Mohon tunggu...
ARYA BYMA PERDANA MANIKA
ARYA BYMA PERDANA MANIKA Mohon Tunggu... UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Saya biasa dikenal batozaro karena memang maunya saya aja. Hobi saya akhir-akhir ini bengong aja seperti film oppenheimer, mungkin akan menjadi duplikat karena saya mulai menyukai fisika quantum. Kepala saya sering pusing karena melihat berita dari pemerintah, plis lah pak wowo selamatkan negeri ini karena suara saya sudah memilih anda. Keluh kesah saya selalu saya serahkan untuk sujud ke Allah dan setelah itu siap memutarkan lagu perunggu 33 dan Hindia Untuk apa/untuk apa. Sekian

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Katanya Berpendidikan Tinggi Tapi soal Buku saja di Kapitalisasi

29 April 2025   01:41 Diperbarui: 29 April 2025   01:41 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Keadaan Indonesia dari jaman kolonial hingga sekarang masalah pendidikan sangat tidak merata dan hanya untuk kalangan tertentu saja. Dibalik rendahnya pendidikan sangat berpengaruh kepada pola pikir masyarakat yang sangat apatis dan tidak memakai logika jika bertindak, berpikir, atau membuat keputusan.

Efek dari kolonialisme yang mana Indonesia saat masih disebut Hindia Belanda. Pendidikan oleh Kolonialisme sangat pemilih dan ber-efek kepada pola pikir yang menjadi dongo secara logika dan tindakan. Salah satu menanggulangi ke dongoan generasi dan cacat secara pola pikir ialah pendidikan dan edukasi dengan pembimbing yang cocok untuk memahami cara mengajar rakyat Indonesia, mau itu balita hingga orangtua. Akan tetapi sebenarnya yang paling terpenting itu ialah lingkungan terdekatnya yaitu keluarga. Karena lingkungan keluarga sangat berpengaruh kepada pola pikir dan kecerdasan emosional.

Pemerintah Indonesia pun seharusnya sudah sadar sejak lama kalau ingin terwujudnya Indonesia emas 2045 ya harus di imbangi dengan pola pikir masyarakat yang di nilai sudah baik setidaknya dari literasinya. Kesalahan pemerintah Indonesia setiap tahun itu mengganti kurikulum yang mana tidak adanya konsistensi dan membuat siswa sekolahan pun pada akhirnya akan kebingungan dan siswa sekolah pun hanya ikut saja sistem sekolah. Karena sistem pendidikan di Indonesia itu lebih berfokus membangun pola pikir pekerja bukan pelopor atau penyintas yang critical thinkingnya baik.

Terakhir menurut data UNICEF saja tingkat litersi di Indonesia itu 0,0001% yaitu 1:1000 yang membaca buku, kurang buruk apa literasi Indonesia? Seharusnya jika ingin membantu menjadi Indonesia maju setidaknya masalah buku tidak usah di kapitalisasi. Mau baca buku aja ada tekanan harus di kembalikan atau ada jangka waktu bila telat mengembalikan kena denda. Bagaimana mau membuat literasi di Indonesia maju kalo perihal buku saja sekikir itu.

Pramoedya pernah berkata " Bangsa yang rendah dalam literasi akan selalu rendah dalam peradaban ". Lalu Indonesia? Mau sampai kapan memiliki literasi yang rendah?

Ayo berubah bermulai dari diri sendiri meskipun 1%, tapi itu perubahan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun