Mohon tunggu...
Muhammad Arrasy
Muhammad Arrasy Mohon Tunggu... -

Muhammad Arrasy, Asal Kedang Nusa Tenggara Timur..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Pemerintahan dan Perkembangan Islam di Kedang

29 November 2014   02:09 Diperbarui: 4 April 2017   18:14 2269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

A. Kondisi Awal Mula Kedang sebelum Masa Kolonial Belanda

Kedang berasal dari kata "Edang", adalah nama sebuah wilayah "Auq Edang" yang sekarang dikenal dengan "Tanah Kedang".....AuqTanahEdang dari kata Edan = Lampau atau dahulu kala, jadiAuq Edang berarti Tanah Dahulu Kala atau Tanah Masa Lampau. Auq edang /Tanah Kedang adalah nama sebuah wilayah pemerintahan yang membawahi 44 buah Temukang atau kampung sekarang yang berada di sekeliling gunung kedang atau Uyelewun, Konkritnya. Pada masa dahulu sebelum pemerintahan kolonial belanda, pemerintahan Auq Edang/Tanah Kedang sudah ada dan asal mula manusia bermukim di puncak Uyelewun dari awal manusia Edang (Kedang) pertama secara turun temurun sampai pada seorang raja pertama bernama TAMIDA.

selanjutnya  dari raja TAMIDA menurunkan anak secara turun temurun hingga

LIA→LOYO→BUYA

Kemudian BUYA bertemu dengan seorang perempuan yang belum dikenalnya, yang berasal dari Sina Pueng Matang Jawa ( Tanah jawa ) akhirnya menikahlah keduanya. Tempat pertemuan keduanya dibalikulik (balauring) sekarang menjadi ibukota kecamatan omesuri. Buya adalah orang jawa, sebutan Buya berarti Bapa danOme lidah orang kedang  tapi, sebenarnya adalah Umi yang artinya Ibu. Jadi Buya dan Ome selalu ditambah Suri yang artinya Pengelana atau Pengembara, karena tidak diketahui asal muasal kedua orang tersebut. Dari perkawinan Buyasuri dan Omesuri menurunkan beberapa keturunan secara turun temurun hingga sampai pada ROMAN yang menurunkan anak RIBU dan RAHA. Kedua putera mahkota itu selanjutnya berkaitan dengan penyebaran Manusia dalam rangka memenuhi Temukung/Perkampungan di seputar Gunung Uyelewun dan sekitarnya, maka terjadilah pembagian wilayah Au Edang (Tanah Kedang) menjadi 2 bagian, Wilayah GOA OTEWELA BAJA (di pedalaman), RAJA OLE WATA (Raja di pesisir pantai.

GOA OTE WELA (Raja di pedalaman) di perintahhi oleh RIBU ROMAN dan RAJA OLE WATA (Raja pesisir) diperintahi oleh RAHA ROMAN. Oleh karena pembagian kekuasaan raja auq Edang/Tanah Kedang pada dua saudara kakak beradik dan pada akhirnya terjadilah pembaiatan adik Raja ole wata, RAHA ROMAN menjadi RAJA EDANG, Raja Tanah Kedang karena Raja RAHA ROMAN punya Sumber Daya yang lebih baik/Tinggi........................................................................................................

Sebagai tanda untuk mengekalkan PEMBAIATAN tersebut dilakukan secara seremonial adat dengan memadukan darah kakak beradik yang penuh dengan nilai kesakhralannya dan kesaktiannya.......................................................................................

ISI BAIAT :

1. RIBU RATU (sebutan asli kedang)

WITING LUBA DEI SOBA’ ARABAU DUKI DEI

Rakyat mngikuti perintah satu orang nimong/Penggembala dalam hal ini adalah RAJA

2. Semboyan persatuan dan kesatuan dari pedalaman dan pesisir/pantai adalah SATU dengan semboyan kedang

“WITING PULU WADE” UDE’, MATENG PULUH WOU’ UDE”

Artinya : Sepuluh ekor kambing diikat dengan satu Tali

Mayat sepuluh Dikubur dalam satu liang lahat

3. “WELA BIRANG WATA LOGE, WATA OWANG WELA PARO”

Artinya : Pakaiannya Pedalaman Robek,, Pesisir berikan,

Pedalaman Lapar pesisir Berikan Makanan.

Tiga butir baiat ini merupakan kalimat “NUKUNG” (Tamsil). Ketiga Baiat sumpah serapah ini sangat terbukti bila terjadi pelanggaran dan hal ini kontan dan sangat dihormati hingga saat ini, Orang boleh percaya atau tidak tapi FAKTA telah membuktikan, kemudian penulis hanya meneruskan sejarah bagi turunan dari Raja RAHA ROMAN dan sejarah GOA OTE WELA sekarang berada di Aliuroba ( Desa benihading ) tersendiri dengan sejarahnya. RAJA RAHA ROMAN kemudian menurunkan anak – anaknya secara turun temurun hingga pada ERUNG  LAWE. Dari Lawe selanjutnya menurunkan lima orang anak yaitu :


  • DATO LAWE
  • SARABITI LAWE
  • SARUANG LAWE (X ) Mati muda
  • TAPING LAWE
  • ERUNG LAWE

Yang sekarang mendiami LEU ALIUR (Kalikur) pada masa dahulu hingga sekarang dengan suku LEU TUANG hingga saat ini.........................................................

Di Leu Aliur ( Desa Kalikur ) terdapat 6 suku yang pada  masa lampau menjadi 6 temukung(kampung) yang masing – masing kepala kampung dijabat oleh Ketua – ketua suku.

Kampung/Temukung di kalikur terdiri dari :


  • Kampung / Suku Leutuang
  • Kampung / Suku Leuwerung
  • Kampung / Suku Dapubeang
  • Kampung / Suku Honiero
  • Kampung / Suku Marisa
  • Kampung / Suku Leuto’ang

Dari kelima anak dari RAJA LAWE ERUNG. Anak kedua yakni SARABITI LAWE menjadi RAJA AUQ EDANG( tanah kedang) karena sumber dayanya agak lebih baik dari kakak beradik tersebut diatas.Beliau SARABITI LAWE Lebih cakap dan belajar ilamu agama islam Tempat belajarnya adalah Ujung Pandang (Sekarang Makassar) dan Buton, Bau-bau.-

Pada masa masuknya pemerintahan Kolonial belanda pada tahun 1596, Belanda masuk ke indonesia, di Pelabuhan BANTEN (Tanah jawa) pemerintah pada saat itu di LEU/AU EDANG(Tanah Air Kedang) dengan LEU ALIUR sebagai pusat ibukota dibawah pemerintahan RAJA SARABITI LAWE.

Selanjutnya Pada tahun 1602 Belanda dengan VOC Melancarkan ekspansinya dengan politik “ DEVIDE  ET  IMPERA ” atau politik memecah belah dan menguasai.

Dengan dilancarkan politik Devide et Impera maka terjadilah fitnah yang dilancarkan oleh VOC kepada RAJA ADONARA bahwa di Au Edang atau tanah Kedang hidup seorang Raja yang bernama SARABITI LAWE yang meliputi 44 Temukang/Kampung. Yang berdiri sendiri dengan tidak memihak kepada Timur ataupun Barat. Dengan segala strategi yang licik dari VOC maka Raja ADONARA mulai melakukan perluasan wilayah kekuasaan dengan segala strateginya dengan mengundang RAJA SARABITI LAWE ke Adonara lalu mempersuntingkan saudari perempuannya untuk di kawinkan kepada raja SARABITI LAWE yang bernama “ MEME BOTA “ dengan demikian maka RAJA KEDANG di bawah Raja SARABITI LAWE secara otoomatis menjadi bagian dari pemerintahan RAJA ADONARA dengan sebutan KAPITAN( RIANG BARA ) sebagai bukti pengakuan Auq edang menjadi bagian dari Raja ADONARA maka lahirlah kalimat  sakti perpaduan dua wilayah antar kalikur dan Adonara yang ditandai dengan memadukan darah dan diminum bersama.

Kalimat sakti tersebut adalah : “LEU ALIUR AUQ ADONARA”

Kesaktian kalimat tersebut telah terbukti dimana-mana oleh orang kedang. Kalimat ini boleh dipercaya atau tidak tetapi fakta telah membuktikan. LEU ALIUR AUQ ADONARA dengan “NUBA NARA” nya adalah kalimat yang penuh dengan kesaktiannya adalah kalimat yang merupakan simbol INDUK,Yang dalam istilah kedang “NETE” atau HULU( GAGANG) sedangkan isinya, Sebagai penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya karena tidak bisa mencantumkan isi dari pada istilah di atas, karena diharuskan untuk memenuhi kriteria khusus yang harus di penuhi bagi yang mau mempelajarinya...................................................................................................................



B. Auq Edang atau Tanah Kedang pada Masa Pemerintah Kolonial Belanda

Raja SARABITI LAWE ( Penguasa Auq Edang dan Tanah kedang) yang sering dipanggil(RIANG BARA)  kawin 2 (dua) orang istri dengan menurunkan beberapa orang anak diantaranya yang menjadi putra mahkota adalah :

MUSA SARABITI, dan BAPA LAWE SARABITI

Dengan dua putera mahkota ini pemerintah kolonial Belanda mulai memainkan peran fitnah kepada RAJA ADONARA bahwa Auq Edang (TANAH KEDANG) terr jadi perebutan tahta oleh dua saudara yaitu :

BAPA LAWE SARABITI dengan MUSA SARABITI, dan akhirnya  BAPA LAWE SARABITI di asingkan ke KUPANG(timor). Dan pada akhirnya SARABITI LAWE sering dipanggil dengan nama BAPA KUPANG.Kedua saudara tersebut yakni Musa Sarabiti dan Bapa Lawe sarabiti belajar sekolah di Makassar, Buton, dan Bau – Bau. Setelah Bapa Lawe Sarabiti kembali dari Kupang terjadilah perdamaian antara kedua saudara kakak beradik untuk saling akui mengakui Saudara MUSA SARABITI menjadi “RIANG BARA”. Sebagai bukti bahwa adanya pengakuan tersebut dilakukan pertukaran Bineng(Saudara Perempuan) yakni saudari perempuan dari  MUSA SARABITI yaitu : SITI MUSA dan BANG MUSA   menjadi saudari perempuan BAPA LAWE SARAABITI yakni EMA BESE’ dan EMA PAO menajdi saudari MUSA SARABITI hingga saat ini.

Selanjutnya RIANG BARA MUSA SARABITI menurunkan beberapa orang anak yang menggantikan RIANG SARABITI adalah PUTERA MAHKOTA yang bernama “SARABITI MUSA” menjadii Riang Bara Auq Edang/tanah Kedang, beliau sering di panggil dengan sapaan “BAPA RIANG” yang tempat pemakamannya di abadikan diatas batu besar di BOTE LOLOQ yang sering dissebut masyarakat dengan SAGU WOWO artinya MULUT SAGU atau pelabuhan ADONARA. Yang hingga saat ini menjadi monumen peninggalan masa lampau.

C. Auq edang atau  Tanah Kedang pada Masa Kemerdekaan indonesia

Pada tahun 1945 Auq Edang atau Tanah Kedang diperintahi oleh “RIANG BARA” yang membawahi 44 Temukang/kampung yang berada di seputar uyelewun atau gunung kedang. Termasuk 6 buah kampung di kalikur. Setelah RIANG BARA MUSA SARABITI meniggalakan roda pemerintahan, Pemerintahan beralih pada 2(Dua) orang putera mahkota yaitu :


  • MUSA atau M. MUSA atau dipanggil dengan sapaan BAPA MUSA, selanjutnya menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah, dan kemudian dipanggil dengan sapaan H.MUSA.
  • BAPA DIAH yang kemuadian berkawin dengan dengan keturunan RAJA ADONARA dan bermukim di SAGU hingga saat ini.

Setelah itu yang menjadi RIANG BARA wilayah Kedang dibawah Pemerintahan “RIANG MUSA”. Setelah Kemerdekaan wilayah RAJA ADONARA dibentuk dengan sistem Pemerintah baru dengan sebutan “SWAPRAJA ADONARA” yang membawahi beberapa KAPITAN yang diperintahi oleh seorang Kepala HAMENTE yang khususnya di wilayah kedang menjadi HAMENTE KEDANG.

Pada tahun 1960 terjadilah perubahan sisitem pemerintahan menurut Undang – Undang atau peraturan kepala HAMENTE diubah menjadi KOORDINATOR DESA – DESA. Setelah RIANG BARA MUSA BIN BAPA RIANG, Pemerintah beralih apada Dinasti berikutnya yaitu Putra Mahkotanya yakni : MAS ABDUL SALAM SARABITI sebagai kepala HAMENTE Kedang, juga sebagai koordinator Desa-desa Kedang yang berkedudukan di BALAURING Ibukota kecamatan Omesuri sekarang............................

Pada tahun 1961, Kemudian struktur pemerintah Koordes dirubah menjadi Pemerintah Kecamatan , sehingga Kampung – Kampung pun diubah menjadi “Pembentukan desa gaya Baru”. Maka terjadilah Pembentukan Kecamatan Lomblen Timur dengan Ibukotanya BALAURING. Selanjutnya khususnya Kalikur yang terdiri dari enam Kepala Kampung yang digabung menjadi : “DESA GAYA BARU KALIKUR” . Dan Pada saat itu terjadilah Penggabungan Desa - Desa Seputar Gunung Uyelewun yang Dulunya terdiri dari kepala – kepala Kampung..................................................................

Pada tahun 1967 Pemerintah Lomblem Timur dimekarkan menjadi dua Kecamatan yaitu :


  • Kecamatan Buyasuri
  • Kecamatan omesuri

Yang  dahulunya adalah wilayah Administrasi RAJA SARABITI LAWE


  • Kecamatan Buyasuri Ibukotanya Weiriang
  • Kecamatan omesuri ibukotanya Balauring

Hingga saat ini.........

D. SEJARAH PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI FLOTIM, ALOR DAN DI KEDANG KALIKUR

Agama islam masuk di wilayah flores timurdan alor lebih khusus di Auq edang/Tanah Kedang melalui 2 jalur yaitu :


  • EXPEDISI DARI TIMUR
  • EXPEDISI DARI BARAT

Pada tahun 1500 Agama Islam masuk di indonesia yang dibawa oleh pedagang dari Arab, Gujarat, dan Persia melalui bandar – bandar niaga yang Ramai. Pada umumnya Ekspedisi penyebarannya melalui perdagangan dan kawin mawin. Tahun 1700, khusus di Tanah Kedang (Auq Edang) yang diperintahi oleh Raja Sarabiti Lawe dengan pusat pemerintahan di LEU ALIUR(KALIKUR) sudah memeluk agama Islam, primitif awal mula masuknya agama islam di LEU ALIUR(Kalikur) berasal dari kerajaan/kesultanan Banten. Para da’i penyiar agama islam datang berniaga/berdagang dan singgah di pelabuhan/bandar Leu Aliur. Bandar/Pelabuhan Leu Aliur(Kalikur) pada masa lampau sangat terkenal karena merupakan bandar/pelabuhan transito bagi Expedisi penyebaran dari timur ke barat ataupun dari barat ke timur. Karena itu pelabuhan kalikur diberi nama dengan PUITIS KEDANG :

“LEU LIKUR LAMA KOMA TANAH WAHENG LAMA BERA”

Artinya :

NEGERI YANG AMAN DAMAI TEMPAT BERTEDUH BAGI PELAYAR YANG HENDAK KE TIMUR atau KE BARAT

Sekaligus tempat persiapan pembekalan (Logistik)  dalam pelayaran dan penyebrangan.

Bandar/Pelabuhan Kalikur sekarang masih ada yang sering disebut oleh orang kedang dengan sebutan “WATA RIANG” dengan rincian arti (Wata : Pantai,Riang : Besar). Artinya Pantai Besar dan tempat itu menjadi tempat yang sakral dan terus dipergunakan oleh pemerintah dan masyarakat kalikur dalam Urusan Pelepasan Ekspedisi kalikur ke luar Daerah termasuk pelepasan dan pemberangkatan jemaah haji pada masa lampau.............!!!

Pada Tahun 1800, datang lagi para penyebar dan penyiar agama islam dari kesultanan Banten yang bernama“SYEKH IBU ABUYA” sebagai pimpinann ekspedisi masuk di Kalikur dan tinggal serta menetap bersama Bapa Lawe Sarabiti melalui bandar/pelabuhan Kalikur sambil berdagang atau berniaga sekaligus penyiaran dan penyebaran agama islam di kalikur. Dan Syekh Ibu Abuya berasal dari Keturunan kesultanan Banten dan juga penyiar agama islam di wilayah kedang khususnya di kalikur, oleh karena tugas sebagai seorang penyiar agama islam maka beliau tinggal dan menetap di kalikur untuk waktu yang cukup lama sampai bertahun. Sebagai bukti bahwa beliau pernah tinggal di Kalikur, maka rumah yang dianiaya orang kalikur dan orang kedang pada umumnya menyebutnya dengan sebutan Huna Banten karena lidah orang kedang menyebutnya dengan sebutan Huna banten : Huna = Rumah, Banten=bantal. Rumah tersebut ditempati oleh orang Banten, dan hingga saat ini rumah tersebut masih bernama Huna bantal dan keberadaanya kini masih ada di desa kalikur. Karena itulah perlu digaris bawahi bahwa datangnya/tibanya Syekh Ibu Abuya, Raja Kedang Musa sarabiti, dan bapak Lawe sarabiti sudah memeluk agama islam dari bapaknya (Mendiang Sarabiti Lawe). Sebagaimana telah penulis katakan bahwa penyebaran dan penyiaran agama islam baik Timur maupun Barat, melalui bandar-bandar niaga yang ramai dan termasykur.


  1. Ekspedisi Jalur Timur dan Barat

Ekspedisi jalur barat tersebut melalui Kerajaan Islam di tanah jawa dan juga Sulawesi. Sedangkan Ekspedisi jalur Timur melalui Kesultanan Ternate, Tidore, saparua, Bacaa dan Obi. Ekspedisi barat dalam penyebaran dan penyiarannya melalui 5 bandar-bandar yang ramai pada masa itu yakni :

Wilayah Flores Timur terdiri dari :

LOHAYONG → Ola Lau Hayong

LAMAKERA → Dato Lau Kera

LAMAHALA → Kia Rae Salang

TERONG → Dato Watampao

LEBALA → Bala Lama Rongan

5(lima) bandar besar itulah kemudian dikenal dengan SOLOR WATANG LEMA artinya Solor 5 Pantai. Solor adalah nama Daerah yang masuknya agama islam di wilayah Flores Timur. Watang adalah bandar, pantai atau pelabuhan. Jadi Solor watang lema berarti 5 (lima) pantai.................................................................................................


  • Expedisi Timur

Melalui jalur Bandar – bandar Niaga yang ramai Khususnya di kepulauwan Alor melalui 5 Bandar besar yaitu :

PANDAI→Liu rai Bolitonda

BARANUSA

BLAGAR→Salasang baku laha

ALOR BESAR

KUI MORU→Gamaley Ata Malay

5 (lima) bandar tersebut kemudian terkenal dengan nama / sebutan GALI AU WATANG LEMA BerartiALOR LIMA PANTAI . Kalau begitu Kedang / Kalikur termasuk yang mana ? apa Solor Watang Lemaatau Gali Au Watang Lema ? jawabannya : Kedang / Kalikur  Tersendiri karena Bandar Kalikur sebagai mana penulis sudah  utarakan bahwa kalikur sebagai tempat Transit untuk  jalur  penyebrangan  baik dari Timur maupun  Barat yang sering di beri nama dengan “ LEULIKUR LAMA KOMA TANAH WAHENG LAMA BERASebagai bukti peninggalan tempat singga pada masa  Lampau di Kalikur masih ada sering di sebut “Wata Riang”, Jadi Kalikur Agama Islam masuk Tersendiri Baik melalui jalur Timur maupun barat.

Untuk memperdalam ilmu Agama Islam Baik di timur maupun di Barat Orang Kalikur Meengirimkan BENARASI untuk belajar Ilmu Agama Islam sebagai berikut:

GENERASI I (pertama)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun