Mohon tunggu...
Adjat R. Sudradjat
Adjat R. Sudradjat Mohon Tunggu... Panggil saya Kang Adjat saja

Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua

Selanjutnya

Tutup

Politik

Presiden Jokowi Harus Berhati-hati dengan Manuver Sengkuni Ini

12 Maret 2020   22:09 Diperbarui: 12 Maret 2020   22:14 1466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amien Rais (Kompas.com)

Di dalam politik tak ada musuh dan teman yang abadi memang, yang ada hanya kepentingan untuk mendapat kuasa. 

Memang sudah tidak dapat disangkal lagi fenomena yang terjadi dalam kancah politik di negeri ini. Yang semula menjadi rival, bahkan sampai menghalalkan segala cara untuk menjatuhkannya, tapi setelah berahir dengan kekalahan yang menyakitkan, tanpa merasa sungkan lagi langsung menerima uluran tangan rival yang tampil jadi pemenang.

Sebagaimana yang terjadi pada drama Pilpres 2019 lalu. Kubu Prabowo-Sandiaga yang sebelumnya disangka akan terus berada di seberang, sebagai Kurawa yang menelan kekalahan, ternyata mau berdamai juga pada ahirnya. 

Satu kursi Menteri pyang cukup strategis pun dipersembahkan Jokowi kepada mantan seterunya, yaitu menjadi Boss di Kementerian Pertahanan. Bahkan ada satu bonus kursi lagi untuk salah satu orang dekat Ketua Umum Partai Gerindra itu, yakni Edhy Prabowo yang ditabalkan jokowi untuk mengganti posisi Susi Pudjiastuti di Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Begitulah. Sekalipun dalam persaingan memperebutkan kursi RI-1 Prabowo dipecundangi Jokowi, tokh setelah diraih tangannya dari kubangan kekalahan yang menyakitkan, mantan menantu penguasa rezim Orde Baru itupun mau bersekutu dengan mantan seterunya. 

Tak tanggung-tanggung, argumentasi yang dinyatakan mantan Danjen Kopasus itupun sangat menyentuh hati bangsa ini: Demi keutuhan persatuan dan kesatuan NKRI.

Drama pun berahir sudah dengan happy ending. Prabowo mendapat aplaus yang membahana sebagai salah seorang nasionalis plus negarawan. Sebagai mantan prajurit TNI yang memang sudah teruji melalui Sumpah Prajurit dan Sapta Marga yang tertanam dalam dadanya, bisa jadi bagi seorang Prabowo Subianto kepentingan Bangsa dan Negara adalah hal yang paling utama.

Sehingga walapun beliau berulang kali dipecundangi dalam kontestansi menuju penguasa NKRI, Prabowo tidaklah mem endam dendam, dan tidak memiliki mental yang julidan. 

Apa lagi sampai berniat memporak-porandakan keutuhan negeri tercinta yang memang harus ditebus oleh harta dan jiwa yang begitu banyak saat mendapatkan kemerdekaannya.

Akan tetapi lain halnya dengan satu sosok ini. Di masa Orde Baru dia pertama kali tampil sebagai salah seorang penentang rezim Orde Baru. Lalu ketika gerakan mahasiswa dari berbagai kampus tampil berunjuk rasa menentang kekuasaan Suharto yang mencengkeram negara ini selama 32 tahun, sosok ini pun ikut tampil pula. Bahkan didaulat sebagai salah seorang tokoh gerakan Reformasi kala itu. 

Hanya saja dalam perjalanan politiknya kemudian, meskipun telah mendapat kedudukan yang lumayan, ternyata watak culas dan liciknya semakin tampak kelihatan. 

Dalam Pilpres yang digelar di gedung DPR/MPR, melalui kelompok yang diusungnya ketika itu, yakni yang disebut Poros Tengah, berhasil menjungkirbalikkan prediksi. 

PDIP yang tampil sebagai pemenang suara terbanyak dalam Pemilu pertama di era Reformasi, yang mengusung Megawati Soekarno Putri sebagai jagoannya, harus menelan kekalahan karena manuver yang dilakukan sosok itu. Suka maupun tidak, Megawati harus rela menjadi wakil Abdurrahman Wahid, atawa Gus Dur yang tampil sebagai pemenangnya karena  diusung kelompok Poros Tengah.

Akan tetapi dua setengah tahun kemudian, kekuasaan Gus Dur sebagai Presiden ke-4 pun ternyata harus berahir sangat tragis, dan dipreteli sebelum waktunya. Adapun salah satu tokoh yang punya andil dalam menggulingkan kekuasaan cucu pendiri NU tersebut namanya tercatat sebagai seorang Amien Rais. 

Ya, barangkali karena sepak terjangnya yang seperti itu juga sehingga publik pun menjuluki pendiri Partai Amanat Nasional itu sebagai  seorang Sengkuni, yakni tokoh pewayangan dalam cerita Mahabharata, yang menjadi mahapatih negeri Kurawa yang senantiasa berkonflik dengan Pandawa. Sebagaimana diketahui, terjadinya perang Bharatayuda pun semata-mata disebabkan oleh sikap licik dan culasnya seorang Sengkuni.

Benarkah sampai sejauh itu Amien Rais mendapat predikat yang sesungguhnya bertolak-belakang dengan keilmuan maupun berbagai posisi yang pernah didududkinya?

Entahlah. Hanya saja yang jelas sepak-terjang ayah dari Hanafi Rais dan Hanum Rais  dalam kancah politik di negeri ini selalu saja dianggap mengundang kontroversi. 

Misalnya saja ketika dalam Pilpres 2014 lalu. Amin Rais pernah bersumpah, kalau jokowi menang dalam kontestansi pemilihan Presiden yang bersaing dengan pasangan Prabowo-Hatta Rajasa, maka dirinya akan berjalan kaki dari Yogyakarta ke Jakarta.

Hanya saja sumpahnya itu sampai saat ini belum dilaksanakan. Padahal Jokowi sudah dua kali memenangkannya. Maka poin yang satu itu pun menjadi catatan khusus masyarakat terhadap seorang Amin Rais. 

Belum lagi ketika mencuatnya kasus hoaks Ratna Sarumpaet.  Amin Rais, plus putrinya pun - Hanum Rais, tercatat telah memberikan pernyataan yang setali tiga wang. Apa lagi kalau bukan yang disebut omdo alias omong doang yang bertolak belakang dengan fakta yang sesungguhnya.

Sikap Amin Rais pun pada ahirnya mendapat perlawan dari internal partai yang didirikannya. Puncak pertentangan itu terjadi dalam Kongres PAN V di Kendari, Sualwesi Tenggara beberapa waktu yang lalu. 

Kubu yang didukung Amin Rais dijungkalkan dengan telak oleh kubu rivalnya, yakni yang dikendalikan Zulkifli Hasan.  Sehingga sampai-sampai seorang Amin Rais merengek-rengek agar Presiden Jokowi jangan mengesahkan kepengurusan DPP PAN hasil Kongres V tersebut. 

Apakah Presiden Jokowi akan mendengar rengekan seorang amin Rais?

Itulah masalahnya. 

Meskipun banyak pihak yang meragukan kesediaan Jokowi, karena Jokowi pun akan berfikir dua kali, namun di dalam politik, di atas pun sudah dikatakan bahwa tidak ada musuh dan teman yang abadi, tidak menutup kemungkinan Presiden Jokowi akan berbaik hati - sebagaimana wataknya yang senantiasa berbesar hati dan selalu memaafkan orang-orang yang membencinya, pada ahirnya Amien Rais pun akan dirangkulnya pula seperti terhadap Prabowo Subianto. 

Oleh karena itu, apabila dugaan itu menjadi suatu kenyataan. publik tetap meminta Jokowi agar tetap waspada lan siaga. Track record seorang Amin Rais sudah bukan rahasia lagi, bukan?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun