Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Om Nius dan Cerita dari Penjara

2 September 2018   17:52 Diperbarui: 2 September 2018   22:13 1915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Penjara. Sumber Gambar: todayqh

Pelatihan berlangsung cukup baik di hari pertama ini. Meskipun sempat terjadi beberapa perdebatan keras di tempat praktek namun waktu akhirnya tiba untuk mereka harus kembali ke sel mereka. Para peserta pelatihan memang harus kembali ke blok mereka di pukul setengah tiga sore, atau molor-molor ke jam tiga setelah sebelumnya Ishoma dan apel siang di jam 12 siang.

Sesudah mengecek kelengkapan alat-- untuk hal ini Om Nius adalah orang yang saya nilai teliti dan rapi, saya menyisakan sedikit waktu untuk berbincang dengannya.

"Sampai kapan di sini om?" tanya saya dengan wajah tak terlalu serius. Saya memang masih belum fasih untuk memulai percakapan dengan seorang napi yang belum terlalu saya kenal. Namun saya pikir memulai pertanyaan dengan ini masih lebih baik daripada bertanya langsung mengapa dia ada disini.

"Masih sangat lama pak" ujar Om Nius sedikit tersenyum.

"Oh...." balas saya pendek, dengan kernyitan di dahi yang tidak disengaja.

"Kasusnya besar pak...masa bapak tidak tahu" kali ini Om Nius sedikit terbuka.

"Oh..." . Entah berapa kali Oh yang harus saya ucapkan, karena pikiran saya sedang membayangkan apa yang telah Om Nius lakukan.

"Dia sudah jauh berubah..."ujar Bapak Joni, staf di Lapas tersebut sesaat ketika Om Nius meminta ijin untuk menyimpan peralatan ke aula. Pak Joni bahkan menceritakan alasan sehingga Om Nius harus mendekam lama di penjara. Sebuah pembunuhan sadis dilakukannya, bahkan keluarganya tak mau mengenalnya lagi. Mungkin karena hal inilah, para penghuni penjara takut dan juga menghormatinya.

Bapak Joni lantas menceritakan bahwa meskipun karakter pemarah Om Nius masih tetap ada, tetapi melalui pembinaan di tempat itu Om Nius dianggap sudah berusaha untuk memulai lembaran hidup baru.

Tak berapa lama kemudian, Om Nius datang, kembali duduk di sebelah saya, semakin akrab. Katanya di tempat itu, orang yang mendapat hukuman panjang lebih gampang akrab dengan orang lain daripada orang yang mendapat hukuman pendek apalagi para Napi Tipikor.

"Mengapa" tanya saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun