentunya, dengan adanya agama baru yang masuk dan diterima dengan tangan terbuka di nusantara, maka perlahan budaya-budaya barupun akan bermunculan. mulai dari kesenian, hingga arsitektur bangunan.

Setelah sekian lama agama Hindu-Budha berkembang di Nusantara, Islam mulai masuk ke wilayah Nusantara. Dan kemuculan agama Islam di nusantara masih banyak sekali teori berceceran yang sampai saat ini belum menemui titik terang , baik tentang periode waktunya maupun dari siapa yang pertama menyebarkannya. Tetapi, di sini yang di bahas bukanlah soal kapan dan siapa, melainkan “bagaimana”. Bagaimana atau seperti apa cara yang dilakukan para mubaligh untuk menyebarkan islam di Indonesia...

Nusantara, dilihat dari latar belakang kebudayaan dan tradisinya sangatlah beragam (Seperti keterangan di atas). Maka dari itu agama Islam masuk menggunakan cara yang Lentur dan Padat. Lentur pada tampilan luarnya dengan proses akulturasinya, dan padat pada bagian isinya dengan menyisipkan budaya ke-islam-an kedalam budaya setempat yang telah dimodif tersebut. Dengan begitu, keberagaman yang sudah dimiliki dan dilestarikan sejak nenek moyang tidak akan pecah dan hilang oleh kebudayaan baru yang berbeda.
Hal itulah yang dilakukan oleh para da'i di nusantara, salah satunya adalah 9 mubalig yang tersebar di tanah jawa yang biasa disebut walisongo. Namun sebagian versi sejarah menyebutkan bahwa walisongo adalah dewan mubaligh yang apabila salah seorang dari anggota dewan terebut pergi atau meninggal dunia maka akan di ganti oleh wali lainya. Sehingga jumlah dari walisongo bukanlah hanya 9 orang, Melainkan lebih. dan entahlah, teori yang manakah yang benar sesungguhnya. Wallahu a'lam

Versi sejarah walisongo yang berjumlah lebih dari 9 orang, menyebukan bahwa salah satu dari walisongo periode pertama adalah Syekh Subakir. Didalam buku "Kisah perjuangan Walisongo" karya MB. Rahimsyah menceritakan bahwa, beliau adalah seseorang yang ahli dalam hal memberantas dan membabat tempat-tempat angker yang dihuni jin-jin yang menyesatkan manusia. 

Beliau ditugaskan karena melihat kondisi jawa yang sebelumnya adalah pulau yang banyak di huni oleh bangsa jin dan dedemit yang banyak meresahkan warga. Karena kala itu keyakinan animisme dan dinamisme masih mengakar di jiwa penduduk jawa. Sehingga hingga kini masih terasa jejaknya seperti cerita-cerita mitos, legenda, dll yang sampai sekarang dari beberapa cerita itu masih memiliki saksi-saksi bisunya.  

Dengan adanya Syekh Subakir di Jawa, tempat-tempat yang dulunya angker sekarang berubah menjadi tempat yang layak dihuni manusia. Sehingga para wali dalam menyebarkan ajaran islam bisa lebih mudah dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang sekarang kita kenal dengan Pondok Pesantren. Dengan adanya pesantren, maka dakwah walisongo akan semakin mudah untuk berkembang.

Dengan kekompakan dan juga rasa toleran mereka terhadap budaya dan kepercayaan nusantara yang beragam, walisongo berhasil membawa Islam di Indonesia kepada jumlah yang seperti sekarang ini. Dengan tanpa mengurangi keberagaman Nusantara satupun. Dan justru memperbanyak budaya kearifan lokal yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun