Ada dua berita tentang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menarik perhatian saya siang ini—kebetulan sekali kedua berita ini tampil hampir bersamaan di media daring.
Pertama, soal “Trump minta Bantuan Xi Jinping agar bisa kembali Menangi Pilpres AS”.
Berita pertama ini berdasar dari pernyataan mantan Penasihat Keamanan Nasional, John Bolton, yang ditulisnya dalam buku barunya. Bolton sendiri menjadi penasihat Gedung Putih pada April 2018 tetapi berhenti pada September 2019.
Dari penjelasan Bolton, permintaan bantuan ini sudah berlangsung agak lama, yaitu saat pertemuan antara Trump dan Xi pada pertemuan G20 di Osaka, Jepang, pada Juni 2019—jauh sebelum pandemi Covid-19 terjadi.
Saat itu Trump meminta agar China dapat membeli produk-produk pertanian dari para petani AS, seperti kacang, kedelai dan gandum. Kabarnya Xi Jinping menyetujui tawaran tersebut dan dipuji Trum sebagai pemimpin hebat dalam sejarah China.
Apa hubungannya dengan Pilpres AS 2020? Mudah ditebak, Trump ingin mencitrakan sebagai Presiden yang berhasil melakukan diplomasi dengan China sekaligus menaikan angka kesejahteraan para petani AS karena keberhasilan kerjasama yang dilakukan.
Berita kedua, tentang “Trump teken UU Soal Uighur, China Marah dan Ancam akan Membalas”.
Dalam berita ini Trump nampak bersikap sebaliknya dengan China, mungkin karena keadaan dan kondisi yang berbeda.
Dikabarkan, Presiden AS Donald Trump menandatangani Undang-Undang Hak Asasi Manusia Uighur pada Rabu (17/6). Dalam UU baru tersebut AS yang akan memberikan sanksi kepada para pejabat China jika terlibat pada penahanan massal warga Uighur dan minoritas Muslim lainnya.
Kepada para pejabat China mana yang bertanggung jawab atas tindakan sewenang-wenang terhadap muslim Uighur dan minoritas lainnya, maka aka nada larangan datang ke AS hingga pembekuan aset.
******