Mohon tunggu...
Arsy Salsabila
Arsy Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Indonesia jurusan Sastra Arab

Saya Arsy Salsabila Mahasiswa UNIVERSITAS INDONESIA jurusan Sastra Arab.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Negara Merupakan Faktor Utama Modernisasi Pendidikan Islam di Mesir

14 Oktober 2022   11:52 Diperbarui: 14 Oktober 2022   12:11 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Modernisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses perubahan yaitu dari keadaan tradisional menuju masyarakat yang makin maju atau masa kini. Menurut Harun Nasution, modernisasi dalam perspektif barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham, adat, dan institusi lama untuk disesuaikan dengan suasana baru hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi .

Modernisasi pendidikan Islam di Mesir dikuasai oleh pemerintah. Dengan kata lain, negara merupakan faktor penting modernisasi pendidikan Mesir. Dengan demikian, modernisasi pendidikan berasal dari atas dengan latar belakang kepentingan politik dan sosial sebagai sesuatu yang dominan. Awal mula  pendidikan modernisasi di Mesir  pada awal abad ke-19 oleh Muhammad Ali Pasha yang menguasai Mesir secara independen antara 1805-1848. 

Muhammad Ali Pasha serta  ikut mendobrak revolusi untuk meraih suatu  kejayaan Mesir yang usai menghadapi  kemunduran dengan menggunakan skema Napoleon Bonaparte juga  skema orang-orang Barat dalam mengusahakan kejayaan. Dalam proses melangsungkan  revolusi Mesir mengarah kajayaan, ia juga membuat  inovasi atas pendidikan bertepatan sebagai usaha  dalam bertahan kedudukannya.

Selain itu, ia melakukan pembangunan beragam macam sekolah dengan menerapkan  sistem pendidikan dan pengajaran sekolah yang berlaku di Barat. Muhammad Ali juga mengadakan student exchange ke Perancis, Italia, Inggris, dan Australia dengan tujuan untuk mereka memajukan  ilmu-ilmu yang mereka tekuni dari negara tersebut. Selanjutnya dapat menerapkan  di Mesir juga untuk mendalami bahasanya serta metode penerjemahaannya. 

Usaha Muhammad Ali dalam proses memulihkan masa kejayaan Mesir dengan menggunakan cara mengambil  langkah memulihkan supremasi pengetahuan, ialah langkah yang sangat benar supaya membangunkan rasa semangat masyarakat Mesir dalam meraih kejayaan modernisasi juga kemajuan. 

Muhammad Ali Pasha melakukan usaha dalam rangka memulihkan supremasi pengetahuan, yakni  melingkupi  menjadikan sistem dan model pendidikan sekolah yang bersumber dari Barat, mendatangkan guru juga tenaga ahli yang bersumber dari  Barat, teruntuk tenaga juga guru yang berasal dari Perancis, melaksanakan student exchange ke Barat, selain itu melancarkan perluasan juga pertumbuhan atas meliputi wilayah-wilayah pendidikan, teruntuk serta wilayah-wilayah yang tidak tersentuh, selanjutnya melaksanakan  gerakan penerjemahan buku Eropa yang memuat ilmu-ilmu modern ke dalam Bahasa Arab, serta menciptakan kurikulum dengan mencakupi bidang studi umum, sebagaimana ilmu bahasa, ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam, matematika, serta ilmu pengetahuan keterampilan dan bidang studi agama yang dilaksanakan  secara berbarengan.

Strategi-strategi yang sudah dilaksanakan  oleh Muhammad Ali  Pasha dalam meraih masa kejayaan Mesir bukan hanya terhenti sampai beliau meninggal, tetapi usaha  melakukan modernisasi tersebut  tetap disambung oleh tokoh yang populer sebagai pembaharu pendidikan Mesir seperti seperti Rifat al-Tahtawi, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, serta Rasyid Ridha. 

Maka dari itu, hasil dari usaha tersebut dapat menghasilkan wajah-wajah baru yang dapat membantu pengaruh kepada seluruh gerakan modernisasi yang ada di dunia teruntuk  kepada dunia Islam. 

Maka dari itu, Muhammad Ali Pasha kedudukannya menjadi The Founder of Modern Egypt yang memilki arti yaitu Bapak Pembaruan Mesir Modern. Adapun membangun departemen pendidikan, serta mengajak beberapa pendidik dari Perancis dan pertukaran pemuda cerdas Mesir ke Eropa. Ini juga memberikan peluang bagi Rifa’ah Al-Tahtawi untuk melengkapi modernisasi  di Mesir dengan bertujuan mensterilkan kejayaan Muslim. 

Rifa’ah Al-Tahtawi ialah  seorang intelektual sejak masih menjadi  mahasiswa di luar negeri menjadi aktivis modernisasi dan hidup berada ada di dua dunia yang berdampak sebagai akibat dari usaha pembaratan. Al-Tahtawi juga menghabiskan waktunya untuk mengabdikan diri di bidang pendidikan. 

Al-Tahtawi biasa mengutarakan ide-idenya yang berkaitan dengan pendidikan dalam karya tulisnya. Bagi Al-Tahtawi pendidikan, harus berkaitan dengan masyarakat dan lingkungan yang membutuhkannya. Namun, hubungan  dengan para penguasa pada masa hidupnya menjadikan Al-Tahtawi tidak lagi menjadi bebas dalam mengutarakan idenya.

Al- Tahtawi mengambil langkah untuk karirnya setelah dirinya menamatkan  di Al-Azhar dengan mengajar di Al-Azhar selama  kurun waktu dua tahun, selanjutnya  ia menjadi imam mahasiswa yang dikirim Muhammad Ali Pasha ke Perancis. 

Di samping tugasnya sebagai imam, ia juga menggunakan waktunya untuk belajar, ia juga bermukim  di sana selama lima tahun, selama di Perancis ia menterjemahkan 12 buah buku dan risalah ke bahasa Arab.  Setelah al-Tahtawi diangkat menjadi guru bahasa Perancis dan penerjemah di sekolah kedokteran. Al-Tahtawi juga memperoleh kepercayaan untuk mengurus lembaga pengembangan Salah satu pemikiran yang menarik dari al-Tahtawi ialah berkaitan pendidikan bagi wanita. Menurut beliau wanita harus memperoleh hak pendidikan sama dengan laki-laki, menurut beliau kaum Wanita akan menjadi ibu, oleh karena itu, wanita harus memeperoleh pendidikan supaya  menjadi istri yang baik. Menurut at-Tahtawi tujuan Pendidikan  tidak hanya mengajari  ilmu pengetahuan, namun  untuk menciptakan rasa kepribadian dan membentuk patriotisme .

Tokoh pembaharu selanjutnya  yakni Jamaluddin Al-Afghani, Al-Afghani banyak bertindak di bidang politik. Ia hidupnya nomaden yaitu berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain berhubungan erat dengan kegiatan politiknya. Tetapi Harun Nasution berkomentar bahwa kegiatan politiknya itu tampak sebagai akibat yang seharusnya dari pemikirannya  mengenai pembaruan dalam Islam. Kemudian Muhammad Abduh, Menurut Abduh menegaskan ilmu pengetahuan Islam (Pendidikan) Sebagaimana dikutip Fazlur Rahman, Abduh mengungkapkan  bahwa ilmu pengetahuan modern banyak berdasar pada hukum alam (sunnatullah, yang tidak bertolak belakang  dengan Islam yang sebenarnya). Islam harus sesuai dengan ilmu pengetahuan modern dan tentu modern harus sesuai dengan Islam, seperti  zaman keemasan Islam yang meliputi  ilmu pengetahuan.

Muhammad Abduh berpendapat sekolah-sekolah modern perlunya dibuka dan pengetahuan modern harus diterapkan di samping pengetahuan agama. Di al-Azhar mesti dimasukkan ilmu-ilmu modern juga  diperbaharui sistem pelajaran. Tetapi ide modernisasinya di al-Azhar masih terhalang karena banyaknya ulama masih konservatif belum melihat manfaat dari adanya  perubahan yang disarankan. 

Beliau juga menyarankan supaya di sekolah pemerintah yang sudah  didirikan dilakukan pendidikan bagi tenaga-tenaga yang dibutuhkan  Mesir, seperti administrasi, militer, kesehatan, perindustrian, dan pendidikan. Muhammad Abduh, juga mengutarakan pemikiran supaya di madrasah- madarsah diajarkan ilmu pengetahuan modern, dan di sekolah-sekolah pemerintah diperkuat pendidikan agamanya. Setelah Muhammad Abduh wafat ide-de pembaruannya diteruskan  oleh murid-muridnya di antaranya yang terkenal adalah Muhammad Rasyid Ridha.

Reformasi juga ada di Universitas Al-Azhar, sebuah universitas yang berdiri pada tahun 970 M yang sangat berpengaruh di dunia Islam. Al-Azhar ialah pusat kehidupan intelektual Mesir yang membentuk referensi mengenai pengembangan lembaga pendidikan Islam di Mesir dan dunia Islam. Al- Azhar meraih  puncak kejayaannya pada abad ke-19 ketika lembaga-lembaga pendidikan Islam di Mesir perlu menjalin hubungan dan berkompetisi sekaligus. Di luar Mesir, terutama di Indonesia, pengaruh al-Azhar dalam modernisasi pendidikan Islam juga sangat relevan. Dalam beberapa hal, pendidikan tinggi Islam di Indonesia, khususnya dilihat dari komposisi fakultas-fakultas di dalamnya, tentu menjadikan al-Azhar sebagai bentuk rujukan .

Dari segi kurikulum, periode 1872-1936 masih memperlihatkan dominasi ilmu -ilmu keislaman.  Pada periode 1936-1959, tidak banyak mengalami perubahan. Baru pada masa Mahmud Syaltut menjadi Grand Syeikh (1958-1964), terjadi modernisasi besar-besaran. Keinginannya supaya lulusan Al-Azhar tidak hanya menguasai ilmu-ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu umum, terwujud dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 103 Tahun 1961 tentang Pembentukan fakultas Umum (kedokteran, teknik, industri, pertanian, dan lain-lain). 

Sejak awal tahun 1960, al-Azhar mempunyai  kampus perempuan yang terpisah dengan kampus laki-laki. Sampai saat ini, al-Azhar masih menganut sistem satuan terpisah antara laki-laki dan perempuan dalam perkuliahan. Kampus perempuan ini biasa disebut dengan Kulliyatul banat (Fakultas Khusus Perempuan). Pada tahun itu juga, al-Azhar membuka fakultas ilmu-ilmu umum lengkap dengan perangkat dan fasilitas praktikumnya, seperti Fakultas Tarbiyah, Kedokteran, Perdagangan, Ekonomi, Sains, Pertanian, Teknik, Farmasi, Sastra Asing (Inggris, Rusia, Perancis, Jepang, Italia, dan Spanyol di samping Sastra Arab). Secara keseluruhan, Universitas al-Azhar saat ini mempunyai 50 fakultas (agama dan umum), yaitu di Kairo dan cabang-cabangnya di seluruh provinsi di Mesir. Selain itu, dengan sistem kerja sama, al- Azhar juga membuka cabangnya di luar Mesir.

Perubahan yang besar itu pada dasarnya dipaksa oleh kenyataan bahwa jumlah mahasiswa Al-Azhar yang bertambah banyak dengan cepat tidak bisa bersaing dengan berbagai sistem pendidikan umum, jadi fakultas-fakultas baru tersebut terutama ditujukan untuk menyamakan. Tetapi manfaat yang nyata yang lain terlihat dari kenyataan bahwa suatu kelas profesional yang berkualitas akan diciptakan, yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai Islam dibanding dengan jenis sistem pendidikan umum, yang hanya mempunyai pengetahuan agama yang singkat.  Mesir tentu  merupakan wilayah yang penting dalam topik modernisasi pendidikan Islam terutama negara-negara di Timur Tengah dalam pemikiran serta dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan Islam.

Arsy Salsabila, mahasiswa Sastra Arab Universitas Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun