Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Paradoks Hansi Dieter-Flick dan Legacy Giovanni Trapattoni

23 Agustus 2020   06:04 Diperbarui: 23 Agustus 2020   06:54 1376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hansi Flick dengan gelar Bundesliga I Gambar : EPA/BBC

Sesudah Serge Gnabry mencetak gol keduanya, lelaki Jerman berusia 56 tahun itu tidak melompat dan berteriak. Tidak. Dia nampak begitu tenangnya. Hanya mengangkat kedua tangannya, menarik napas dalam. Begitu saja. Dingin.  Padahal dia telah membuat Bayern tampil trengginas dan melaju ke final Liga Champions 2019/20 dengan amat meyakinkan.

Namanya Hansi Dieter-Flick. Aktor utama di balik kemenangan sensasional 8-2 Bayern Muenchen atas Barcelona yang melengkapi penampilan hampir tanpa cela dari Die Rotten sepanjang kompetisi berlangsung. Sang pembunuh raksasa, Lyon, juga dipaksa bertekuk lutut dengan skor 0-3, karena taktik ampuh dari seorang Hansi.

Hansi memang berhasil membuat Bayern tampil menyeramkan bagi tim lawan musim ini. Dari data di UEFA.Com, dari 10 kemenangan Bayern dalam 10 laga—tanpa hasil imbang, Bayern mencetak 42 gol atau 4,2 gol per pertandingan. Mengerikan.

Selain itu, tercatat jumlah peluang mencapai angka 230 dengan ball possession mencapai 61% dengan 88 persen tingkat akurasi operan. Ini menandakan bahwa sepanjang 90 menit, Bayern hampir tak memberi ruang untuk lawannya.

Hansi membuat Bayern tampil tanpa ampun,  kejam dan menariknya ini kontradiktif dengan namanya. Hans dalam Bahasa Skandinavia berarti Tuhan Yang Maha Pengasih, dalam Bahasa Jerman, diartikan sebagai hadiah dari Tuhan.

Paradoksal. Bagaimana bisa Hans yang seharusnya “pengasih” dan “penyayang” itu menjadi tanpa ampun dalam diri Hansi soal taktikal di lapangan? 

Entahlah, dan mungkin seorang Hansi sekalipun, tak pernah bermimpi dapat melakukan hal-hal hebat tersebut sebagai seorang pelatih kepala, karena selama ini dia hanyalah orang kedua di balik kemenangan tim. Hans hanyalah seorang asisten, pembantu.

Hansi dipilih manajemn  sesudah pelatih utama Bayern sebelumnya, Niko Kovac dipecat. Alasannya mungkin sederhana, Hansi bisa membuat para pemain bintang Bayern tak berkelahi lagi. Benar, FC Hollywood jika tak ditangani dengan baik maka ibarat kumpulan pria besar yang emosional di bar karena mabuk bir.

Lihat saja, pria kelahiran Heidelberg ini berhasil membuat transisi di Bayern sepeninggal Kovac berjalan mulus. Bukan saja mampu mendamaikan Leon Goretzka yang sempat adu pukul dengan Jerome Boateng di masa Kovac, namun Hansi juga mampu membuat para pemain senior seperti Thomas Mueller dan Robert Lewandowski  tampil kembali dan lebih hebat lagi, dan Ivan Perisic yang dibuang Inter Milan kembali tampil memikat.

Hasilnya memang luar biasa. Bayern di tangan Hansi mampu meraih 30 kemenangan dari 34 laga yang dilakoninya. Hansi menjadi pelatih pertama Bayern dari opsi pelatih sementara yang dapat meraih gelar Bundesliga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun