Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Evan Dimas atau Marselino Ferdinan yang Paling Cocok Temani Ricky Kambuaya?

28 Januari 2022   23:10 Diperbarui: 30 Januari 2022   07:31 1602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gelandang Timnas, Ricky Kambuaya I Foto: Roslan RAHMAN/AFP via Kompas.com

Saya sepakat dengan coach Shin Tae-yong yang sampai naik pitam terhadap penampilan timnas Indonesia saat melawan Timor Leste. Penampilan skuad Garuda memang tidak selaras dengan skor kemenangan telak, 4-1 Evan Dimas dkk.

Sempat ketinggalan 0-1 di babak pertama, Shin Tae-yong melakukan pertukaran pemain di awal babak kedua. Tiga pemain diganti, dan ketiganya memang bermain buruk. Bek kiri, Edo Febriansyah, Ramai Rumakiek di sektor sayap kiri, dan tentu saja Dedik Setiawan.

Apakah memang ketiga pemain itu saja yang pantas menanggung dosa penampilan buruk di babak pertama? Saya kira tidak demikian. Jika sepak bola dianggap sebagai sebuah kesatuan gerak tim, maka jelas seharusnya di perbaikan sektor lain juga, bukan cuma sektor striker.

Saya sendiri menilai bahwa sektor tengah juga tak luput dari kelemahan atau dalam kata lain masih butuh perhatian untuk perbaikan.

Dalam formasi dasar 4-3-3, ketiga gelandang yakni Rachmad Irianto, Evan Dimas, dan Ricky Kambuaya menurut saya belum sampai ke potensi maksimal. Belum padu dan bahkan masih terlihat mis terhadap interpretasi yang diharapkan.

Bagaimana melihat keinginan coach Shin Tae-yong terhadap pergerakan ketiga pemain ini? Saya kira saya akan memberikan contoh Arsenal Arsene Wenger 2009-2010 yang saya kutip dari Tactical Theorema.

Formasi dasarnya sama, 4-3-3 dengan gelandang Abou Diaby, Alexandre Song, dan Cesc Fabregas. Di posisi dasar, Abou Diaby berperan sebagai gelandang bertahan, dan Alex Song dan Fabregas akan sejajar. Di timnas, peran Diaby adalah Rachmad Irianto, sedang Alex Song dan Fabregas, serupa Ricky Kambuaya dan Evan Dimas.

Ini yang menarik. Skema 4-3-3 ini dapat berubah menjadi 4-2-3-1 ketika menyerang. Ide Arsene Wenger saat itu jelas, ketika berubah menjadi 4-2-3-1 maka Fabregas akan menjadi Advanced Playmaker dan Abou Diaby dan Alek Song akan sejajar tapi dengan garis yang lebih ofensif.

Di sini, akan terlihat persoalan di lini tengah kita. Peran Advanced Playmaker atau Attacking Midfielder yang lebih ofensif, tidak terlihat jelas diperankan oleh Evan Dimas atau Ricky Kambuaya.

Ini menjadi serius, karena ketika memilih siapa yang lebih ke depan, maka pemain yang tersisa, harus berperan menjadi box to box midfielder dengan tingkat jelajah, fighting, dan stamina yang baik.

Pengamatan saya, Evan Dimas dan Ricky Kambuaya diminta untuk bergantian melakukan peran itu oleh Shin Tae-yong, tetapi menurut saya tidak efektif. Seharusnya, seperti yang saya katakan, harus jelas batasnya.

Jika mengacu pada stamina dan tingkat jelajah, maka Ricky Kambuaya lebih cocok, hanya persoalannya, Evan Dimas cenderung tidak cocok menjadi attacking midfielder, karena gaya Evan lebih senang untuk mengontrol dan menjemput bola dari kedalaman. Ini jelas tidak efektif, karena transisi menyerang menjadi lebih lambat.

Hanya memang menjadi serba salah, karena ketika diminta untuk menjadi gelandang tengah pun Evan diwajibkan untuk memiliki kemampuan defensif yang mumpuni untuk bergantian dengan Rachmad Irianto melindungi garis pertahanan. Sayangnya, untuk ini Evan juga lemah.

Artinya begini, jika memainkan Evan Dimas dan Ricky Kambuaya secara bersamaan, maka harus menerima risiko bahwa gelandang tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk melindungi garis pertahanan ketika terjadi serangan balik cepat tim lawan.

Melawan tim yang lebih lemah seperti Timor Leste, risiko terhadap kemungkinan ini dicoba diambil Shin Tae-yong, dan menurut saya tidak berhasil.

Lalu mengapa tidak Ricky Kambuaya saja yang dijadikan box to box midfielder? Ini memang pilihan yang sulit karena profil Ricky Kambuaya sangat lengkap. Punya tingkat jelajah tinggi, kreatif, dan memiliki naluri mencetak gol yang tajam.

Inilah yang membuat Shin Tae-yong akan terus menjaga Ricky tetap di lapangan karena kualitasnya tersebut dan bakal memilih mendorong Ricky ke depan, daripada terus di garis tengah atau belakang. 

Jika demikian, pertanyaan pamungkasnya adalah siapa yang paling cocok menemani Ricky Kambuaya, Evan Dimas atau Marselino Ferdinan---mengacu pada pergantian pemain kemarin?

Dari pemaparan saya di atas, maka jawabannya sudah bisa terlihat. Secara pengalaman, Evan Dimas memang lebih unggul dari Marselino, tetapi dari kebutuhan untuk menjadi penyokong Ricky Kambuaya, maka saya harus jujur, bahwa Marselino bisa saja lebih baik.

Jika kita lihat kiprah Marselino di lapangan di leg pertama lawan Timor Leste, maka pemain muda asal Persebaya ini menjadi penyokong yang cukup baik bagi Ricky Kambuaya. Dia bukan saja mampu membuka ruang untuk Ricky Kambuaya, tetapi memiliki pergerakan untuk membantu pertahanan dengan cukup baik.

Hanya, saya juga harus jujur, Timor Leste bukanlah ujian yang cukup keras membuktikan pendapat saya ini. 

Ketika Marselino masuk menggantikan Evan Dimas, Gali de Freitas di sektor depan Timor Leste sudah cukup kelelahan, sehingga tidak terlalu memberi tekanan untuk pertahanan timnas Indonesia.

Karena itu, jika bisa memberi saran untuk Shin Tae-yong agar di leg kedua nanti dapat memainkan Marselino dan Ricky Kambuaya secara bersamaan. Lalu kita nilai bersama. Efektif atau tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun