Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hasil Survei Anies Ungguli Risma, Benarkah PDIP Pilih "Tutup Buku"?

15 Februari 2021   19:31 Diperbarui: 15 Februari 2021   19:40 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan (kiri) dan Tri Rismaharini atau Risma (kanan).(KOMPAS/ WISNU WIDIANTORO, ALIF ICHWAN)

Di tengah polemik soal dibatalkannya revisi UU Pemilu, para peneliti atau lembaga survei ternyata terus bekerja. Hari ini, beberapa media online memuat hasil survei dari Lembaga Survei Media Survei Nasional (Median).

Lembaga Survei Median ini melakukan survei pada 31 Januari-3 Februari 2021, dengan menggunakan sampel 400 responden  yakni warga DKI Jakarta yang memiliki hak pilih dengan metode teknik multistage random sampling. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa margin of error survei ini +/- 4,9 %, dengan tingkat kepercayaan mencapai 95%.

Apa yang disurvei? Salah satu inti dari survei ini disebutkan terkait kandidat calon gubernur di Pilkada DKI Jakarta periode mendatang, selain itu juga disurvei tentang tingkat kepuasan pada pemerintah sekarang yang dipimpin oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Hasil survei bisa dikatakan menarik, terutama soal kandidat Gubernur DKI mendatang. Untuk hasil dari ini, Anies Baswedan sebagai petahana boleh tertawa karena memiliki elektabilitas tertinggi hingga 42,5 persen.

Anies unggul atas nama-nama lain yang santer akan diproyeksikan maju sebagai calon gubernur di Pilkada DKI Jakarta mendatang. Misalnya Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno yang menempati peringkat ketiga dengan 5,5 persen, Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di peringkat keempat 3,5 persen.

Lalu bagaimana dengan Menteri Sosial, Tri Rismaharini atau Risma? Risma menempel Anies dengan cukup ketat yakni memiliki tingkat elektabilitas mencapat 23,5 persen. Bukankah ini cukup jauh, yakni 23,5 persen berbanding 42,5 persen milik Anies?

Dari penjelasan dari Median melalui peneliti Median, Ade Irfan Abdurrahman dalam konferensi pers paparan rilis hasil surveinya, Senin (15/2), disebutkan bahwa mereka juga telah melakukan simulasi head to head, hadap-hadapan antara Anies dan Risma, dan selisih antara keduanya hanya berselisih 9 persen saja.

"Jika kita uji head to head, gap keduanya menurun. Anies dapat elektabilitas 45 persen. Risma 36 persen. Selisihnya hanya 9 persen. Single digit," kata Ade.

Soal single digit ini, dijelaskan berdasarkan pengalaman mereka bahwa hasil single digit bukanlah titik aman bagi pemuncak klasemen, dan bisa menjadi titik rawan sehingga bisa disalip oleh kompetitor.

"Meski Anies masih unggul, tapi ini (elektabilitas Risma) mengancam elektabilitas Anies. karena selisihnya hanya di bawah 10 persen, ini sangat rawan," pungkas  Ade yang juga adalah Direktur Riset Median.

PDIP Memilih Tutup Buku?

Biasanya hasil survei seperti ini akan betul-betul diseriusi oleh politisi dan partai politik, apalagi menjelang perhelatan kontestasi Pilkada. Parpol dan politik akan menyusun langkah strategis untuk dapat menaikan elektabilitas dan popularitas jagoannya.

Hanya keadaan saat ini berbeda, khususnya ketika revisi UU Pemilu sudah dibatalkan. Pilkada terdekat masih 2024, tiga tahun lagi, hasil survei saat ini dianggap masih terlalu jauh karena bersifat dinamis, dapat berubah.

Itulah yang membuat PDIP, partai yang diwacanakan akan mengusung Risma tidak terlihat terlalu antusias merespon hasil survei ini.

"Pilkada 2022 oleh DPR kan sudah tutup buku proses revisi UUnya," kata Ketua DPP PDI-P Ahmad Basarah singkat dan nampak enggan mengomentari hasil survei ini dikutip dari Kompas.com.

Bahkan ketika ditanya tentang pencalonan Risma, Ahmad Basarah hanya menjawab secara diplomatis. "2024 masih tiga tahun lebih, masih banyak waktu bagi PDI-P untuk mengkaji dinamika politik sampai 2024,"

Apa yang bisa dilihat dari sikap PDIP ini, mengapa PDIP mengatakan “tutup buku” ? Paling tidak ada dua cara menafsirkannya. Pertama, PDIP memang belum ingin mempersiapkan lebih serius bakal calon karena masih fokus membantu pemerintah Jokowi saat ini untuk menangani pandemi.

Ini tentu masuk akal, karena inilah yang menjadi salah satu alasan utama koalisi pemerintah bersuara bulat mendukung dibatalkannya revisi UU Pemilu yang berarti ditiadakannya Pilkada 2022 dan 2023.

Membicarakan terlalu serius hasil survei, bisa saja mengingkari pertanyaan tersebut, apalagi terpancing menghubungkannya dengan Anies yang menurut hasil survei berada di puncak. Bagi lawan politik, pembatalan revisi UU Pemilu untuk mengganjal Anies.

Kedua, bisa diduga, “tutup buku” ini berarti ada strategi baru yang akan ditempuh PDIP menuju Pilkada DKI 2024. Salah satunya mungkin saja diskusi tentang siapa yang akan diusung PDIP nantinya.

Bukankah Risma yang pasti diusung? Belum pasti. Dibatalkannya Pilkada 2022, serta merta membuat diskursu tentang ini bergulir terus, bahkan liar. Akhir-akhir ini bahkan nama Gibran Rakabuming, Walikota Solo yang baru terpilih digadang-gadang akan disiapkan untuk bertarung melawan Anies di 2024 nanti.

Politik memang dinamis, dan juga bermain dengan segala kemungkinan. Dalam konteks inilah, hasil survei ini bisa digunakan PDIP untuk menimbang-nimbang kembali pencalonan Risma atau calon lainnya.

Terakhir, jangan percaya 100 persen yang dikatakan politisi. Menyebut tutup buku, fokus mendukung pemerintah sekarang bisa jadi hanya tampilan panggung depan. Di belakang, PDIP terus bergerak, melakukan siasat. Anies hari ini di puncak survei, itu sebuah persoalan serius yang mesti didapatkan solusinya.

Referensi : 1-2-3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun