PENDEKAR PEDANG SUNYI (3)
Kelabang Ireng mendobrak sana dan sini, begitu ia tak menemukan apa yang dicarinya segera ia perintahkan tempat itu dibakar.
Satu demi satu murid perguruan Pedang sunyi yang ia temui dengan keras ia jenggut ujung rambut kepalanya. Begitu yang ia tanya mengeleng tanda tak tahu  maka bilah Golok Karangantu mengayun menyelesaikan kehidupan anak-anak muda yang tak berdosa.
Satu dua melakukan perlawanan dengan beberapa jurus yang mereka  dapat dari perguruan namun dengan empat lima kali jurus penghindaran, kelabang Ireng mampu melumat mereka yang umumnya masih memiliki sedikit llmu dari perguruan Pedang sunyi.
"Kuingatkan sekali lagi hai murid murid Pedang Sunyi...barang siapa tak ada yang memberitahuku dimana Pedang guru kalian berada, aku tak akan segan melenyapkan kalian semua dari muka bumi!" kelabang Ireng kembali menyarungkan golok karangantu senjata pusakanya, darah mengalir saat ia menyusupkan ujung golok tersebut ke sarungnya.
Pusaka perguruan pedang sunyi yang bernama Pedang Surosowan lenyap bagai ditelan bumi bagi Kelabang Ireng. Mahesa telah merenggutnya cepat dari dinding tersembunyi kamar sang guru  sambil  ia berlari dan berguling menghindari dua orang yang menghalanginya di lumbung sebelum ia meluncur deras ke arus sungai yang deras.
Kelabang ireng marah bukan alang kepalang,hampir seluruh bangunan beratap sirap di perguruan itu lenyap oleh kobaran api yang tersulut dari ujung-ujung obor yang dibawa pasukannya.
"Kalian harus dapatkan pedang itu sebelum purnama nanti. Cari kemanapun sekitar hutan ini sampai dapat. Bunuh siapapun yang membawanya..cari sampai dapat!" suara geram dan mendengus terlontar dari mulut kelabang ireng yang dihiasi kumis yang lebat. Tubuhnya yang kokoh gempal bergerak kesana kemari memutar memberikan perintah pada pasukannya yang menunduk hormat padanya.
Obor-obor yang berisi api merah dan asap hitam masih  digenggaman mereka dan mereka bergerak berkeliling menyentuhkan ujung api pada benda yang mereka temui menuruti amarah pemimpin mereka, kelabang Ireng.
Tubuh kelabang Ireng melesat bagai panah, ia mendekati kuda yang terikat di gerbang perguruan, kuda yang konon ia dapatkan turun temurun dari bibit yang dibawa pasukan dari kapal 'Compagnie van Verre'.
Kuda putih berkalung bulu coklat itu berlari  cepat menyusuri pingiran sungai dengan suara gusahan kelabang ireng yang menunggang dengan jumawa. Menjauhi perguruan pedang sunyi yang merah membara.