Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Isyarat #Indonesia Juara

31 Oktober 2015   21:17 Diperbarui: 1 November 2015   05:27 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia Juara, ini bahasa spirit! Mengandung doa, berisyaratkan perjuangan. Tiada multi-interpretasi di sini, ia datar-polos. Tiada persoalan, menjadi perkara bila Indonesia tak mau juara. Indonesia Juara; bahasa induk, dicabang-cabangkan menjadilah beragam ikhtiar untuk manifesto juara. Manis sekali cita-cita ini! Lalu, di Kompasianival 2015, nanti. Dihadirkan para juara, dari 'luar' Kompasiana. Inilah gelisahku, hingga tak sabar jua, menuliskannya. Barangkali, itu istilahnya. Walau sebetulnya, sebuah permintaan yang relatif kepantasannya untuk diterima oleh pengelola media se-anggun Kompasiana. Argumentasi subtantif lainnya, saat penulis membaca daftar narasumber, mulai dari Presiden Joko Widodo sampai Aero Sutan Aswar. Di penutupnya, tertulis: "Pembicara dapat berubah sewaktu-waktu"

Di sinilah pintu masukku, untuk 'menuju jalanku' yakni mengusulkan seorang Kompasianer bernama Tjiptadinata Effendi untuk membagi-bagi ilmu, bukan soal menulis tetapi soal spirit. Jadi, bila dikombinasikan maka penulis temukan satu tema: "Tetap Bertenaga di Usia Senja". Penulis sendiri, buang handuk akan kemampuan-kegigihan-daya juang, seorang yang familiar dipanggil Pak Tjip ini. Penulis cukup menjauhkan latar subtektiftasku terhadap Kompasianer yang tak muda lagi itu. Akui sajalah bahwa anak-muda banyak yang 'keok' di hadapan Pak Tjip dalam perkara spirit menulis.

Beranjak dari paragraf di atas, hingga kuberharap. Kompasianer memiliki sudut kehadiran nantinya: "Penyaksi dan Disaksi" di pesta akbar, tahunan itu. Toh, ilmu setiap manusia, tiap insan, kerap saling kosong-saling mengisi. Orang Bugis bilang: "Siliweng Tessidapi". Maksudnya, ada hal yang mereka tahu, dan kami tak tahu. Demikian pulalah, sebaliknya! Maka, sungguhlah aku dan Anda tak diberi kesempatan untuk sombong akan ilmu apapun itu. Sebab, ilmu adalah sebuah langkah untuk menuju kebodohan. Cuma orang berilmu yang sanggup sekali mengatakan dirinya sebagai 'Manusia Bodoh". Ini disebabkan oleh kehausannya akan ilmu yang begitu men-samudera. Mengatakan bodoh kepada orang lain, jelas kecerobohan. Mengakui kebodohan kepada diri sendiri, jelas bukan kecerobohan!

Hematku, mesti ada pembicara yang mewakili Kompasianer. Mengertikah kita bahwa Kompasianer menjadi 'Tuan Rumah" di acara istimewa itu? Seingatku, dulu! Ada ensiklopedi: Link and Match. Ya, benar! Kompasianer adalah link, walau belum dijamah aspek Match-nya. Lalu, pada acara apa lagi kiranya, Kompasianer didaulat berbicara secara oral/lisan kepada visitor Kompasianival? Siapapun itu yang hadir dan mendengarkan ucapan-ucapan Pak Tjip secara langsung, sekaitan dengan 'kompetensi' yang dipunyainya. Kompetensi yang dominan pada diri Pak Tjip, adalah aspek struggle of life. Jadi, bolehlah sekali-sekali Pak Presiden ataukah menteri, ataukah para juara yang telah diundang oleh penyelenggara Kompasianival. Mereka memang juara di tiap-tiap bidangnya, dan kamipun punya juara bernama Tjiptadinata Effendi, yang sangat layak Anda dengarkan.

Salam Kompasiana Malam
Makassar, Penghujung Oktober 2015
@m_armand

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun