Mohon tunggu...
Inspirasinews
Inspirasinews Mohon Tunggu... Ilmuwan - Arwan Syahputra

Idealisme adalah Kemewahan terakhir yang dimiliki pemuda. (Tan Malaka -Bapak republik yang terlupakan)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kearifan lokal

7 Januari 2019   20:38 Diperbarui: 7 Januari 2019   20:58 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Goresan pena

Tanah aceh yang ku pijak adalah tempatku menempuh pendidikan.Barisan bukit mati yang menggunung adalah keindahan alammu.
Laut biru yang segar adalah pesona alammu.

Indonesiaku...
Negri elok penuh pesona
Gemulai berbagai tarian daerahnya.
Negri yang kaya budaya dan keanekaragamannya.
Kultur lokal telah terminimalisir.
Akibat globalisasi yang membuat budaya kocar-kacir.


Semua serba teknologis..
Budaya barat masuk untuk mengikis
Sekarang para pemuda abad milineal kini tidak lagi mengenal apa itu reog ponorogo
Dia tidak lagi mengenal apa itu tarian tor-tor
Dia tidak lagi mengenal apa itu rapa'i.
Dia lebih mengenal geng-geng sepeda motor.


Lihatlah pemuda sekarang lebih mengenal sebuah tren kepopuleran zaman.
Anak-anak kecil lebih mengenal mobile legend.
Dan dia tidak mengenal apa itu budaya leluhur.
Apa itu kultur-kultur nenek moyang.

Punah...
Hangus...
Mengikis
Habis...


Kita lihat wahai saudaraku.
Bahwa efek dari globalisasi semakin menjadi-jadi.
Lebel westernisasi, virus kebarat-baratan
Sungguh kebangetan.
Kita kenal indonesia.
Kita paham akan kebudayaannya.
Tetapi yang menjadi pertanyaan selalu di benak kita,adakah lagi budaya-budaya lokal?
Adakah lagi kearifan-kearifan lokal?.
Wahai pemuda aceh, wahai pemuda papua.
Dari sabang sampai merauke.
Lihatlah wahai pemuda penerus bangsa.
Kini tak lagi membudayakan budaya kearifan lokal.
Kini tempat yang mereka idolakan adalah warnet.


Sarangnya si mungil-mungil lucu.
Bukti bahwa kultur budaya indonesia telah hampir punah.
Mereka tidak mengenal lagi apa itu permainan kelereng.
Mereka tidak mengenal lagi apa itu permainan patok lele.
Mereka tidak mengenal lagi apa itu permainan engklek-engklekan.
Bahkan buta apa itu permainan ular tangga.
Lihatlah budaya lampaumu telah menipis.
Maka nenek moyangmu sedang menangis.
Ditatap nya budaya luar yang masuk dengan beringis.
Mencuci otak penerus bangsa yang tak kunjung habis.
Sungguh ibu pertiwi sangat sedih.
Melihat penerus bangsa yang tak kunjung sadar.
Mereka lebih mengenal...
Mereka lebih senang ..
Mereka lebih sayang dengan mobile legend.
Mereka lebih senang dengan point blank.
Lenyaplah sudah...
Budaya kita terbungkai..
Kultur kita terabai..
Virus globalisasi menjadi-jadi.
Kini kerap sekali menjadi perbincangan publik.
Yang menjadi pertanyaan kembali,adakah oeran kuta untuk menghadirkan  kultur-kultur budaya kita yang telah punah?
Adakah peran mahasiswa disini untuk menghadirkan budaya-budaya kita yang telah tercoreng?
Semangat kita telah pudar untuk menjaga kearifan lokal.
Di panggung yang kecil ini ku katakan pada kalian semua wahai sahabat.
Kita sangat merindukan kearifan lokal.
Kita rindu budaya indonesia.
Walaupun sekarang zamannya pos modern.
Bangkitkanlah semangatmu wahai pemuda.
Tumbuhkanlah semangat merubah kearifan lokal kita yang telah punah.
  

Goresan pena , Asri Vivi Yanti Sinurat

LHOKSEUMAWE 17 DESEMBER 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun