Guru...!
Kulihat cinta di matamu dan membola
Aku melihatnya di sinar matamu, caramu menghampar tatap
Dirimu bercahaya; mencintai kami, tak berkesudahan, tak bertepi
Membahu menebar kasih, pulalah berlaksa sayang; ke kami. Murid abadimu!
Guru...!
Bilamana engkau marah di senggangmu
Ataukah gambaran kecut di keningmu
Kuyakin cumalah sepenggalan leher, tak berakar-melata
Pun tak berjerumus ke sumsum hatimu pada agung-mulia itu
Guru...!
Engkau marah mengguna alasan; bukanlah marah di kasar mata ini
Karena engkau merindukan kami, engkau ingin cepat sekali
Guna; kami pintar dan baik. Itu rindumu untuk berjumpa esok harinya, lagi
Itu harap tulus-ikhlas-suci
Tak bernoktah, bukan?
Guru...!
Tak bertemu kata lelahkah engkau?
Hingga ungguli cara kerja mesin robotik
Berbayar berapa sesungguhnya; engkau itu
Kuberujar serupa itu, musabab mulut dunia sedang bicara
Bicara tentang; honor..honor..honor...!
Tentang; abdi..abdi...abdi
Ber-telikungan....di simpan jalan
Guru...!
Aku berseri tanya
Mengapa engkau, sungguh alot kulupa?
Seusia apapun aku ini! Sebesar apa jua aku ini!
Jawabmu mengguna mungkin
"Karena mungkin aku tulus", heningmu
Akupun hening
Senyaplah.....
Dan........ akh!Â
---------
Makassar, 16092015
Muridmu: @m_armand