Namun demikian, tantangan besar masih menghadang. Hingga kini, partisipasi Indonesia dalam rantai nilai global masih rendah, dan sebagian besar industri nasional berada pada level teknologi rendah hingga menengah. Untuk meningkatkan daya saing, Indonesia perlu memperbaiki infrastruktur industri, meningkatkan kualitas tenaga kerja, dan mempercepat adopsi teknologi dalam sektor manufaktur.
Perjanjian RCEP memberikan peluang sekaligus tantangan bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM). Di satu sisi, RCEP membuka pasar yang luas bagi produk UMKM Indonesia, dan pelaku usaha lokal dapat mengakses bahan baku impor dengan harga lebih kompetitif. Di sisi lain, UMKM juga akan menghadapi persaingan yang semakin ketat dari produk luar negeri, terutama dari negara dengan efisiensi produksi tinggi seperti Tiongkok.
UMKM Indonesia berkontribusi besar terhadap penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, keberhasilan implementasi RCEP sangat bergantung pada kemampuan pemerintah untuk mendampingi dan melindungi sektor ini. Strategi pendukung seperti pelatihan keterampilan, digitalisasi usaha, akses pembiayaan, dan sertifikasi mutu produk menjadi sangat penting untuk memastikan UMKM dapat beradaptasi dan bersaing di pasar yang lebih terbuka.
Selain tantangan domestik, keterlibatan Indonesia dalam RCEP juga memiliki dimensi geopolitik. Dengan dominasi ekonomi Tiongkok dalam kawasan, muncul kekhawatiran bahwa RCEP dapat memperkuat ketergantungan negara-negara ASEAN terhadap Tiongkok. Hal ini berpotensi menimbulkan ketidakseimbangan dalam pengambilan keputusan regional dan dapat mengurangi posisi tawar ASEAN di tengah rivalitas kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan Tiongkok.
Untuk menghindari dominasi negara-negara ekonomi besar dalam RCEP, Indonesia perlu memperkuat kerja sama ekonomi yang seimbang dengan mitra seperti Jepang, Korea Selatan, dan Australia. Kolaborasi dengan negara-negara ini dapat mendorong investasi, transfer teknologi, dan peningkatan kapasitas industri nasional. Diversifikasi mitra juga penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap satu negara, sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam negosiasi ekonomi kawasan.
Indonesia juga harus memanfaatkan perannya sebagai pemimpin di ASEAN untuk memperkuat posisi tawar kolektif negara-negara berkembang. Dengan mengedepankan solidaritas dan kepentingan bersama, Indonesia dapat memastikan bahwa implementasi RCEP memperhatikan kebutuhan pembangunan yang inklusif, serta tidak merugikan negara-negara dengan struktur ekonomi yang masih berkembang.
Meskipun RCEP menawarkan peluang besar seperti perluasan pasar dan integrasi rantai pasok, manfaatnya tidak akan tercapai tanpa kesiapan sektor domestik. Pemerintah perlu memberdayakan industri nasional dan UMKM agar mampu bersaing secara global, melalui peningkatan akses pembiayaan, pelatihan, dan digitalisasi usaha. Tanpa strategi adaptif, sektor ini justru bisa terdampak negatif oleh kompetisi bebas.
Untuk itu, investasi di bidang infrastruktur, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan penguatan inovasi menjadi prioritas. Infrastruktur logistik dan digital yang kuat akan memperlancar perdagangan, sementara tenaga kerja terampil dan inovatif akan mendorong transformasi industri. Dengan langkah-langkah ini, Indonesia dapat mengoptimalkan RCEP sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI