Mohon tunggu...
Abahna Gibran
Abahna Gibran Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Pembaca

Ingin terus menulis sampai tak mampu lagi menulis (Mahbub Djunaedi Quotes)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Memaknai Respons Jokowi atas Polemik Edhy Vs Susi

17 Desember 2019   18:40 Diperbarui: 18 Desember 2019   19:23 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susi Pudjiastuti, Presiden Jokowi, Edhy Prabowo - Tribunnews.com

Polemik terkait rencana ekspor bibit lobster antara Susi Pudjiastuti, mantan menteri Kelautan dan Perikanan, dengan Edhy Prabowo yang sekarang ini mengganti posisinya, mendapat respons dari Presiden Jokowi.

Bisa jadi karena hal itu membuat kuping mantan Wali kota Solo itu menjadi panas juga karenanya. Lantaran kedua kubu keukeuh dengan argumentasi masing-masing. Sehingga suka maupun tidak telah menimbulkan keriuhan di ranah publik, dan pada akhirnya terjadi pro dan kontra di dalamnya.

Betul, polemik itu sudah menciptakan kubu yang terbelah menjadi dua pula. Antara yang pro dan kontra. Antara yang mendukung pendapat Susi dengan mereka yang menyokong wacana Edhy.

Tak syak lagi memang. Sebagaimana Sufmi Dasco Ahmad, wakil ketua DPR dari fraksi partai Gerindra, memberikan dukungan kepada Edhy yang merupakan sejawatnya di partai besutan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tersebut.

Hanya saja Sufmi dalam cuitannya di media sosial Twitter, di akunnya itu sudah tidak lagi bicara substansi persoalan ekspor bibit lobster, melainkan malah merembet menelanjangi pribadi seorang Susi.

Screenshoot Cuitan Sufmi Dasco Ahmad (Twitter.com)
Screenshoot Cuitan Sufmi Dasco Ahmad (Twitter.com)
Begitu juga dengan Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Panjaitan, begitu suka cita dengan rencana politikus partai Gerindra itu. Malahan kesan yang tertangkap dalam memberi dukungannya, Luhut merasa puas yang tiada kira.

Betapa tidak, selama Susi Pudjiastuti memimpin Kementerian Kelautan dan Perikanan, seringkali mencuat silang pendapat dengan Luhut B. Panjaitan yang merupakan atasannya di Kabinet Kerja.

Misalnya saja saat Susi melakukan penenggelaman kapal pelaku illegal fishing yang menghebohkan. Luhut sama sekali tidak memberikan dukungan terhadap apa yang dilakukan Susi. Sebaliknya ia malah bersikap menentangnya.

Padahal ketika itu, penenggelaman kapal pencuri ikan di perairan Nusantara tersebut mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat.

Lain halnya dengan dengan pendapat ekonom senior, Faisal Basri. Walaupun jelas mendukung pendapat Susi, dan sampai melontarkan kata-kata bernada begitu keras, namun tetap tidak lepas dari koridor yang sedang diperbincangkan.

Faisal Basri menyikapi perihal rencana ekspor bibit lobster tersebut dengan kesan yang kental dengan 'warning' terhadap Edhy. Bagaimanapun di dalam merencanakan suatu tindakan harus tetap memperhatikan semua aspek yang bakal menjadi dampak saat rencana tersebut direalisasikan.

Terlebih lagi dengan maslah biota laut yang saat ini diperbincangkan. Hal tersebut memang tidak akan lepas dari ekologi dan ekosistem di dalamnya.

Apabila penangkapan bibit lobster dilakukan dengan serampangan, maka kerusakan lingkungan sudah pasti akan menimbulkan persoalan baru yang menghadang.

Itu pula yang digarisbawahi Susi Pudjiastuti. Bagaimana pun sumber daya manusia (SDM) nelayan kita, dan bangsa Indonesia pada umumnya, dalam kenyataannya masih kurang kepeduliannya terhadap lingkungan hidup.

Kerusakan alam akibat dieksploitasi dengan semena-mena sudah bukan hal yang baru lagi. Sebagaimana hutan khatulistiwa di Indonesia ini yang konon menjadi paru-paru dunia, hampir setiap saat media memberitakan pembakaran hutan yang dampaknya tidak hanya dirasakan bangsa ini, melainkan negara jiran pun ikut juga merasakannya.

Demikian juga halnya dengan eksploitasi kekayaan sumber daya di lautan. Penangkapan ikan menggunakan cantrang oleh para pemodal besar, ditambah lagi serbuan nelayan dari berbagai negara tetangga yang begitu masif melakukan pencurian, hingga sekarang masih tetap menjadi persoalan yang menghadang.

Lalu sekarang ini kembali digaungkan Edhy Prabowo rencana ekspor bibit lobster. Maka suka maupun tidak, sudah pasti menuai polemik yang sulit dihindarkan. Terlebih lagi jika wacana itu tanpa penjelasan yang mendalam.

Oleh karena itu, apabila tidak ingin terjadi hiruk-pikuk di tengah publik, alangkah baiknya Edhy Prabowo bersikap lebih bijak lagi. Wacana itu sebaiknya jangan diumbar dulu. Akan lebih elok lagi untuk melakukan pengkajian yang mendalam. Sebagaimana yang diungkapkan Presiden Jokowi.

Pemerintah masih sedang melakukan pengkajian bersama para pakar, terkait rencana ekspor bibit lobster tersebut.

Jika demikian halnya, memang benar yang digembar-gemborkan Edhy Prabowo masih dalam tahap pengkajian. Artinya tidak melulu bicara untung-rugi, melainkan segala aspek yang di dalamnya yang mencakup dampak ekologi dan ekosistem kehidupan biota laut tersebut masih dalam tahapan yang dikatakan Presiden.

Sehingga pada akhirnya, publik pun tersenyum. Entah senyuman kecut, entah menyanjung. Seorang Edhy Prabowo mungkin masih demam panggung, tak menyangka akan mendapat kedudukan yang lumayan luhur. Atawa memang benar sebagaimana yang disangkakan publik, seorang Edhy sedang mencari panggung.

Paling tidak maksud hati hendak meniru Erick Thohir, sejawatnya di Kabinet Indonesia Maju, hanya saja strateginya itu justru malah menimbulkan kontroversi yang sama sekali tidak lucu. Lantaran terkesan hanya memikirkan keuntungan dirinya sendiri, dan melupakan nasib anak-cucunya  kelak di kemudian hari.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun