Biasanya engkau meniup api di atas asa yang tersisa
Sekali lagi, asa tersisa di bara yang hampir mati
Tapi, kali ini tidak biasanya
Engkau hanya membaca secuil puisi di dalam hati
Biasanya engkau tangkas membuang bekicot-bekicot di kursi goyang
Pun juga trengginas mengubur tikus-tikus yang semakin garang bersarang
Tapi, kali ini tidak biasanya
Engkau masih santai-santai saja
Masih membaca secuil puisi di dalam hati
Kulirik, puisi itu berjudul "Kenanglah, Kami yang Mati Muda"
Hanya secuil puisi
Masih kau baca di dalam hati di warung-warung kopi
Warung favorit yang menyemut di seputaran kampusmu itu
Dan kau…. Ah…., masih santai-santai saja….
Perjalanan TKP, 05.07.2020