Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Akhirnya Memakai Linux I

23 Agustus 2022   10:05 Diperbarui: 23 Agustus 2022   10:05 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kami sudah lama mengenal Linux. Bahkan, semenjak satu dekade silam. Semenjak kami mulai memiliki hak kepemilikan terhadap netbook berwarna pink keluaran Acer. 

Tentu, perkenalan kami dengan Linux tidak terjadi begitu saja. Butuh proses dan waktu yang panjang. Entah bagaimana awalan pastinya. Yang jelas, kami sedang berseluncur di dunia maya kala itu. Iseng-iseng mencari informasi tentang dunia informatika yang memang membuat kami takjub sedari awal. 

Hingga pada suatu kesempatan, kami mendapati sebuah judul artikel yang menarik. Sebuah judul yang membuat kami mengklik dengan cepat artikel tersebut. Menceritakan tentang suatu sistem operasi baru yang bernama Linux. 

Baca juga: Sepanjang Agustusan

Kebetulan salah satu distro yang dikemukakan bernama Ubuntu. Bukan kata-kata yang dikandung artikel yang memikat hati kami terhadap Linux ini, melainkan sebuah gambar dari tampilan muka Ubuntu. 

Sebuah gambar yang didominasi warna jingga. Lebih lanjut, tampilan antarmuka dari Ubuntu tersebut terlihat sangat berbeda dari Windows 7 di netbook mungil kami. 

Setelah membaca artikel tersebut, rasa penasaran kami memuncak. Apalagi kami masih sekitar sebelas tahunan kala itu. Kami begitu bersemangat ingin mencoba memasang Ubuntu tersebut ke netbook kami. 


Di usia segitu, kami telah berseluncur di laman resmi Ubuntu dan mencoba mengunduh .iso pemasangannya. Padahal, kami belum begitu memahami bahasa Inggris kala itu. Tapi, kami mengenal kata "download". Sebuah kata ajaib di dunia internet. 

Bersegeralah kami mencari kata "download" dan mengkliknya. Namun, ternyata waktu belum mengizinkan kami memasang Ubuntu kala itu. Hasrat keingintahuan kami dipaksa untuk tidur panjang dulu. 

Apalah daya, sebab kami hanya menggunakan jaringan internet mobile HSPA yang belum terlalu canggih kecepatannya. Pun, kami diganjal dengan keterbatasan kuota internet. 

Baca juga: Pena Hijau

Terpaksalah kami menggigit jari kala itu. Membatalkan pengunduhan kami. Membatalkan rencana akbar kami untuk memasang Ubuntu di netbook mungil berwarna pink tersebut. 

Semenjak saat itu juga kami vakum dari upaya menginstal kembali distro Linux di netbook kami. Walaupun kami selalu berupaya mencari informasi tentang sistem operasi tersebut. 

Selama satu dekade, kami hanya mentok di pengetahuan dasar saja. Seperti: Apa itu Linux? Siapa penggagasnya? Kenapa dia disebut open source? Dan lain sebagainya. 

Tetap satu hal yang membuat kami sangat penasaran dengan Linux ini, adalah tampilan terminal berlatar gelap dengan banyak kode berjalan. Sebuah imej yang begitu menjual tentang Linux.

Sampai pada tanggal 17 Agustus silam kami berkesempatan untuk mencoba memasang kembali distro Linux ke laptop hitam kami. Awalnya, kami mencoba distro Porteus. Kami merasa tertarik sebab distro tersebut katanya bisa dijalankan lewat flashdisk saja. Tanpa perlu booting ke sistem laptop. 

Dengan cepat kami segera mengunduh .iso nya. Tidak lupa kami mendownload aplikasi booting bernama Rufus. Aplikasi yang kami kenali dari salah satu video panduan di kanal Youtube. 

Setelah melakukan booting flashdisk, kami bersemangat ingin segera menggunakan distro Porteus. Segera kami me-restart laptop dan mencoba memasuki menu BIOS. Sialnya, kami lupa bagaimana cara memasuki menu BIOS tersebut. 

Hal yang terakhir kali kami lakukan juga satu dekade silam di tengah geger gempita kami dengan sistem informasi di netbook mungil. Itulah masa terakhir kami pernah masuk ke menu BIOS. 

Dengan berputus asa, kami mencari segala macam informasi ke Google. Ada yang mengatakan tekan tombol F1 ketika booting awal. Sudah kami lakukan dan tidak berhasil. 

Lalu, kami menemukan cara lain, yaitu masuk ke menu Setting. Lalu, masuk ke bagian Update and Recovery. Lalu, carilah Troubleshooting dan mintalah bagian yang Advanced. 

Lalu, kami diarahkan oleh sistem ke layar berwarna biru yang memiliki beberapa pilihan. Salah satunya tentang UEFI dan kami memilih itu. Barulah kami masuk ke BIOS. Suatu perjalanan yang sangat panjang.

Kami kemudian memilih pengaturan boot dan mengganti salah satu pilihan dengan Legacy First. Lalu, menekan F10. Seketika laptop kembali booting. Hati kami sangat senang. Akhirnya. Namun, bencana datang. Yang terlihat hanyalah sebuah layar hitam dan tulisan "MBR error." 

Awalnya panik dan khawatir. Andaikata kami berbuat blunder dan menjadikan laptop lima tahun ini tidak bisa digunakan lagi. Untung kami masih bisa berpikir jernih dan segera booting ulang dan menekan tombol apapun. F1 tidak ada efek dan kembali ke tulisan "MBR error." 

Kami booting ulang dan menekan tombol F2 secara terus-menerus ketika logo merek laptop muncul. Voila, ternyata berhasil. Itulah tombol pintasan menuju menu BIOS. Segera kami mengganti pilihan Legacy First tadi menjadi UEFI First. Dan booting lah laptop kami seperti sedia kala. 

Di tengah rasa kecewa. Ternyata malam itu kami gagal me-booting laptop kami dengan Porteus. Beruntung itu malam agustusan sehingga kami bisa menghibur diri dengan mendengar konser rakyat, dan berharap semoga kami mendapatkan jackpot dari acara kim kecil-kecilan.

Ditulis di Pekanbaru pada 21 Agustus 2022 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun