Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jika Prabowo Tak Mau Menjadi Ketua Umum Gerindra Lagi

7 Juni 2020   11:30 Diperbarui: 7 Juni 2020   12:06 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto meninggalkan panggung seusai menyampaikan pengarahan dalam peringatan HUT ke-12 Partai Gerindra di kantor DPP Partai Gerindra, Jakarta Selatan, Kamis (6/2/2020). Kegiatan yang dihadiri oleh para kader Partai Gerindra tersebut mengangkat tema Setia Bergerak untuk Indonesia Raya.?ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww. (ANATRA FOTO/SIGID KURNIAWAN)

Maksud saya adalah butuh tokoh berpengalaman yang berpolitik seperti bermain layangan, tahu kapan menarik benang dan kapan mengulur, Sandi masih butuh waktu, jika bicara itu, meski kuat dari sisi finansial. Gerindra akan amat rapuh jika mengambil resiko memilih Sandi.

Selanjutnya yang menarik adalah melihat gerak biduk Gerindra sebagai partai, jika bukan Prabowo sebagai Ketum.

Jika kita cermati, di Indonesia belum ada partai yang secara sehat menampakan biduk dengan nahkoda yang diregenerasi dengan baik.

PDIP masih ada Megawati, Demokrat warnanya masih SBY meski AHY yang sudah menjadi Ketum. Politik dinasti masih nampak. Nasdem dengan Surya Paloh sepertinya akan mengekor saja apa yang dilakukan PDIP dan Demokrat.

Prabowo dengan Gerindranya sepertinya akan sulit menduplikasi apa yang dilakukan  oleh ketiga partai diatas, karena Prabowo tidak punya kader kuat dari kalangan keluarganya sendiri. Pilihannya adalah Prabowo mesti berani menunjuk orang lain, nah kalau ini resikonya amat besar, dan apa yagn terjadi di Partai Amanat Nasional (PAN) amat mungkin terjadi di Gerindra.

Di PAN, Amien Rais sebagai pendiri ketika memberikan tempat kepada orang lain, maka lambat laun akan tersingkir. Transisinya juga tidak berjalan mulus, sehingga PAN nampak masih saja menjadi penggembira dalam dua pemilu terakhir karena sibuk mengurus masalah di internal partai.

Jika Prabowo tidak menjadi Ketum lagi, maka potensi seperti PAN amat mungkin terjadi. Mungkin tak ada yang berani untuk melawan Prabowo, tetapi pergesekan amat mungkin terjadi, apalagi Prabowo juga akan sulit mengontrol partai jika tidak menjadi Ketum lagi.

Soal pergesekan, tentu saja ada. Keputusan Prabowo menjadi menteri Jokowi saja tentu saja sudah memecah, akan tetapi kekuatan Prabowo masih amat kuat untuk meminimalisir friksi tersebut. Prabowo masih amat kuat.

Oleh karena itu, Gerindra tentu tidak mau mengambil resiko mengganti pucuk tertinggi di dalam situasi seperti ini apalagi  menjelang Pilkada 2020 dan persiapan Pilpres 2024 nanti.

Gerindra perlu menjaga stabilitasnya. Prabowo mesti tetap memimpin, kekuatan leadershipnya masih amat kokoh saat inidan juga  kekuatan negosiasi Gerindra dengan para petinggi partai besar lain yang juga orang lawas seperti Mega, SBY dan Surya Paloh kan lebih mudah dengan Prabowo sebagai Ketum.

Lalu sampai kapan Prabowo menjadi Ketum Gerindra? Akan ada dua peristiwa yang akan mempengaruhi, yaitu apa yang akan terjadi di 2024 nanti, dan apa keputusan Prabowo nantinya. Gerindra masih amat Prabowo-sentris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun