Pressurization cycle disini mengacu pada proses lepas landas dan mendarat sebuah pesawat, sehingga dapat pula kita pahami bahwa sebuah pesawat yang melayani penerbangan jarak pendek akan cepat pressurization cycle nya daripada pesawat yang melayani penerbangan jarak menengah dan jauh.
Jadi pesawat yang melakukan penerbangan sebanyak 3--4 kali dalam sehari akan lebih cepat pressurization level nya karena akan melakukan lepas landas dan mendarat sebanyak 3--4 kali dalam sehari, tidak demikian pada pesawat yang melakukan satu kali penerbangan selama 8--10 jam sekalipun karena hanya melakukan lepas landas dan mendarat sebanyak satu kali saja.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah 15 unit pesawat tersebut semua menggunakan mesin PW1000G besutan Pratt & Whitney ?, lho, bagaimana mesin ini bisa masuk dalam pembahasan ini ?.
Mesin PW1000G ini memang terbilang sangat canggih dan efisien, oleh karenanya pabrikkan seperti Airbus memilihnya untuk dipasang di A320Neo dan A220 selain Airbus, Embraer juga memasangnya pada keluarga pesawat mereka yakni Embraer E-Jet E2.
Akan tetapi pihak Pratt & Whitney telah menemukan beberapa masalah produksi pada mesin ini pada tahun 2023 dan dampaknya adalah semua mesin yang telah terpasang di pesawat harus diganti dan akan membutuhkan setidaknya dua tahun untuk mengganti pada lebih dari 600 pesawat di seluruh dunia.
Dengan demikian semua maskapai yang terpasang mesin tersebut harus memerlukan pergantian mesin dimana waktu untuk masing masing maskapai tergantung giliran.
Apabila memang latar belakang dari dikandangkannya 15 unit pesawat adalah tibanya giliran penarikkan dan pergantian mesin tersebut, maka seperti kekhawatiran pemasok pada likuiditas maskapai kurang aktual karena pergantian mesin ini adalah tanggung jawab dari pihak pabrikkan mesin.
Hal ini pastinya langkah yang harus diapresiasi karena segala potensi yang dapat memengaruhi keselamatan penerbangan harus diminimalkan --dan bahkan dieliminasi sedini mungkin.
Singkatnya mungkin dapat dikatakan bahwa maskapai tidak perlu menggelontorkan dana untuk keperluan tersebut, yang ada berupa biaya atas tidak masukknya pendapatan penerbangan selama 15 unit pesawat tersebut dikandangkan atau proses pergantian mesin.
Grup Garuda Indonesia mengoperasikan pesawat Airbus A-320 Neo ini namun sepertinya tidak menggunakan mesin ini.
Namun demikian mengandangkan sebagian besar pesawat dalam waktu yang sama akan menghentikan aliran pemasukkan maskapai secara significant, namun bila sebagian besar pesawatnya adalah satu jenis ataupun menggunakan komponen --terutama komponen utama-- yang sama maka apabila terjadi masalah akan berdampak pula pada semua pesawat tersebut, ini berlaku pada semua maskapai.