Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paradoks dari Tindakan Oknum Guru Predator Seks di Bojonegoro

13 Juni 2020   05:42 Diperbarui: 13 Juni 2020   05:53 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oknum guru MH setelah ditangkap pihak kepolisian I Gambar : Tribunnews

Seorang guru semestinya menjadi teladan dan itulah ekspetasi atau harapan publik selama ini, meskipun saya juga paham, bahwa ini adalah sesuatu yang lebih gampang dibicarakan daripada dilakukan.

Seorang teman yang berprofesi seorang guru dan telah berkeluarga pernah menceritakan kepada saya, bahwa salah satu beban berat bagi dirinya adalah menyelaraskan apa yang diajarkan olehnya di sekolah, tentang pelajaran, etika dan nilai lainnya dengan apa yang dilakukannya di keluarga.

Menurutnya terkadang apa yang dilakukannya di sekolah berbeda dengan yang di rumah. Padahal dia ingin agar nilai yang diajarkannya di sekolah juga dapat diterapkannya di rumah, atau sebaliknya.

Saya mencoba menghiburnya dengan mengatakan bahwa identitas sebagai guru (pekerjaan), terkadang berjubah berbeda dengan identitas sebagai orang tua, dan itu wajar, dan semua orang mengalaminya.

“Tapi saya kan seorang guru?” kata teman tadi lagi, serasa ada yang salah.

Cerita berbeda nan inspiratif datang dari seorang dosen senior di fakultas Teknik, tempat saya belajar dulu. Di dalam sebuah pertemuan organisasi konstruksi saya mendengar tentang perbincangan kecil antara dirinya dengan sejawat konsultan lainnya.

Sejawat dari dosen yang sudah sepuh itu ingin mengatakan bahwa dosen senior tersebut memiliki peluang untuk mendapatkan proyek konstruksi karena anak didiknya sudah berada di posisi bagus di pemerintahan sekarang, setingkat PPK lah.

Lalu apa jawab dosen senior tersebut? Dia mengatakan bahwa dia sangat tidak mungkin melakukannya.

Dia beralasan, di ruang kampus dia selalu menggaungkan idealisme tentang proyek konstruksi yang jauh dari gratifikasi dan lain sebagainya, masak dia harus menjadi pelaku sekaligus melawan yang dia ajarkan di depan mantan muridnya?

Saya yang mencuri dengar perbincangan tersebut, lalu tertegun, bahwa masih banyak dosen atau pengajar yang identitasnya tetap nampak dimana dia berada. Ini sebuah pelajaran hidup yang sungguh berharga bagi saya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun