Batu bara, 31 Jan 2019
Catatan Insipirasi
Manusia sudah terkonsep oleh Tuhan dan dirancang sedemikian rupa untuk menjadi makhluk yang bernilai dan juga menilai.
Tepatnya dunia edukasi yang menghantarkan manusia untuk  jadi produk Tuhan yang berprofil dan beridentitas kan makhluk yang bernilai.
SD, SMP, SMA, Bahkan Perguruan tinggi, mengolah dan menggelola manusia untuk jadi manusia terdidik, bukan manusia menggelitik.
Tepatnya diperguruan tinggi, bukan lagi jadi topik primordial bahwa nilai sudah disalah tafsir kan, bahkan menjadi trending topik bahwa IPK jadi tolak ukur berhasil atau tidaknya seseorang dalam prosesi akademis.
Siapa Yang tidak menginginkan IPK yang tinggi?
Bahkan keseluruhan Mahasiswa/i ingin merasakan hal itu, nmun ketika tidak mendapatkan nya bukan berarti kita telah masuk dalam jurang kegagalan, karna IPK hanya narasi, bukan substansi.
IPK adalah nilai akademik yang dilegitimasi dalam Kartu rencana studi, yang tak memberikan garansi bahwa Mahasiswa/i itu berpotensi.
Karna bisa saja nilai yang tertera dalam Krs adalah keberuntungan, bukan selaras dengan apa yang diperjuangkan dan yang ada di isi pikiran.
Legitimasi/absahnya nilai yang didapatkan dalam dunia kampus, tak menjamin Anda masuk dalam gerbang masa Depan yang bagus, karna era digital sekarang nilai portal/nilai ijazah adalah syarat kumulatif secara administrasi, selebihnya seseorang dituntut jadi pekerja yang aktif.
Bayang kan, aktifnya seseorang itu dimasa kerja bukan hasil dari nilai perguruan tinggi, tapi memang ia merupakan manusia yang telah dikader oleh kampus untuk berpotensi, bukan hanya andalkan nilai tinggi yang Cukup menghantarkan pada tingkat sensasi.