Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pendakian ke Gunung Gede yang Bikin “Kapok”

25 Oktober 2016   22:31 Diperbarui: 26 Oktober 2016   10:52 7602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Gede Pangrango dilihat dari Gunung Salak (Dok. Yani)

 Di jalur ini hanya diberi pegangan berupa seutas tali, dan pijakan batu, padahal jalurnya licin dan sempit dengan sisi kiri jurang. Di Pos Rawa denok 2, saya dan 3 orang teman menunaikan sholat Ashar dengan air wudhu dari air pada daun-daun yang tersiram air hujan, sedangkan 2 orang lainnya sudah jalan duluan. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore ketika kami mulai melanjutkan perjalanan kembali. Saya kembali tertinggal jauh di belakang dibanding teman saya yang lain padahal hari sudah mulai gelap. 

Berkali-kali saya didahului oleh pendaki lain. Saya cuma bisa pasrah sambil berjalan perlahan sembari berdoa. Lutut saya yang lunglai membuat langkah kaki menjadi kurang kokoh untuk menahan beban tubuh. Saya terjatuh sampai dua kali, dan untunglah pada saat itu beriringan dengan rombongan lain. 

Alhamdulillah pertolongan Allah selalu datang tepat pada waktunya, mereka baik semua, ada yang bersedia membawakan keril saya sampai turun di Cibodas. Bahkan ada yang memakaikan pembalut di jari kaki saya, tapi sudah tidak berpengaruh karena jempol kaki saya sudah terlanjur sakit. Terima kasih ya bu, pak, mas yang tidak saya ketahui namanya siapa.

Di perempatan Cibereum saya kembali bertemu 4 orang teman saya, sedangkan 1 orang lagi sudah sampai duluan di Cibodas. Sepanjang jalan saya berpegangan pada tangan salah seorang teman karena sudah tidak sanggup menahan beban tubuh saat melangkah turun. Jarak yang tidak sampai 3 km dengan kontur landai berbatu terasa jauh dan lama. 

Alhamdulillah menjelang jam 9 malam akhirnya kami sampai juga di Pos Cibodas. Jadi total perjalanan turun ditempuh dalam waktu 10 jam. Saya bersyukur karena masih diberi kekuatan untuk berjalan meskipun kepayahan. Waktu itu saya dengar ada pendaki lain yang sampai ditandu karena tidak bisa berjalan lagi.

*****

Sehari setelah pulang mendaki, tepatnya saat bangun tidur, rasanya badan tidak bisa digerakkan. Saya juga baru sadar bahwa jempol kaki saya berdarah karena pinggiran kukunya terangkat dari kulit, serta warnanya membiru. 

Bahkan hingga tulisan ini dibuat, sudah 3 minggu berlalu setelah pendakian, kuku jempol/jari tengah kaki saya masih cenat-cenut, dan warnanya nano-nano seperti diberi kutek alami biru (mirip kena tinta pemilu), oranye dan kuning kecoklatan. Ya anggaplah sebagai kenang-kenangan. Tetapi rasanya gak mau deh kalau disuruh mengulang naik Gunung Gede lagi. Entahlah kalau kaki saya sudah pulih. Konon katanya orang naik gunung itu kapoknya bikin ketagihan :-)

Salam pendaki amatiran

Bogor, 25 Oktober 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun