Mohon tunggu...
Ben Aryandiaz Herawan
Ben Aryandiaz Herawan Mohon Tunggu... Pedagang -

Scire et Praevidere

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manusia dan Ceritanya: The Celestial Coffee

27 April 2016   05:10 Diperbarui: 27 April 2016   07:06 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

The Celestial Coffee, sebuah kedai kopi kecil di bumi Lembang

Baru saja kemarin saya menulis jawaban di Quora, dengan pertanyaan “What do you find beautiful that most people do not?”, dan saya menjawab dengan lantang : Bromance. Sedikit info untuk anda yang belum tahu, bromance merupakan singkatan dari kata ‘bro’ dan ‘romance’. Artinya, bromance adalah suatu bondingship antar lelaki yang penuh dengan rasa sayang, rasa memiliki, rasa satu tujuan, rasa saling mengerti, dan rasa hormat tanpa mengurangi esensi dan nilai dari ‘laki’ itu sendiri. Ya, bromance ini menurut saya adalah sesuatu yang indah. Saya pun merasa beruntung bisa melihat dan merasakan bromance ini di The Celestial Coffee, sebuah kedai kopi kecil di Lembang.

The ‘Holy’ Reason 

Adalah Nico, Azhari, Septian dan Dadang. Mereka ber-4 adalah pendiri dari Celestial Coffee, sebuah kedai kopi yang menurut saya menjadi pioneer di Lembang. Alasannya, kedai kopi merekalah yang pertama menggunakan konsep open kitchen dengan segmen dan gaya anak-anak muda. Tapi buat saya, mereka menjadi pertama bukan karena hal ini, tapi karena alasan dibalik kenapa mereka ingin membuka kedai kopi : Menaikan pamor Kopi Lembang. Ya, disaat kebanyakan orang hanya menginginkan profit dan laba saat membuat suatu usaha, mereka justru ingin menaikan kembali pamor Kopi Lembang yang sempat punah dahulu. Inilah alasan yang saya bilang ‘suci’, karena tidak semua orang memiliki tujuan seperti ini.

Demi menaikan pamor kopi Lembang, mereka mencoba berbagai macam cara. Yang pertama adalah, mereka menggaet komunitas pecinta Kopi Lembang yang bernama Lembang Coffee Society. Mereka yakin, dengan berkumpul bersama orang-orang yang memiliki satu visi dan pandangan, tujuan mereka akan lebih cepat tercapai. Berkat brainstorming, tukar menukar ide, dan saling tukar pendapat membuat mereka sadar, bahwa mereka perlu wadah untuk sarana edukasi orang awam tentang Kopi Lembang. Mereka perlu tempat yang benar-benar bisa mengenalkan Kopi Lembang, mengubah mindset orang-orang bahwa Lembang itu punya kopi yang dulu pernah terkenal. Dan karena alasan ini juga lah mereka ber-4 membuat Celestial Coffee.

pic1-571fe5c6f47a61c20cba9a56.jpg
pic1-571fe5c6f47a61c20cba9a56.jpg
Celestial Coffee Open Kitchen

Their Unsung Vision

Celestial Coffee bisa dibilang wujud nyata dari aksi mereka. Kedai kopi ini pun sengaja dibuat dengan tema open kitchen. Alasannya, mereka ingin mencoba mengedukasi para tamu yang datang tentang kopi. Mereka dipersilahkan oleh barista untuk mencoba membuat kopi nya sendiri, jika mereka mau. Disaat inilah mereka akan mengedukasi tentang kopi dan sarana-sarana nya kepada pengunjung yang masih awam pengetahuan tentang kopi ini. Akan juga ‘diselipkan’ informasi tentang Kopi Lembang, bahwa Lembang itu punya kopi loh, dari bibit, lahan, petani sampai barista. Dari hulu sampai hilirnya, Lembang memang sejatinya punya kopi. Menurut saya, pengetahuan yang diberikan dengan cara seperti ini brilian. Dengan cara seperti ini, pengunjung akan mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan kepuasan akan kopi yang dibuatnya sendiri. Saya percaya, dengan cara seperti ini akan semakin banyak orang yang menyebarkan berita bahwa Lembang punya kopi-nya sendiri. Atau mungkin, Lembang akan punya penggemar setianya sendiri.

Yah, Lembang memang dikenal sebagai ‘kota’ turis dengan segala wisata-wisatanya, termasuk kopi. Saya sendiri sudah 6 tahun tinggal di Lembang. Tapi meskipun sudah tergolong lama, saya pun baru tahu bahwa ternyata di beberapa kedai kopi terkenal di Bandung, banyak barista-barista yang berasal dari Lembang. Bahkan, suplai kopi nya pun ada yang berasal dari Lembang. Ternyata banyak barista dan sumber daya lainnya yang memilih untuk ‘berkarya’ di Bandung. Inilah salah satu hal yang disayangkan oleh mereka. Mereka merasa bumi Lembang merupakan bumi yang kaya, tapi kurang sumber daya manusia untuk memberdayakannya. Banyak sarjana-sarjana yang kemudian memilih untuk bekerja di luar Lembang, tanpa pernah kembali dan memajukan tanah kelahiran mereka. Padahal, jika saja mereka kembali dan membuat sesuatu, maka Lembang pasti akan jauh lebih maju dari sekarang.

p-20160424-210347-571fe557f47a61ec0cba9a48.jpg
p-20160424-210347-571fe557f47a61ec0cba9a48.jpg
Azhari, Septian, dan Nico.

Saya kagum dengan mereka ber-4, dan saya beruntung bisa mendengarkan cerita mereka. Banyak pelajaran yang bisa saya dapatkan setelah mendengar cerita-cerita mereka. Mulai dari bagaimana mereka bertemu, passion mereka bersama di kopi, hingga rencana mereka untuk memajukan Lembang. I can feel their bromance, their love and respect, their purpose, even their same vision. Meskipun mereka berasal dari latar pendidikan dan umur yang berbeda jauh, mereka tetap memiliki kesamaan : satu visi dan misi mulia. Saya pribadi merasa, hanya orang-orang seperti merekalah yang bisa maju sekaligus memakmurkan daerahnya. Mereka tidak pernah lupa dimana mereka menapak, walaupun mereka sekarang sedang terbang menggapai mimpi mereka.

Salute to you all, brothers!

-----------------------------------------------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun