Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Basuki Marah Dianggap Ngawur oleh TGUPP Anies Baswedan?

5 Januari 2020   18:47 Diperbarui: 20 Januari 2020   05:09 5302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Kompas.com

Bicara soal penanganan Banjir, Basuki sepertinya sudah malas bicara soal hal yang kurang detail , tetapi langsung ke taraf eksekusi. Selama masih berdebat soal panjang, lebar dan dalam apalagi asumsi, tentu Basuki akan malas menanggapi. Pria ini terlihat tidak suka banyak cincong.

Syukurlah, ketinggian banjir mulai surut. Artinya, sodara basodara di Jakarta yang menjadi korban banjir dapat lebih mudah dievakuasi dan berharap segera kembali di rumah masing-masing.

Di level pimpinan, beberapa lini masa memperlihatkan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan terlihat sedang bekerja, baik memimpin pertemuan sebelum kerja bakti tentu dengan berbagai instruksi yang inspiratif dan menyemangati. 

Beliau juga ikut turut lapangan, mengangkat sampah dan lain-lain. Salut, sebuah contoh yang baik dari seorang pemimpin, meski beberapa pihak masih menganggapnya sebagai tindakan normatif.

Sayangnya di tengah-tengha air banjir yang mulai surut dan proses penanganan terus berjalan, silang pendapat yang belum berujung sengketa tentang pola penanganan banjir masih terus  terjadi.

Jika sebelumnya, Anies yang harus turun tangan meladeni tentang sebab musabab banjir dengan beradu argumen dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono kali ini Tim Percepatan Pembangunan (TGUPP) yang berani  turun tangan membela sang empu.

Seperti yang dikutip dari CNNIndonesia, anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) DKI Jakarta, Muslim Muin menyebut Basuki  ngawur dengan konsep normalisasi untuk menanggulangi banjir.

Menurut Muslim, Basuki pernah mengatakan bahwa memperlebar sungai sebagai upaya menangkal banjir adalah sesuatu yang tidak masuk akal karena sungai juga harus diperdalam.

"Pak Menteri tuh ngawur, benar ngawur, Pak Basuki tuh ngawur. Tidak cukup diperlebar, dia juga harus diperdalam. Kalau hanya diperlebar, air dari DKI bisa masuk enggak ke kali dia kalau sedimentasi terus-menerus?" kata Muslim.

Menurut media yang sama, Muslim Muin adalah pakar Hidrodinamika ITB. Nah, sebagai informasi Hidrodinamika merupakan salah satu mata kuliah oseanografi yang merupakan lanjutan dari mekanika fluida. Suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari gerak liquid atau gerak fluida cair khususnya gerak air.

Berikutnya, bukan saja menganggap Basuki ngawur, menurut Muin normalisasi malah akan menambah masalah banjir di Jakarta dan bahkan akan menghancurkan Jakarta.

"Sudah semua ke sungai, ditambah lagi ini harus dipompa kan? Di hilirnya akan meluap. Dijamin, kalau kemarin dinormalisasi, hancur Jakarta, 24 April kalau dinormalisasi, hancur Jakarta," tuturnya.

Ngawur dan dapat menyebabkan Jakarta hancur, kira-kira begitu yang disimpulkan oleh sang pakar tentang Basuki.

Sampai sekarang Basuki belum memberi respon. Akan tetapi bagaimana kira-kira kita memahami maksud Muin ini tentang normalisasi.

Patut diduga bahwa Muin dapat dikatakan dangkal memahami  penjelasan yang dikatakan Basuki tentang proses normalisasi.  Saya  sendiri berharap tidak demikian.

Basuki saat menjelasakan keengganan dirinya untuk berdebat mengenai konsep normalisasi dan naturalisasi Kali Ciliwung yang diusung oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan bahwa kedua konsep tersebut pada intinya sama saja, yakni melebarkan sungai.

Nah mungkin kata melebarkan sungai ini dianggap Muin terlalu dangkal. Kan Sungai bukan memiiliki lebar saja, tetapi juga dalam, mengapa tidak diperdalam saja, bukan diperlebar. Sayangnya soal panjang sungai, Muin tidak membahas. Sebaiknya jangan, rumit nantinya.

Akan tetapi, Muin mungkin perlu banyak browsing atau turun melihat langsung, proses normalisasi itu tentu bukan sekedar pelebaran.  

Di jaman Ahok, normalisasi ini dijelaskan dengan begitu detailnya. Perhatikan begini yang dikatakan soal normalisasi saat itu.

Normalisasi sungai dilakukan dengan memperdalam sungai dan membangun tanggul dinding sehingga dapat lebih menampung air kiriman yang selama ini datang dari Bogor.

Lalu bagaimana sampai Muin bisa tidak memahaminya? Gampang ditebak, tetapi untuk menjawabnya perhatikan yang dikatakan Basuki soal normalisasi dan naturalisasi ini.

Basuki mengatakan bahwa yang terpenting dari kedua konsep normalisasi atau naturalisasi tersebut adalah proses eksekusinya. Selama tidak dieksekusi sulit.

Konsep naturalisasi selama ini dianggap adalah lawan dari pembetonan dari konsep normalisasi tetapi mau apapun, tetap perlu adanya pelebaran sungai, dan itu membuat Pemprov DKI harus berani membebaskan lahan. Sebuah hal yang tidak pernah dieksekusi.

Selama tidak dieksekusi, naturalisasi yang kabarnya hanya menggunakan bronjong dan menanam pohon-pohonan tidak dapat dilakukan.

Dari sisi ini saja, kita bisa memahami maksud ketika Basuki menolak untuk diajak berdebat oleh pihak Anies. Basuki tentu akan lebih senang untuk bicara detail.

Bicara soal penanganan Banjir, Basuki sepertinya sudah malas bicara soal hal yang kurang detail , tetapi langsung ke taraf eksekusi. Selama masih berdebat soal panjang, lebar dan dalam apalagi asumsi, tentu Basuki akan malas menanggapi. Pria ini terlihat tidak suka banyak cincong.

Jika bertemua, doktor Teknik Sipil lulusan Universitas Colorado mungkin akan bertanya kepada Muin. Baik, jika diperdalam kira-kira berapa kedalaman yang dibutuhkan, apakah bapak pernah melihat gambar kerja konsep normalisasi kami?

Mungkin sebaiknya, sebelum bicara ngawur, dan menganggap orang lain ngawur, doktor Muin perlu menjelaskan secara teknis konsep naturalisasi yang dipunyai, jangan sekedar bicara kurang dalam, kurang lebar dan sebagainya.

Jika belum dijelaskan, sepertinya pak Menteri akan santai-santai saja. Basuki sepertinya lagi sibuk mengerahkan tim khusus untuk mengetahui penyebab khusus di 180 titik banjir daripada habis waktu menanggapi komentar ngawur.

Terakhir, sebaiknya pak Muin ajak pak Basuki diskusi, sambil bermain gitar. Lebih asoyy. Toss.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun