Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Ibu Renta Itu Terusir

22 Desember 2014   16:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:43 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1419214939384766493

[caption id="attachment_384862" align="aligncenter" width="600" caption="sumber gambar: aqlislamiccenter.com"][/caption]

-------------------------------------------

Anak perempuan itu mengusir ibunya. Ibu itu rabun, bila kerja di dapur sering salah-salah. Cuci piring kerap pecah karena lepas dari jemari renta-keriput. Ibu itu hanya sempat membungkus enam piring, empat gelas, miliknya. Sebuah kitab mungil, berisi Surah Ya Siin. Ia bungkus-satukan dengan selembar sarung kumal, sobek dan lusuh.

Ia tak menangis. Ia turun dari rumah panggung ala Bugis-Makassar, menggendong gelas-piringnya. Ibu itu berjalan, susuri nasibnya. Ia lelah, dan duduk di tepi bahu jalan. Satu dua orang menghampirinya, ada yang mengajak untuk mengantar kembali pulang ke rumahnya. Ibu itu menggeleng. "Saya tak ingin susahkan anakku", ucap ibu tua itu.

***

Esok hari, ibu tua itu, lanjutkan perjalanan tak bertujuan. Entah tidur dan makan di mana ia semalam. Toh piring-gelasnya masih lengkap, belum terjual. Ibu itu tanpa titian lagi, anak satu-satunya t'lah menyingkirkannya dari rumahnya sendiri. Sesekali ibu itu berdoa kepada Tuhan, mohon ampunkan dosa putrinya beranak satu itu. Sebuah potret yang tak jarang terjadi, di tanah Bugis-Makassar.

Ibu malang itu, tak sanggup lanjutkan napak tilasnya. Ia rebahkan tubuh lemahnya di pos kamling berlantai bambu. Anak-anak muda di pos ronda itu, panik ringan. Sepertinya ibu tua itu akan wafat, ia rogoh kitab mungilnya. Dengan suara sangat melemah, ia minta pada anak-anak muda itu, bacakan Surah Ya-Siin itu. Celakanya, tiada seorang anak muda itu, bisa membaca Al-Qur'an.

Tak butuh waktu lama, ibu tua itu wafat, Surah Ya-Siin di genggamannya. Inna Lillah Wa Inna Ilaihir Rojiun. Radio amatir siarkan berita kematian seorang ibu tanpa identitas. Putri almarhumah tiba di lokasi kejadian, memeluk ibu kandungnya, meraung-raung, meminta maaf pada jasad yang terbujur kaku. Segalanya t'lah terlambat.

***

Banyak kejadian getir serupa ini, tapi sedikit anak yang merenunginya!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun