Mohon tunggu...
arya arkananta
arya arkananta Mohon Tunggu... Pilot

Saya suka nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Gajah Mada dan Sumpah Palapa: Cikal Bakal Nusantara Bersatu"

28 Agustus 2025   08:15 Diperbarui: 28 Agustus 2025   08:15 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai mahasiswa yang tengah belajar memahami dinamika sejarah dan nasionalisme, sosok Gajah Mada menjadi figur yang sangat menarik untuk dikaji. Ia bukan hanya seorang tokoh penting dalam sejarah Kerajaan Majapahit, tetapi juga simbol semangat persatuan dan kekuatan politik nusantara di abad ke-14. Dalam konteks hari ini, nilai-nilai yang dibawa oleh Gajah Mada masih relevan untuk kita refleksikan.

Gajah Mada adalah Mahapatih (semacam perdana menteri) Kerajaan Majapahit yang paling terkenal. Ia dikenal luas melalui Sumpah Palapa-nya, yang tercatat dalam kitab Pararaton. Dalam sumpah tersebut, Gajah Mada bersumpah tidak akan menikmati rempah-rempah (palapa) sebelum berhasil menyatukan nusantara di bawah panji Majapahit. Sumpah ini bukan sekadar janji pribadi, tetapi menjadi cita-cita politik ekspansionis yang kemudian berhasil membentuk salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia.

Sebagai mahasiswa, saya melihat Gajah Mada bukan hanya dari sisi kejayaannya, tetapi juga dari bagaimana ia membangun visi, strategi, dan keberanian dalam menjalankan politik kerajaan. Di tengah keterbatasan teknologi komunikasi dan transportasi kala itu, Gajah Mada mampu menyatukan berbagai wilayah yang secara geografis sangat luas—mulai dari Sumatra, Jawa, Bali, hingga sebagian Kalimantan dan Sulawesi.

Namun, penting juga untuk melihat sisi lain dari tokoh ini. Beberapa kebijakan Gajah Mada, terutama ekspedisi militer, menimbulkan perdebatan etis. Misalnya, tragedi Bubat menjadi salah satu noda dalam karier politiknya, di mana niat pernikahan antara Hayam Wuruk dan putri kerajaan Sunda berakhir dengan pertumpahan darah. Sebagai generasi muda yang belajar berpikir kritis, kita harus mampu melihat tokoh sejarah tidak hanya sebagai pahlawan, tetapi juga sebagai manusia yang tidak lepas dari kesalahan.

Belajar dari Gajah Mada, kita diingatkan bahwa kekuatan visi, keberanian, dan kemampuan membangun strategi sangat penting untuk membawa perubahan besar. Di tengah tantangan zaman modern, mahasiswa Indonesia hari ini bisa mengambil semangat Gajah Mada dalam memperjuangkan persatuan, integritas, dan kontribusi aktif bagi kemajuan bangsa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun