Mohammad Yamin cukup populer di kalangan masyarakat, akan tetapi banyak orang yang hanya mengetahui namanya saja. Ketika terdapat seseorang bertanya “siapa sosok Mohammad Yamin?” tidak satu dan/atau dua orang hanya menjawab "pahlawan nasional" tidak banyak orang mengetahui spesifikasi Mohammad Yamin. Mohammad Yamin adalah sosok yang serba bisa dan luas ilmunya. Ia merupakan seorang ilmuwan, politikus, guru besar, sastrawan, penulis dan predikat-predikat hebat lainnya [1]. Mohammad Yamin merupakan pahlawan nasional yang berasal dari Sawahlunto, Sumatera Barat pada tanggal 23 Agustus 1903 dan beliau menghembuskan nafas terakhirnya di Jakarta, 17 Oktober 1962. Sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya, ia memiliki peran penting dalam perumusan dan lahirnya pancasila, peran seperti apa?
PERAN MOHAMMAD YAMIN DALAM PERUMUSAN PANCASILA
Mohammad Yamin adalah salah satu tokoh dari dua tokoh lainnya yaitu Soekarno dan Soepomo yang mengusulkan 5 dasar negara Indonesia di sidang BPUPKI 1 (29 Mei 1945). Dasar negara yang diusulkan oleh Moh Yamin adalah
- Peri Kebangsaan
- Peri Kemanusiaan
- Peri Ketuhanan
- Peri Kerakyatan
- Kesejahteraan Rakyat
Kelima gagasan tersebut merupakan cerminan dari sejarah peradaban manusia Indonesia, mulai dari adat istiadat, budaya, hingga agama yang tumbuh berkembang sejak lama di Indonesia [2]. Lima usulan dasar negara tersebut disampaikannya secara tidak tertulis, Adapun rancangan lima dasar negara yang sebagai gagasan tertulis, yaitu
- Ketuhanan Yang Maha Esa
- Kebangsaan Persatuan Indonesia
- Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijakan dalam permusyawaratan perwakilan
- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia [3]
Pada 1 Juni 1945, Soekarno dalam pidatonya menyampaikan prinsip kebangsaan (nasionalisme), internasionalisme (perikemanusiaan), mufakat (demokrasi), kesejahteraan, dan ketuhanan yang kemudian disebut Pancasila. “Sila artinya asas atau dasar di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia. Penamaan Pancasila ini atas petunjuk seorang teman yang ahli bahasa,” ucap Soekarno kala itu. Teman yang dimaksud baru diungkap Soekarno pada tahun 1966 yang bernama Mohammad Yamin. Mohammad Yamin menyumbang kata “sila” untuk rumusan Soekarno. Sedangkan kata “panca” dari Soekarno.
Mohammad Yamin bersama anggota 9 juga turut merumuskan dasar negara Indonesia yang kemudian diberi nama “Piagam Jakarta” pada 22 Juni 1945. Lalu, Rumusan Piagam Jakarta dalam Sila Pertama yang berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” mendapat protes sejumlah tokoh dari wilayah Indonesia bagian timur. Alhasil, atas dasar kompromi golongan Islam dan nasionalis disepakati rumusan Sila Pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” hingga akhirnya Pancasila dengan lima silanya itu disahkan dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bersama rumusan UUD 1945, pada 18 Agustus 1945 [4]. Muhammad yamin juga memiliki jiwa nasionalis yang tinggi, sehingga dapat dijadikan sebagai contoh nyata karakter manusia pancasialis.
MOHAMMAD YAMIN SEBAGAI KARAKTER MANUSIA PANCASIALIS
Apa yang dimaksud dengan karakter manusia pancasialis ? Karakter manusia pancasilais adalah seseorang yang memiliki enam dimensi Profil Pelajar Pancasila. Enam dimensi tersebut yaitu :
- Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia
- Mandiri
- Bergotong-royong
- Berkebinekaan global
- Bernalar kritis, dan
- Kreatif [5]
Jiwa nasionalis yang dimiliki Mohammad Yamin sangatlah tinggi. Mohammad Yamin dikenal sebagai sosok yang tidak pernah puas dalam menuntut ilmu [6]. Hal ini harus dicontoh oleh para kalangan muda bangsa, agar bangsa Indonesia dapat lebih maju dan unggul dalam dunia pendidikan. Tujuan dari haus ilmu ini adalah menjadikan kalangan muda menjadi kalangan kritis terhadap isu-isu yang beredar dalam masyarakat dan tentunya kreatif entah itu dalam menciptakan suatu produk maupun kreatif dalam menghadapi perkembangan zaman.
Tentunya dalam berbagai persidangan yang dilakukan oleh Mohammad Yamin, tidak satu dan/atau dua pendapat berbeda, tetapi hal itu dapat diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik tentunya dengan musyawarah mufakat dan berkebinekaan global (menghargai berbagai keberagaman, entah dari keberagaman suku, ras, agama dan bahkan pendapat sekalipun).
Hal-hal itulah yang dapat menjadikan sosok Mohammad Yamin sebagai contoh nyata karakter manusia pancasialis.