Dalam percakapan di sela istirahat siang, teman sekantor yang masih sedang kuliah di salah satu perguruan tinggi, curhat atas perlakukan sesama mahasiswa di kampusnya yang acapkali memperlakukannya sebagai anak kepada bapaknya.
“Padahal usia saya ‘kan belum tua-tua amat,” keluhnya. “Rasanya akan lebih baik kalau mereka memanggil Kakak, Akang, atawa yang sesuai dengan usia saya.”
“Ah, itu mah perasaan kamu saja. Siapa tahu mereka memanggilmu Bapak bukan karena menganggapmu sebagai ayah, melainkan sebagai panggilan hormat atas penampilanmu yang lebih dewasa dari mereka. Karena mungkin saja mereka melihatmu berbeda dengan gaya mereka,” jawab saya sekenanya.
“Malahan sepertinya kamu tidak perlu merasa rendah diri seperti itu. Menteri Susi saja baru tahun ini akan mengikuti ujian Paket C, meskipun ahirnya batal karena keburu mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Dipenogoro.”
Ya, sosok Susi Pudjiastuti bagi saya seakan mengingatkan kembali pada sosok pahlawan wanita Indonesia, RA Kartini, yang selama hidupnya memperjuangkan emansipasi wanita pada jamannya. Karena bagaimanapun juga, Menteri Kelautan dan Perikanan dalam Kabinet Jokowi-JK sekarang ini, perjalanan hidupnya serupa tapi tak sama dengan Kartini.
Betapa tidak, ketika masih duduk di bangku kelas dua SMA, Susi memutuskan untuk berhenti sekolah. Kemudian dirinya bertekad untuk memulai terjun ke dunia wirausaha. Meskipun mungkin keputusan itu salah, tapi Susi tidak pernah menyesalinya. Susi sangat tahu waktu itu adalah "School was just not my thing". Dirinya selalu punya keyakinan, kalau kita mau berbuat sesuatu pasti akan ada jalan, dan ia selalu percaya bahwa manusia diberi pilihan untuk menciptakan jalan hidup yang dipilihnya.
Sebagaimana pernah ia katakan, “Saya tidak suka ketergantungan, karena ketergantungan akan mengurangi kemandirian. Tanpa kemandirian kita akan selalu dalam keterbatasan dalam menciptakan atau mengerjakan sesuatu, sehingga akhirnya hasilnya tidak sesuai dengan yang kita rencanakan.” Sehingga dengan demikian sikap seorang susi Pudjiastuti, ini patut kiranya menjadi teladan bagi wanita Indonesia sekarang ini.
Terlebih lagi bila kita kembali mengingat sepak-terjangnya selama menjadi punggawa dalam Kabinet Kerja pemerintahan Jokowi-JK, meskipun hanya berijazah SMP saja, Susi Pudjiastuti mampu menorehkan sejarah di bidang kemaritiman, khususnya dalam memelihara harta terpendam dalam lautan, yaitu hasil perikanan yang sebelumnya belum pernah tersentuh oleh siapa pun, dan demikian banyaknya dikuras para pelaku illegal fishing dari berbagai negara
Adapun rinciannya sebagai berikut: jumlah kapal pelaku illegal fishing yang telah ditenggelamkan sejak Oktober 2014 lalu sampai dengan 1 April 2017 adalah 317 kapal, dengan rincian Vietnam 142 kapal, Filipina 76 kapal, Thailand 21 kapal, Malaysia 49 kapal, Indonesia 21 kapal, Papua Nugini 2 kapal, China 1 kapal, Belize 1 kapal dan tanpa negara 4 kapal.