Mohon tunggu...
Arsy Salsabila
Arsy Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Indonesia jurusan Sastra Arab

Saya Arsy Salsabila Mahasiswa UNIVERSITAS INDONESIA jurusan Sastra Arab.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Negara Merupakan Faktor Utama Modernisasi Pendidikan Islam di Mesir

14 Oktober 2022   11:52 Diperbarui: 14 Oktober 2022   12:11 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Al- Tahtawi mengambil langkah untuk karirnya setelah dirinya menamatkan  di Al-Azhar dengan mengajar di Al-Azhar selama  kurun waktu dua tahun, selanjutnya  ia menjadi imam mahasiswa yang dikirim Muhammad Ali Pasha ke Perancis. 

Di samping tugasnya sebagai imam, ia juga menggunakan waktunya untuk belajar, ia juga bermukim  di sana selama lima tahun, selama di Perancis ia menterjemahkan 12 buah buku dan risalah ke bahasa Arab.  Setelah al-Tahtawi diangkat menjadi guru bahasa Perancis dan penerjemah di sekolah kedokteran. Al-Tahtawi juga memperoleh kepercayaan untuk mengurus lembaga pengembangan Salah satu pemikiran yang menarik dari al-Tahtawi ialah berkaitan pendidikan bagi wanita. Menurut beliau wanita harus memperoleh hak pendidikan sama dengan laki-laki, menurut beliau kaum Wanita akan menjadi ibu, oleh karena itu, wanita harus memeperoleh pendidikan supaya  menjadi istri yang baik. Menurut at-Tahtawi tujuan Pendidikan  tidak hanya mengajari  ilmu pengetahuan, namun  untuk menciptakan rasa kepribadian dan membentuk patriotisme .

Tokoh pembaharu selanjutnya  yakni Jamaluddin Al-Afghani, Al-Afghani banyak bertindak di bidang politik. Ia hidupnya nomaden yaitu berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain berhubungan erat dengan kegiatan politiknya. Tetapi Harun Nasution berkomentar bahwa kegiatan politiknya itu tampak sebagai akibat yang seharusnya dari pemikirannya  mengenai pembaruan dalam Islam. Kemudian Muhammad Abduh, Menurut Abduh menegaskan ilmu pengetahuan Islam (Pendidikan) Sebagaimana dikutip Fazlur Rahman, Abduh mengungkapkan  bahwa ilmu pengetahuan modern banyak berdasar pada hukum alam (sunnatullah, yang tidak bertolak belakang  dengan Islam yang sebenarnya). Islam harus sesuai dengan ilmu pengetahuan modern dan tentu modern harus sesuai dengan Islam, seperti  zaman keemasan Islam yang meliputi  ilmu pengetahuan.

Muhammad Abduh berpendapat sekolah-sekolah modern perlunya dibuka dan pengetahuan modern harus diterapkan di samping pengetahuan agama. Di al-Azhar mesti dimasukkan ilmu-ilmu modern juga  diperbaharui sistem pelajaran. Tetapi ide modernisasinya di al-Azhar masih terhalang karena banyaknya ulama masih konservatif belum melihat manfaat dari adanya  perubahan yang disarankan. 

Beliau juga menyarankan supaya di sekolah pemerintah yang sudah  didirikan dilakukan pendidikan bagi tenaga-tenaga yang dibutuhkan  Mesir, seperti administrasi, militer, kesehatan, perindustrian, dan pendidikan. Muhammad Abduh, juga mengutarakan pemikiran supaya di madrasah- madarsah diajarkan ilmu pengetahuan modern, dan di sekolah-sekolah pemerintah diperkuat pendidikan agamanya. Setelah Muhammad Abduh wafat ide-de pembaruannya diteruskan  oleh murid-muridnya di antaranya yang terkenal adalah Muhammad Rasyid Ridha.

Reformasi juga ada di Universitas Al-Azhar, sebuah universitas yang berdiri pada tahun 970 M yang sangat berpengaruh di dunia Islam. Al-Azhar ialah pusat kehidupan intelektual Mesir yang membentuk referensi mengenai pengembangan lembaga pendidikan Islam di Mesir dan dunia Islam. Al- Azhar meraih  puncak kejayaannya pada abad ke-19 ketika lembaga-lembaga pendidikan Islam di Mesir perlu menjalin hubungan dan berkompetisi sekaligus. Di luar Mesir, terutama di Indonesia, pengaruh al-Azhar dalam modernisasi pendidikan Islam juga sangat relevan. Dalam beberapa hal, pendidikan tinggi Islam di Indonesia, khususnya dilihat dari komposisi fakultas-fakultas di dalamnya, tentu menjadikan al-Azhar sebagai bentuk rujukan .

Dari segi kurikulum, periode 1872-1936 masih memperlihatkan dominasi ilmu -ilmu keislaman.  Pada periode 1936-1959, tidak banyak mengalami perubahan. Baru pada masa Mahmud Syaltut menjadi Grand Syeikh (1958-1964), terjadi modernisasi besar-besaran. Keinginannya supaya lulusan Al-Azhar tidak hanya menguasai ilmu-ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu umum, terwujud dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 103 Tahun 1961 tentang Pembentukan fakultas Umum (kedokteran, teknik, industri, pertanian, dan lain-lain). 

Sejak awal tahun 1960, al-Azhar mempunyai  kampus perempuan yang terpisah dengan kampus laki-laki. Sampai saat ini, al-Azhar masih menganut sistem satuan terpisah antara laki-laki dan perempuan dalam perkuliahan. Kampus perempuan ini biasa disebut dengan Kulliyatul banat (Fakultas Khusus Perempuan). Pada tahun itu juga, al-Azhar membuka fakultas ilmu-ilmu umum lengkap dengan perangkat dan fasilitas praktikumnya, seperti Fakultas Tarbiyah, Kedokteran, Perdagangan, Ekonomi, Sains, Pertanian, Teknik, Farmasi, Sastra Asing (Inggris, Rusia, Perancis, Jepang, Italia, dan Spanyol di samping Sastra Arab). Secara keseluruhan, Universitas al-Azhar saat ini mempunyai 50 fakultas (agama dan umum), yaitu di Kairo dan cabang-cabangnya di seluruh provinsi di Mesir. Selain itu, dengan sistem kerja sama, al- Azhar juga membuka cabangnya di luar Mesir.

Perubahan yang besar itu pada dasarnya dipaksa oleh kenyataan bahwa jumlah mahasiswa Al-Azhar yang bertambah banyak dengan cepat tidak bisa bersaing dengan berbagai sistem pendidikan umum, jadi fakultas-fakultas baru tersebut terutama ditujukan untuk menyamakan. Tetapi manfaat yang nyata yang lain terlihat dari kenyataan bahwa suatu kelas profesional yang berkualitas akan diciptakan, yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai Islam dibanding dengan jenis sistem pendidikan umum, yang hanya mempunyai pengetahuan agama yang singkat.  Mesir tentu  merupakan wilayah yang penting dalam topik modernisasi pendidikan Islam terutama negara-negara di Timur Tengah dalam pemikiran serta dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan Islam.

Arsy Salsabila, mahasiswa Sastra Arab Universitas Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun