Nahas bagi Pak Untung. Saat pulang dan hanya berdua mencari bambu (penulis lupa nama temannya), Pak Untung berhenti sejenak dan pamit ingin sedikit lagi menambah bambu yang didapat.
Temannya menunggu sambil istirahat di jalan setapak. Pak Untung yang ditunggu tidak muncul hingga hari menjelang gelap. Sudah berusaha dicari, tetap tidak ditemukan jejaknya.
Teman Pak Untung segera pulang dan mengabarkan ke warga Rameyan. Malam itu juga, puluhan warga berbekal lampu senter, petromak, oncor, dan senjata seadanya (belum ada lampu listrik) mencari keberadaan Pak Untung.
Hasilnya nihil. Tidak ada bekas apapun di sekitar Pak Untung diperkirakan hilang. Seakan lenyap tak berbekas sama sekali.
Tiga hari pencarian dibantu Koramil Glenmore, Polsek, dan aparat lainnya. Hasilnya tetap nihil dan pencarianpun dihentikan.
Seminggu kemudian didapat kabar kemunculan Pak Untung oleh warga yang tinggal di sekitar pinggiran Gunung Raung dalam keadaan telanjang bulat. Namun hilang lagi saat akan diberikan pakaian seadanya.
Kehadiran Pak Untung kembali memunculkan harapan. Pencarianpun kembali dilakukan berbantu seorang pawang atau dukun gaib cukup ternama di Banyuwangi.
Tiga hari pencarian berlanjut hasilnya tetap nihil. Penelusuran gaib dari dukun menyatakan bahwa Pak Untung menjadi salah satu tumbal penunggu Gunung Raung.
Menurut penuturan dukun gaib, Gunung Raung sebelah selatan yang masih perawan membutuhkan tumbal seribu orang. Sedangkan penunggunya berwujud kakek tua berjenggot putih, bersorban, dan memegang tasbih besar.
Wasana Kata
Masih ada beberapa kisah mistik seputar gunung, khususnya di Gunung Raung. Beberapa bahkan penulis kisahkan dalam bentuk cerpen misteri saat awal bergabung di Kompasiana. Karena jumlah artikel sudah ratusan, sila telusur sendiri di akun penulis.
Bagaimanapun lingkungan harus disikapi secara bijak. Kisah mistik sebenarnya memberi batasan kepada makhluk kasat mata dan tidak kasat mata untuk saling menghormati harmoni hidup dan saling menjaga keseimbangan alam.
Demikian dan semoga bermanfat.
Â