Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jika Elkan Baggott Punya Saudara Perempuan, Timnas Putri Bisa Hajar Australia

22 Januari 2022   16:08 Diperbarui: 22 Januari 2022   16:09 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Courtney Nevin (kanan) berduel dengan Baiq Amiatun Shalihah (kiri) pada laga Piala Asia Wanita 2022.(AFP/ THANANUWAT SRIRASANT) via Kompas.com

Sejak kawan kantor membagikan jadwal pertandingan Timnas Putri di Piala Asia Wanita 2022, saya sudah langsung merasa iba, yang berarti saya tidak mau menyaksikan secara langsung laga perdana melawan Australia, karena saya sudah mencium bau pembantaian disana.

Level Australia itu sudah jelas jauh, jauh sekali malah. Jika Australia sudah bermain di level Piala Dunia, maka timnas putri masih bermimpi sampai kesana, karena level lokal saja, belum ada alat ukurnya.

Soal pemainnya malah lebih menyedihkan. Salah satu pemain Australia yang bernama  Samantha May Kerr itu adalah peraih penghargaan kedua FIFA Women's Player of the Year. Nah, jika di level pria, maka Sam Kerr ini bisa disamakan dengan Lionel Messi, Christiano Ronaldo dan Robert Lewandowski. Tinggal pilih yang mana.

Sialnya bagi timnas Indonesia, bukan hanya Sam Kerr disitu. Ada nama-nama pemain seperti Kyah Simon, pemain klub Tottenham Hotspur, Alana Kennedy yang bermain di Manchester City, dan kiper Lidya Williams, yang bermain di Arsenal.

Pemain Garuda Pertiwi yang bermain di luar negeri cuma Shalika Aurelia Viandrisa yang bisa dibanggakan karena bermain di Roma Calcio. Nah, jangan salah lagi, ini bukan saudari AS Roma yang berpelatih Jose Mourinho itu, bukan. Ini klub, Seri B, level kedua.

Jadinya laga ini berakhir tragis bagi timnas putri kita, yang dibantai 18 gol tanpa balas. Skor kekalahan terbesar yang pernah dialami oleh timnas putri.

Ya, wajar saja karena dari data di atas maka ini seperti apa ya. Saya malah tak mampu mencari persamaannya. Mau David Goliath juga tak sampai hati, kareana David memang dihajar babak belur di kisah ini.

Di laga itu, Australia bermain tanpa ampun. Di media, mereka menyebut bahwa mereka menghormati timnas putri Indonesia dan menurunkan skuad terbaik mereka. Aih, omong kosong, mereka memang sedang ingin bersenang-senang saja. Saya doakan, suatu saat entah kapan, kita akan balaskan.

***  

Seusai laga, saya berpikir keras, bagaimana caranya agar timnas putri jangan semenderita ini.

Saya sepakat dengan pengamat bola, netizen atau siapalah yang mengatakan bahwa ini menunjukkan ada pekerjaan rumah yang besar sekali bagi PSSI.

Contohnya adalah masalah tiadanya kompetisi berjenjang sebagai pondasi terbentuknya timnas putri yang kuat. Sekolah sepakbola, liga yang tersistim akan menghadirkan pemain yang hebat dan tim yang solid.

Timnas tentu bukan cerita para pendekar yang bisa datang dari antah berantah, dikumpulin lalu mengeluarkan jurus terbaik mereka melawan yang jahat dan menang, dan kita pun bersorak. Lionel Messi tidak datang dari hutan di Argentina sana, dan membawa skill mandraguna dari ajian di atas gunung sana, dia dibentuk di SSB dan liga yang baik.

Artinya, ini adalah kompetisi olahraga yang lahir dari proses, bukan mimpi siang bolong berharap ada superhero muncul dari laga sekompetitif Piala Asia.

Saya sedikit heran, mengapa dalam situasi tersebut, timnas kita masih dikirimkan juga, ketika ada pilihan untuk tidak berkiprah. Namun saya juga mafhum, terkadang para pengurus kita suka aji mumpung alias berjudi, kalau menang ya membanggakan diri, tetapi kalau kalah, sembunyi, entah kemana. Kasihan para pemain.

Lalu bagaimana masa depan timnas putri kita, apakah kita bisa suatu saat berkiprah lebih baik, dan bermimpi bisa menghajar balik Australia yang tak kenal ampun itu? Ya, benahi sistim sepakbola. Titik. Tak perlu sepintar Exco PSSI untuk memahami ini. Laksanakan saja. Titik. Sudah dua titik ini.

Apakaa ada cara yang lebih cepat? Ahai. Saya ada ide menarik, bagaimana jika naturalisasi pemain timnas putri. Ini ide memang mahal tapi bisa berharga murah.

Saya akan jelaskan ide cemerlang ini. Kan kita ini tidak punya kompetisi untuk para pemain sepakbola putri.

Tak masalah, asal kita cerdas untuk menemukan pemain putri yang bermain di kompetisi elit yang ada darah Indonesianya. Yup, naturalisasi pemain timnas putri.

Coba cek teman-temannya Samantha Kerr di Chelsea sana, mungkin ada pemain yang punya famili Indonesia. Di Menchester City, Arsenal dan klub kelas satu di sepakbola Wanita. Kalau bisa sampai di Brasil atau Afrika sana. Nama juga famili, bisa kemana-mana kan, di Afrika, ada negara Suriname yang punya banyak warga berdarah Indonesia. Bisa dicek segera.

Yang paling-paling mudah adalah bertanya kepada pemain naturalisasi, apakah mereka punya saudara perempuan yang juga pemain bola. Ini akan menarik, sungguh.

Bayangkan saja jika Elkan Baggott punya saudara perempuan berdarah Indonesia tentunya, pemain bola dan bertinggi 190 cm. Sam Kerr akan dibuat keder bahkan keteter.

Konklusi sederhana sebagai solusi instan dari persoalan besar ini adalah  disegerakanlah pencarian hingga proses naturalisasi pemain timnas putri.

Paling akhir. Apakah ada pembaca yang menilai bahwa ide ini sangat tidak masuk akal dan gila? Eits, jangan anggap remeh, berpikir out the box itu adalah kunci. Tapi jika mau jujur, ini memang bentuk kefrustrasian saya saja atas kekalahan super telak timnas putri kemarin.

Semoga saja, Elkan Baggott punya saudara perempuan yang pemain bola. Itu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun