Tidak apa-apa jika obat tersebut tidak membahayakan hewan yang diujikan, bagaimana jika obat yang diujikan justru mematikan bagi hewan yang dujikan?Â
Tentunya tidak manusiawi menguji hewan dengan obat-obatan yang belum diketahui apa dampaknya bagi hewan tersebut. Jika saya mengkhususkan uji coba obat-obatan pada hewan simpanse, simpanse sendiri pun merupakan salah satu hewan yang sedang dilindungi, sebab simpanse adalah salah satu hewan yang terancam punah. Maka dari itu, uji coba virus HIV/AIDS pada simpanse tidak boleh dilakukan.Â
Apabila pengujian tersebut dipaksa untuk dilakukan, simpanse akan semakin jarang keberadaannya dan mungkin bisa punah, dan tidak bisa lagi melakukan pengujian obat pada simpanse.Â
Adapun undang-undang yang mengatur mengenai perlindungan pada hewan, yaitu KUHP Pasal 302. Berdasarkan berbagai data atau statistik, ditemukan bahwa cara/perlakuan pada hewan uji coba tidak terbayangkan. Mayoritas hewan-hewan yang diuji coba mengalami penderitaan dan rasa sakit bahkan sekalipun telah diberi anestesi.Â
Melakukan uji coba pada hewan menurut saya, benar-benar tidak bisa diterima. Berdasarkan data statistik dari Humane Society International, hewan yang digunakan untuk uji coba obat-obatan seringkali harus menghadapi keadaan ekstrem yang tak terbayangkan oleh manusia, seperti dibuat kelaparan, dehidrasi, inhalasi paksa, pembedahan, pengekangan fisik dalam waktu lama, iritasi, luka bakar, dan lain sebagainya.Â
Selain itu, organisasi tersebut juga meyakini bahwa hasil uji coba pada hewan tidak reliable. Anatomi, metabolisme, serta sel pada hewan tidak bisa disamakan dengan anatomi, metabolisme, dan sel pada manusia.Â
Menurut Neurologist Aysha Akhtar, MD, MPH, lebih dari 100 jenis obat-obatan yang diujikan pada hewan sama sekali tidak berguna atau efek pada tubuh manusia sekalipun. Lebih dari 85 vaksin HIV yang diujikan pada hewan tidak efektif digunakan oleh manusia, meskipun telah diketahui bahwa vaksin HIV tersebut telah lulus uji pada hewan dan bekerja dengan sangat efektif pada hewan yang diujikan tersebut.Â
Hewan tidak bisa menunjukkan/mengekspresikan rasa sakit mereka secara langsung, dan ketidakmampuan inilah yang sering dimanfaatkan olleh para ahli untuk menggunakan hewan dalam uji coba obat-obatan. Selain itu, zaman ini adalah zaman serba bisa, banyak teknologi yang sudah berkembang dalam berbagai bidang.Â
Menurut saya, pasti ada alternatif lain dalam menguji obat-obatan dengan menggunakan teknologi. Apakah semua obat harus diujikan pada hewan? Pastinya tidak, mustahil apabila tidak dapat ditemukan cara lain selain mengujikan obat-obatan pada hewan.Â
Sebuah organisasi pendidikan, yaitu Foundation of Biomedical Research mengungkap bahwa dukungan kepada pengujian obat-obatan pada hewan semakin berkurang dalam 1 dekade terakhir. Penurunan dukungan dari tahun 1990-an sebanyak 74% dan dari tahun 2008 hingga sekarang sudah mulai menurun menjadi 54%.Â
Dari data ini, cukup banyak orang yang tidak menyetujui adanya pengujian obat-obatan pada hewan, yang mungkin disebabkan oleh salah satu alasan yang sudah saya sebutkan diatas, atau mungkin karena alasan lain.Â