Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Teken UU Uighur, Inikah Diplomasi "Kasar" ala Trump Kepada China?

18 Juni 2020   14:56 Diperbarui: 18 Juni 2020   14:55 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donald Trump dan Xi Jinping di Osaka 2019 I Gambar: Skynews

Ada dua berita tentang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menarik perhatian saya siang ini—kebetulan sekali kedua berita ini tampil hampir bersamaan di media daring.

Pertama, soal “Trump minta Bantuan Xi Jinping agar bisa kembali Menangi Pilpres AS”.

Berita pertama ini berdasar dari pernyataan mantan Penasihat Keamanan Nasional, John Bolton, yang ditulisnya dalam buku barunya.  Bolton sendiri menjadi penasihat Gedung Putih pada April 2018 tetapi berhenti pada September 2019.

Dari penjelasan Bolton, permintaan bantuan ini sudah berlangsung agak lama, yaitu saat pertemuan antara Trump dan Xi pada pertemuan G20 di Osaka, Jepang, pada Juni 2019—jauh sebelum pandemi Covid-19 terjadi.

Saat itu Trump meminta agar China dapat membeli produk-produk pertanian dari para petani AS, seperti kacang, kedelai dan gandum. Kabarnya Xi Jinping menyetujui tawaran tersebut dan dipuji Trum sebagai pemimpin hebat dalam sejarah China.

Apa hubungannya dengan Pilpres AS 2020? Mudah ditebak, Trump ingin mencitrakan sebagai Presiden yang berhasil melakukan diplomasi dengan China sekaligus menaikan angka kesejahteraan para petani AS karena keberhasilan kerjasama yang dilakukan.

Berita kedua, tentang “Trump teken UU Soal Uighur, China Marah dan Ancam akan Membalas”.  

Dalam berita ini Trump nampak bersikap sebaliknya dengan China, mungkin karena keadaan dan kondisi yang berbeda.

Dikabarkan,  Presiden AS Donald Trump menandatangani Undang-Undang Hak Asasi Manusia Uighur pada Rabu (17/6). Dalam UU baru tersebut AS yang akan memberikan sanksi kepada para pejabat China jika terlibat pada penahanan massal warga Uighur dan minoritas Muslim lainnya.

Kepada para  pejabat China mana yang bertanggung jawab atas tindakan sewenang-wenang terhadap muslim Uighur dan minoritas lainnya, maka aka nada larangan datang ke AS hingga pembekuan aset.

******

Bagaimana melihat benang merah dari kedua berita ini yang melibatkan China, AS, Donald Trump dan Xi Jinping?

Saya melihat ada diplomasi yang sedang dimainkan oleh Donald Trump dari peristiwa-peristiwa ini, terutama mensahihkan anggapan bahwa bagi AS, China tetap penting sebagai lawan ataupun kawan.

Sebagai negara raksasa, China dan Xi Jinping mempunyai kepentingan dengan AS, dan sebaliknya Trump memerlukan China untuk kepentingan politiknya, terkhususnya jika bicara Pilpres 2020 nanti.

Untuk ini, dilihat dari urgensinya, Trump perlu memikirkan cara untuk dapat mengontrol China mengikuti kemauannya.

Mengapa demikian? Karena skenario sebelum pandemi berubah total, kesepakatan  G20 di Osaka, Jepang mungkin tidak mau dilakukan lagi karena kondisi global yang terjadi. China mungkin menolak, atau menaikkan posisi tawar, karena tidak ada makan siang yang gratis.

Di dalam kondisi yang kepayahan—karena ditolak China, dan juga pandemi Covid-19 yang menggila di AS, Trump mencari cara untuk “menaklukkan China” kembali.

Patut diduga, skenario tuduhan kepada WHO dan tuduhan China sebagai perekayasa Virus Corona adalah sebuah strategi yang digunakan Trump—selama belum ada bukti yang kuat.

Apalagi isu bias WHO terhadap China begitu kuatnya diikuti dengan penghentian bantuan untuk WHO, siapa yang bisa diharap menutupi? Ya, China.

Apakah China berhasil dipengaruhi? Tidak sama sekali. Posisi China juga kuat, APD dan alkes datang dari negara tirai bambu tersebut,  negosiasi cara seperti ini sangat efektif dimainkan China.

Trump tidak kehilangan cara. UU Uighur adalah salah satu senjata pamungkas dari AS untuk meluluhkan hati China. Trump tentu berharap kepastian dukungan Xi Jinping menjelang Pilpres 2020 yang semakin dekat ini.

UU Uighur ini bisa diakui sangat tajam. Pertama, kekuatan China untuk menunjukan bahwa tidak ada persoalan kemanusiaan di Uighur tentu akan dikikis dengan sikap AS ini, apalagi ketika ada rapat di PBB.

Kedua, ancaman sanksi terhadap pejabat China dapat membuat gerak parapejabat dan pebisnis asal China di AS akan terbatas.

Saking marahnya atas apa yang dilakukan oleh AS, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa tindakan itu sebagai tindakan kasar yang mencampuri urusan dalam negeri China.

Pemerintah China akhirnya  mendesak AS untuk segera merubah kebijakannya itu?

Apakah Trump akan merubahnya? Tunggu dulu, posisi tawar apa yang akan diberikan oleh China sebagai pengganti.

Apalagi isu ini juga bermata tajam, karena menentang keras tindakan rasialis yang dilakukan China di Uighur sekaligus menjadi cara Trump untuk menetralisir aksi dalam negeri, sesudah seorang warga kulit hitam meninggal oleh polisi kulit putih dan memicu aksi anti rasialis di seantero negeri.

Saya melihat diplomasi “kasar” yang dimainkan Trump ini akan sering dilakukannya, demi kembali membangun dukungan terhadap dirinya dari dalam maupun luar negeri. Xi Jinping akan terus didesak untuk secara penuh mendukung Trump di Pilpres 2020 mendatang.

Artinya, kita akan terbiasa melihat “kejutan-kejutan” lain yang akan dibuat oleh Trump untuk memastikan aliran dukungan kepadanya menuju Pilpres 2020 terus terjadi, sekali lagi saya menyebutnya dengan  Diplomasi “kasar” ala Trump.

Referensi : 1-2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun