Mohon tunggu...
Arra Yusuf
Arra Yusuf Mohon Tunggu... Freelancer - Arra Itsna Yusuf suka jalan-jalan dan nulis suka-suka

Setidaknya, dengan menulis, "Aku menghadirkan diri, meski kau anggap aku mati" (Arra Yusuf)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jalan-jalan Asyik Susuri Kota Tua Jakarta: Dari Kali Besar hingga Pelabuhan Sunda Kelapa

21 September 2018   00:08 Diperbarui: 4 Januari 2023   08:49 1237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali Besar Kota Tua (dokpri)
Kali Besar Kota Tua (dokpri)
Sayangnya belum banyak pohon berdaun rindang di sepanjang pedestriannya, pohon-pohonnya masih dalam masa pertumbuhan, kurasa. Semoga nanti kalau ke sana lagi sudah lebih teduh.

Kali Besar Kota Tua (dokpri)
Kali Besar Kota Tua (dokpri)
Di sana, jam-jam tengah hari juga jarang ada wisatawan. Tak seheboh di Taman Fatahillah.

Ada patung-patung lucu yang awalnya kukira manusia betulan. Ada patung yang (ceritanya) lagi ngecat, ada yang lagi nyapu juga.  Oh ya, air kalinya juga sudah lumayan bersih. Jadi memang tempat asique banget buat foto.

patung 'bekerja' (dokpri)
patung 'bekerja' (dokpri)
"Jembatan yang Tersisa"

Jembatan Intan (dokpri)
Jembatan Intan (dokpri)
Tak lengkap rasanya jika jalan kaki menyusuri kota tua Jakarta tak ke Jembatan Intan yang dijuluki "Jembatan Pasar Ayam" atau disebut juga "Jembatan yang Tersisa". Sayangnya, beberapa bagian jembatan ini juga sudah rapuh. Benar-benar jembatan tua yang tersisa jadinya, ya..

Jembatan Intan (dokpri)
Jembatan Intan (dokpri)
Saat itu kami juga mengira lokwis ini tak dibuka lagi. Saking penasarannya, kami sempat ngintip- ngintip dari balik pagar, eh ternyata ada bapak penjaga buka pagar. "Buka," katanya. Kami pun membayar 7000 rupiah untuk tiga orang, baru bisa masuk.

Jembatan Intan (dokpri)
Jembatan Intan (dokpri)
Papan Informasi Jembatan Intan
Papan Informasi Jembatan Intan
Ke Pelabuhan Sunda Kelapa? Ngapain?

Pelabuhan Sunda Kelapa (dokpri)
Pelabuhan Sunda Kelapa (dokpri)
Niatnya sih ingin berlayar ke samudera cintaNya, tsaaah...  tapi yo nggak bisa pastinya. Waktu itu kami malah ditawari bapak-bapak nelayan untuk keliling pelabuhan naik sampan. 

Tapi kami tolak dengan halus saja. "Maaf, Pak, tapi ketika isi domfet memang lagi ngajak gelut, kami cuma bisa siul-siul cantiq aja dulu. Padahal aslinya mah karena takut..."

Pinisi (dokpri)
Pinisi (dokpri)
Yang pasti jawabannya sih karena kami ingin tahu "rupa asli" Pelabuhan bersejarah tersebut. Juga ingin foto-foto, dong, untuk mengabadikan ketidakabadian (plak!) terus di-post deh di Instagram kayak orang-orang. Ngoahahaha...

Foto depan kontainer ternyata bisa aestetik juga (dokpri)
Foto depan kontainer ternyata bisa aestetik juga (dokpri)
Kapal-kapal dagang yang terbuat dari kayu (kapal pinisi), sampan, tumpukan kontainer, truk-truk, bahan bangunan beserta debu dan pasir terbawa angin menyambut kami setibanya di sana.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun