Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ganjar Tekuk Anies di Survey Elektabilitas, Ada Apa Sebenarnya?

8 Juni 2020   20:15 Diperbarui: 8 Juni 2020   20:14 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil I Gambar : Tribunnews

"Pandemi ini bisa menjadi lahan bagi kepala daerah untuk menunjukkan taringnya," Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi

Menarik juga di tengah pandemi, masih ada lembaga survei yang masih rajin melakukan survei elektabilitas, salah satunya adalah  Indikator Politik Indonesia (IPI). Hari ini, IPI merilis hasil rilis  survey mereka terhadap beberapa tokoh nasional.

Dilaporkan bahwa survei ini dilakukan pada periode 16-18 Mei 2020 dengan melibatkan 1.200 responden. Hasilnya menurut saya menarik dan "sedikit" mengejutkan.

"Sedikit" ini karena posisi dalam lima besar tidak ada nama baru, bahkan Ketum Gerindra, Prabowo Subianto tetap menduduki peringkat pertama.

Di lima besar, Prabowo tetap ditemani oleh Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno dan Ridwan Kamil.


Nah menariknya, dan mengejutkan adalah adanya pergeseran posisi di peringkat dua, dimana Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan kali ini disalip oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Dari hasil survey, elektabilitas Ganjar naik dari 9,1 persen (pada Februari 2020) menjadi 11,8 persen (pada Mei 2020) unggul dari Anies yang kali ini hanya memiliki 10,4 persen (dibandingkan dengan 12,1 persen).

Di posisi lima besar ini, elektabilitas Ganjar tidak sendirian naik, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil juga mengalami kenaikan signifikan dengan 3,8 persen menjadi 7,7 persen.

Tren penurunan paling mencolok adalah Prabowo, meski berposisi paling atas namun nilai elektabilitas 14,1 persen jauh dari 22,2 persen yang didapatkan Prabowo pada Februari 2020 lalu.

Ada apa di balik tren menurun yang dialami Prabowo dan mengapa Ganjar dapat menekuk Anies berdasar hasil survey ini?

Saya kira, penjelasan singkat dari  penyelenggara survey yang adalah Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi cukup jelas dan sangat membantu.

Burhanuddin mengatakan bahwa survey di saat pandemi Covid-19 bisa saja adalah gambaran bagi para elit atau kepala daerah, seberapa besar mereka dapat menarik perhatian publik dengan kebijakan-kebijakan mereka dalam menangani pandemi Covid-19.

"Pandemi ini bisa menjadi lahan bagi kepala daerah untuk menunjukkan taringnya," ujar Burhanuddin, pada Minggu, 7 Juni 2020.

Ini sangat logis khususnya untuk menganalisa tren penurunan elektabilitas Prabowo. Dimana Prabowo saat pandemi?

Pada Februari lalu, Prabowo lumayan mendapat perhatian ketika ikut mengurus transportasi APD dari negara lain seperti China dengan menggunakan kendaraan militer, tetapi sesudah itu tenggelam, sepi.

Yang paling menarik sebenarnya membahas mengapa Ganjar melewati Anies. Jika memakai patokan dari Burhanuddin, maka analisis yang dapat dikemukakan adalah Ganjar lebih baik dari Anies soal kebijakan-kebijakan yang diambil selama pandemi covid-19.

Jika melihat secara sekilas bisa saja benar demikian. Saya tentu tidak mau menyinggung tentang data disini, dengan membanding-bandingkan data pandemi dan lain sebagainya, karena menurut saya itu tidak cocok karena karakteristik kedua daerah berbeda.

Hanya,  jika melihatnya dari sisi keaktifan, maka Ganjar terlihat lebih aktif. Ganjar terlihat lebih sering turun ke lapangan dibandingkan Anies. Bahkan seorang teman mengatakan bahwa Anies lebih sering mengadakan konferensi pers daripada turun lapangan.

Sebagian besar responden mungkin melihat hal yang sama sehingga membuat angka elektabilitas Ganjar naik pesat dan mengungguli Anies.

Jika ada yang bertanya, apakah ini akan mengurangi peluang Anies dalam Pilpres 2024 nanti? Saya akan menjawab bahwa ini terlalu jauh, meski tak ada salahnya untuk dicermati.

Anies bertahan saja dalam tiga besar menunjukan bahwa Anies tetap adalah sosok yang akan terus diperhitungkan.

Penurunan angka elektabilitas Anies karena kebijakan pandemi covid-19 juga bisa dianggap parsial saja, karena harus diakui setiap kepala daerah kebingungan menghadapi situasi yang tidak diinginkan ini.

Artinya, masa pandemi dengan berbagai kebijakan yang akan dikeluarkan terus menerus, bisa saja akan mendongkrak angka elektabilitas Anies kembali, sesuatu yang mungkin saja terjadi.

Bagaimana dengan Ganjar Pranowo?  Saya melihatnya dengan lebih santai. Ganjar menggeser Anies dengan selisih tipis adalah sebuah kenyataan politik yang bisa menjadi gambaran pertarungan politik di masa depan.

Sosok Ganjar memang sejak lama diprediksi dapat menjadi kuda hitam, jika secara konsisten terus meraih simpati publik. Ya, memang harus secara konsisten.

Pertarungan ini dapat dianologikan seperti kompetisi sepak bola di Seri-A, Italia. Prabowo itu ibarat Juventus, sedangkan Anies itu ibarat Inter Milan. Lalu tiba-tiba Ganjar Pranowo datang seperti Lazio.

Jika mundur beberapa tahun lalu, maka peringkat satu dan dua akan lolos otomatis ke Liga Champions Eropa (sekarang sudah boleh tiga tim mewakili dari Italia).

Jika cuma dua, dan yang pasti lolos adalah Juventus, maka peringkat dua dan tiga akan saling kejar mengejar, saling sikut dan lain sebagainya. Sambil menunggu dan mengintip waktu di mana masa kejayaan Juventus perlahan akan berakhir.

Jika benar demikian, meski masih lama, tiga besar ini akan berpeluang saling tarung di Pilpres 2024 nanti.

 Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun