Pagi dingin kembali menyapa kalbu
Jendela duniaku enggan menyapa mentari pagiMu
Remuk raga masih menggelayut jiwaku
Hasil pertarungan ragaku ragamu
Perlahan indera penciumanku tergelitik aromamu
Tak lama mataku tergoda pula rayuan mautmu
Sosokmu begitu anggun pagi itu
Secangkir kopi racikan istriku
Istriku, senyumanmu begitu manis pagi ini
Semanis kopi pagi yang tak lajang lagi
Semanis kopi kehidupan maestro alam ini
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!