Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies Bilang Koentji(nya) adalah "Karantina Wajah", Politis atau Lelucon?

7 Mei 2020   03:10 Diperbarui: 7 Mei 2020   03:05 1976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Anies Baswedan bersama Forkopimda wawancara formal terkait update media Covid-19, Sabtu (28/2/2020).Gambar : (Tangkapan layar YouTube) via Kompas.com

Jika hari ini, kami sedang di kantor. Kemungkinan besar salah satu frasa baru yang akan diucapkan oleh om Satur adalah “Karantina Wajah”.

Frasa ini baru diluncurkan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan saat berbicara melalui video yang disiarkan kanal YouTube Pemprov DKI, Rabu (6/5/2020).

"Tenaga medis harus dieman-eman (disayang-sayang) karena dia pertahanan terakhir kita. Pertahanan pertama kita, karena kita tidak boleh karantina wilayah, jadi kita karantina wajah,"

Apa? Karantina Wajah? Anies lebih lanjut berusaha menjelaskannya. Menurut Anies, karantina wajah adalah salah satu cara menekan laju penyebaran virus Corona  dengan menggunakan masker secara disiplin sehingga dapat mencegah penularan virus.

Sebagai seorang politisi, tentu saja wajar jika ada pertanyaan sesudah pernyataan Anies soal karantina wilayah dan karantina wajah ini,  yakni apakah ada maksud politik dari pernyataan ini? 

Jika dilihat secara politik, pesan Anies ini bisa diduga sebagai sebuah sindiran politis. Apalagi Anies sempat menghubungkannya dengan karantina wilayah dalam pernyataannya. 


Seperti diketahui, ada sejarah "buruk" tentang karantina wilayah ini. Pihak Anies pernah mengusulkan Karantina Wilayah kepada pemerintah pusat, tapi ditolak mentah-mentah. Pemerintah pusat lebih memilih untuk PSBB yang sedikit lebih longgar daripada Karantina Wilayah.

Apakah Anies kecewa pada pemerintah pusat? Mungkin saja, bahkan besar peluangnya untuk kecewa. 

Kecenderungan banyak pemimpin akan seperti itu, yakni akan kecewa terhadap penolakan terhadap sebuah ide yang dimunculkannya dan dianggapnya tepat. Alasan kekecewannya  karena penolakan tersebut secara tidak langsung dapat menurunkan pamornya di depan masyarakat. Jika mau diperpanjang, mengertilah arahnya kemana. 

Baca Juga : Menuliskan Kebingungan Pertikaian Denny Siregar Vs Demokrat

Selain itu, menghubungkan karantina wilayah dengan karantina wajah juga bisa dianggap sebagai sebuah penurunan standar dari sebuah keputusan. Politik membanding-bandingkan standar, adalah sebuah hal yang sering digunakan  untuk menggiring opini masyarakat.

Tapi apakah benar pernyataan Anies ini adalah sebuah pernyataan politis? Saya sih lebih tertarik melihatnya dengan lebih santai dan menilai ini hanya sebuah pernyataan lelucon yang menghibur, khususnya ketika menelurkan frasa “Karantina Wajah”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun