Mohon tunggu...
Arundati Swastika W
Arundati Swastika W Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, konsentrasi studi Komunikasi Massa dan D`igital. Sedang belajar menulis artikel.

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Deepfake, Teknologi AI yang Mengaburkan Batas Fakta dan Realita

7 Oktober 2019   21:24 Diperbarui: 7 Oktober 2019   21:25 1240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : tirto.id
Sumber : tirto.id

Data-data yang ditampilkan diatas menunjukkan jika keberadaan deepfake bisa mengancam penyebaran informasi melalui media. Penciptaan hoaks yang sebelumnya masih bisa dideteksi dengan situs seperti cekfakta.com atau lembaga mafindo menjadi semakin sulit. Hal ini karena batas fakta dan kebohongan menjadi kabur sehingga kebohongan terlihat sangat nyata.

Mendeteksi deepfake menjadi kesulitan tersendiri dikarenakan setiap kali ditemukan cara untuk mendeteksi sebuah video deepfake, maka 'kelemahan' tersebut akan digunakan oleh para pengembang teknologi deepfake seperti DeepFaceLab untuk lebih mengembangkan teknologi mereka agar memberikan kesan lebih 'nyata'. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Ben Zhao.

Jika pada DeepFaceLab pembuatan deepfake masih memerlukan bimbingan dan diaplikasikan lewat komputer, maka kini deepfake hadir pada aplikasi di smartphone bernama ZAOapp yang merupakan buatan Cina. Adanya aplikasi ini memudahkan seseorang untuk menempelkan wajah mereka pada video seperti adegan dalam film atau video jenis lainnya.

Penggunaan yang mudah karena aplikasi ini bisa diperoleh melalui toko aplikasi di smartphone, tentunya membuat aplikasi ini menjadi populer; cukup dengan satu foto yang diunggah dan beberapa gerakan wajah; maka deepfake bisa dibuat segera. Simak pemakaian aplikasi ZAO pada video berikut :


Maka dengan kemudahan yang ditawarkan tersebut, menjadi mengkhawatirkan terkait dengan efek dari deepfake yang bisa membelokkan fakta yang benar. Pembelokkan fakta yang benar bisa memunculkan misinformasi yang mengkhawatirkan dikalangan masyarakat, dan menimbulkan pengaruh pada berbagai kejadian besar seperti pemilu. Dimana ada potensi disinformasi yang besar dan mengancam keamanan negara, seperti Amerika Serikat yang akan melaksanakan pemilu pada 2020.

Tentunya pada konteks jurnalisme, menjadi ancaman jika deepfake mengambil alih dalam hal penyebaran informasi. Bisa jadi, konten deepfake yang lebih banyak dianggap sesuatu yang benar dan bisa mencederai reputasi jurnalisme.

Seperti yang sudah sering kita lihat, jika jurnalisme sekarang ini baik online maupun konvensional dalam televisi banyak mengandalkan audiovisual untuk menampilkan informasi yang akan disampaikan. Keberadaan deepfake bisa membelokkan fakta-fakta audiovisual yang disampaikan; sehingga jurnalis atau pelapor yang terlibat bisa menyampaikan sesuatu yang tidak dikatakan dalam video tersebut.

Bagaimana melawan deepfake?

"Pada dasarnya, melawan keberadaan deepfake dengan ancaman yang dibawanya sama seperti melawan hoaks."

Dari pengguna, tentunya diperlukan ketelitian mengenai sumber video tersebut berasal dan tentunya dilakukan pengecekan dengan pihak ketiga.

Melawan keberadaan deepfake tidak hanya dilakukan oleh pengguna dan penerima informasi saja, tetapi juga dilakukan oleh para developer berbagai situs yang aktif digunakan oleh para pengguna internet masa kini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun