Â
Kukenang satu nama
Ya Fatimah, asli namamu
Fatmawati, nama kemudianmu
Pejuang-penjahit sang saka
Lambang negara dijahit digesa-gesakan
Apa tampak bila telunjuk jarinya tertikam jarum?
Ataukah benang tiada terjalin-jalin?
Sesampai tiada tamat jahitan negara itu
Sedang penjajah bernafsu kembali
Berjalan dengan meriamnya
Pelor-pelornya....
Bentakan-bentakannya...
Hingga itu, kupesankan
Berjalan peliharalah kaki
Berbicara pelihara lidah
Berbangsa pelihara sejarah
Sepotong kain itu sejarah
Dan....Kuhendak pancang tiang bendera
Itupun sekadarnya!!!
Dari lebihan kayu kuli, yang diundang patah
Pada sebuah rancang bangun rumah mewah
Usai itu, kucarilah merah putih
Entah di mana kutaruh
Setahun lalu itu
Kain itu menyukarkanku
Selalu begitu, saban tahun
Tanpa malu, kosong risih
Menyimpan teledor, menaruh ceroboh
Pada sepotong kain, roh kemerdekaan, jiwa rakyat
Sepertinya kuatasi kain baju, jas, celana
Kain kaos tangan-kaki, malah!
Bila sekalian ternoda
Kukan sungguh marah
Sementara kain merah putih
Telah lusuh-robek-kusut
Tiada tersinggung membersit
Cumalah biasa-lazim
Kujumpai jua kain dwi warna
Terhimpit di sela papan kayu nan lapuk
Kutarik-tarik tanpa membatin apa-apa
Terjulur bukti, kusudah kekeringan takzim-hormat