Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Penulis - Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dahsyatnya Dampak dari Gempa dan Erupsi Gunung Berapi

17 Januari 2022   17:38 Diperbarui: 17 Januari 2022   18:24 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dampak dari gempa bumi (Source: tribunnews.com)

Peristiwa gempa berkekuatan magnitudo 6,7 di 52 kilometer Barat Daya Sumur-Banten sekitar pukul 16.05.41 WIB, Jumat (14/1/2022) sore, guncangannya terasa sampai ke daerah kami, Tasikmalaya, Jawa Barat, dan sekitarnya.

Dan fenomena gempa bumi, pertama kali dikenal penulis sendiri, dari dongeng pengantar tidur yang dituturkan nenek. Mungkin saat usia saya sekitar tiga atau empat tahun ketika itu.

Dikisahkan oleh nenek dari garis ibu itu, konon ada seekor sapi di alam ini yang pada salah satu tanduknya menyangga bola dunia ini.

Nah, di saat sapi tersebut merasakan beratnya beban menyangga bola dunia pada salah satu tanduknya itu, maka sapi tersebut menggoyang-goyangkan kepalanya. Mungkin untuk menghilangkan rasa pegal, atau... Entahlah, nenek tak pernah menjelaskan ihwal tersebut lebih jauh lagi.

Hanya saja yang jelas, manakala sapi tersebut menggoyang-goyangkan kepalanya, maka bola dunia di atas tanduknya pun ikut berguncang pula.


Sehingga dampaknya, penghuni dunia pun, terutama manusia, menjadi ketakutan dibuatnya. Dan fenomena ini, bagi masyarakat Pasundan, dikenal dengan sebutan "Lini".

Kemudian ketika tanah di sekitar kami bergoyang, maka orang-orang pun berhamburan keluar dari rumah masing-masing seraya memukuli tampah (Nyiru, bahasa Sunda) sambil berteriak-teriak "Lini! Lini! Lini..." Dan ada juga yang meneriakkan kata-kata, "Aya... Aya... Aya!” yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah "Ada".

Ketika penulis bertanya kepada orang tua, kenapa harus mengatakan kata-kata seperti di atas? Jawabannya adalah bahwa yang dimaksud Lini seperti dongeng yang sering diceritakan nenek. Atau dengan kata lain bisa jadi bermakna gempa lantaran sapinya merasakan pegal-pegal harus bertugas menyangga bola dunia.

Sementara kata "Aya",  konon merupakan isyarat pemberitahuan kepada sapi, bahwa di dunia ini masih ada penghuninya.

Dari Komik ke Pengalaman Nyata

Selain sejak masa kanak-kanak sudah seringkali merasakan terjadinya gempa, atau "Lini" yang skalanya hanya sampai merasakan tanah di sekitar bergoyang, penulis kemudian mengenal lebih jauh tentang fenomena alam ini melalui pelajaran ilmu Bumi di bangku sekolah dasar, ditambah dengan berbagai bacaan, baik dari komik, koran, majalah, dan yang lainnya.

Menarik, bahkan sampai sekarang masih tetap diingat, adalah sebuah komik yang berjudul Krakatau, karya Ganesh TH yang mengisahkan tentang seorang pendekar bernama Somad dan Biang Teruna, yang diutus guru silatnya dari Perguruan Krakatau untuk mencari murid pembangkang perguruan, bernama Bodin. 

Sampul Komik Krakatau karya Ganesh TH (Koleksi pribadi)
Sampul Komik Krakatau karya Ganesh TH (Koleksi pribadi)

Kisahnya berakhir cukup dramatis,  tatkala Bodin kalah di tangan Biang Teruna. Dan Somad pun mengakui bahwa Bodin itu ayahnya. Komik tersebut berlatar belakang bencana erupsi, atau letusan Gunung Krakatau yang terjadi pada 27 Agustus 1883  yang silam.

Adapun peristiwa gempa bumi dahsyat yang pernah secara langsung dirasakan, dan disaksikan oleh mata kepala sendiri, adalah gempa bumi yang terjadi pada hari Rabu, 2 September 2009 di kampung halaman penulis sendiri, yakni di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Ketika itu, penulis baru saja keluar dari area Pendopo Kabupaten Tasikmalaya, seusai mengikuti pelantikan pejabat di lingkungan Pemkab Tasikmalaya.

Baru saja beberapa meter masuk ke jalan raya, tiba-tiba laju sepeda motor yang dikemudikan penulis terasa meliuk-liuk, seperti kempes bannya.

Oleh karena itu, sambil memelankan laju sepeda motor, penulis secara sekilas memeriksa kondisi ban depan maupun belakang.

Tapi di saat yang bersamaan, terdengar orang-orang di pinggir jalan berteriak-teriak, "Gempa! Gempa! Gempa..."

Untuk sesaat, penulis pun terpana mendengar, dan melihat yang terjadi di depan mata. 

Beberapa bangunan atapnya roboh, dan orang-orang berlarian seperti tanpa tujuan. Tapi hanya sesaat saja, penulis langsung teringat dengan keluarga di rumah.

Setelah guncangan gempa mereda, penulis pun langsung memacu rada kencang sepeda motor di tengah keramaian, dan hiruk-pikuk sepanjang jalan.

Syukur Alhamdulillah, keluarga di rumah selamat. Demikian juga rumah kami tidak mengalami kerusakan yang parah. Hanya plafon di bagian samping saja yang patah tiang penyangganya.

Sementara fenomena erupsi gunung berapi yang pernah penulis saksikan sendiri, adalah saat terjadi letusan gunung Galunggung pada tahun 1982.  

Namun saat terjadinya erupsi yang paling dahsyat dari gunung berapi yang terletak di sebelah barat laut dari lokasi rumah kami tersebut, kebetulan penulis sedang berada di Ujungpandang (Sekarang Makassar). Dan beberapa minggu kemudian, barulah penulis saksikan sendiri dampak dari erupsinya. Juga semburan lava yang dianggap sudah tidak berbahaya lagi.

Sungguh. Rumah kami yang lokasinya berjarak sekitar 20 kilometer dari gunung Galunggung, juga rumah tetangga sekitar atapnya penuh dengan debu. Sehingga terpaksa kami sekeluarga bergotong royong membersihkannya.

Berdasarkan catatan, erupsi gunung Galunggung saat itu, menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat panas, abu halus, awan panas, serta lahar. Aliran lahar bergerak ke arah tenggara mengikuti aliran-aliran sungai. Letusan ini menewaskan 4.011 jiwa dan menghancurkan 114 desa, dengan kerusakan lahan ke arah timur dan selatan sejauh 40 km dari puncak gunung.

Indonesia Rawan Terjadi Gempa dan Erupsi Gunung Berapi

Betapa fenomena alam berupa gempa bumi, maupun erupsi gunung berapi selalu saja menimbulkan bencana bagi umat manusia. Dan di negeri ini, di Indonesia ini, peristiwa itu memang begitu sering terjadi.

Tercatat beberapa peristiwa gempa bumi maupun erupsi gunung berapi yang begitu dahsyat, yang belakangan ini seringkali terjadi. Seperti misalnya, terjadi gempa bumi di daerah Donggala, Palu. Gempa bumi yang terjadi sampai menimbulkan tsunami. 

Selain gempa di Palu, sebelumnya terjadi gempa bumi yang terjadi di Lombok. Gempa di Lombok terjadi berulang kali yang menimbulkan banyak kerusakan dan korban jiwa.

Sebelum gempa Lombok, gempa juga terjadi di Pulau Jawa dan Sumatera. Dilansir dari bnpb.go.id, gempa bumi merupakan getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, aktivitas gunung berapi atau runtuhan batuan.

Begitu juga dengan erupsi gunung tertinggi di pulau Jawa, yakni gunung Semeru yang terletak di ujung timur pulau Jawa, yang terjadi di penghujung tahun 2021.

Berdasarkan data Pos Komando (Posko) Penanganan Darurat Bencana Erupsi Semeru, per Sabtu (25/12/2021), tercatat ada 54 orang meninggal dunia, sedangkan 6 warga dinyatakan hilang. 

Sementara total rumah rusak mencapai 1.027 unit. Rumah rusak ini tersebar di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, dengan kategori rusak berat 505 unit. Sedangkan di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, rumah rusak berat 85 unit dan rusak berat 437 unit.

Mungkin di antara pembaca masih ada yang bertanya, mengapa di Indonesia ini begitu rawan dengan bencana bumi, dan erupsi gunung berapi?

Dilansir dari worldatlas.com, Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudera. Hal ini memang menyebabkan Indonesia sebagai tempat strategis untuk perdagangan dan menjalin antar negara. 

Namun, di balik itu semua ada dampak buruk seperti gempa bumi yang sering terjadi. Hal ini terjadi karena Indonesia terletak di antara lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng pasifik. Selain itu juga Indonesia termasuk dalam cincin api pasifik, yang tidak lain gugusan gunung berapi di dunia. 

Hal ini yang kemudian menjadi penyebab kenapa di Indonesia sering sekali terjadi gempa bumi, baik vulkanik maupun tektonik. 

2. Pergerakan lempeng 

Salah satu penyebab terjadinya gempa adalah pergerakan lempeng bumi. Pergerakan lempeng ini menghasilkan tekanan yang berujung pada terjadinya gempa. Besar kecilnya gempa tergantung pada besar tekanan yang terjadi karena pergerakan lempeng ini. 

Teori dari lempeng tektonik menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan. Sebagian besar area dari lapisan kerak ini akan hayut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan ini kemudian bergerak perlahan sehingga terpecah dan bertabrakan satu dengan yang lainnya. 

Hal inilah yang menjadi penyebab terjadinya gempa tektonik. Karena letak Indonesia berada dalam tiga lempeng bumi. Jika salah satu dari ketiga ini bergerak dan bergesekan dengan lempeng lain, maka kemungkinan terjadinya gempa sangatlah besar. 

3. Cincin api Pasifik 

Indonesia berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi oleh cincin api Pasifik. Kondisi geografis ini menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang rawan letusan gunung berapi, gempa dan tsunami. 

Cincin api pasifik atau lingakaran api pasifik alias ring of fire adalah daerah yang sering terjadi gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan api pasifik. 

Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa pasifik. Karena terletak diatas jalur magma ini, Indonesia memilik 127 gunung berapi aktif dngan 5 juta penduduk yang tinggal di sekitarnya. 

Dengan jumlah yang sebanyak itu, maka aktivitas vulkanik yang berpotensi menimbulkan gempa akan semakin banyak. Gunung api di Indonesia yang paling aktif adalah gunung Kelud dan gunung merapi. 

Asosiasi Internasional Vulkanologi dan Kimia Iterior Bumi juga menetapkan gunung Merapi sebagi gunung api dekade ini. Karena aktivitas vulkanisnya yang sangat tinggi sejak tahun 1995. 

4. Reaksi berantai dari gunung berapi 

Indonesia tercinta kita ini ada fenomena unik yang terjadi. Yaitu meletusnya tiga gunung berapi secara bersamaan. Gunung meletus ini di antaranya, Gunung Sinabung di Sumatera Utara, Gunung Raung di Jawa Timur dan Gunung Gamalama di Ternate. 

Kemungkinan yang menjadi penyebab hal ini adalah reaksi yang berantai yang terjadi di dapur magma. Jika dilihat dari peta cincin berapi pasifik, kita bisa mengetahui bahwa hampir seluruh wilayah di Indonesia berada tepat di atas dapur magma.

Sehingga dengan demikian, kita semua, baik seluruh warga, pemerintah, juga para pemangku kepentingan, sudah selayaknya bersikap waspada, dan berusaha semaksimal mungkin untuk memitigasi setiap fenomena tanda-tanda akan terjadinya bencana alam, berupa gempa bumi maupun erupsi gunung berapi.

Paling tidak untuk meminimalisir korban jiwa dan harta dari dampak yang ditimbulkannya, baik lokasi tempat tinggal yang diusahakan jauh dari daerah rawan, maupun pembangunan rumah tempat tinggal yang kokoh agar tidak mudah roboh - sesuai dengan ketentuan yang ditawarkan para pakar.

Terimakasih.

Sumber: di sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun