Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Om Nius dan Cerita dari Penjara

2 September 2018   17:52 Diperbarui: 2 September 2018   22:13 1915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Penjara. Sumber Gambar: todayqh

"Oh, baik om" kata saya singkat.

Pukul sembilan pagi, tiba giliran saya memberikan materi setelah sebelumnya seremoni pembukaan dimulai. Saya ingat betul apa yang dikatakan oleh petinggi lapas saat pembukaan kegiatan ini, "Kalian di tempat ini dilatih hanya tentang dua hal, Kepribadian dan Kemandirian. Kegiatan ini adalah tentang hal yang kedua".

Keempat puluh orang itu terlihat serius. Entah tertarik karena kegiatan ini, atau merasa ini kesempatan yang tepat untuk menghabiskan waktu lebih bervariasi daripada rutinitas setiap hari. Jika mereka tidak di tempat ibadah, olahraga selebihnya mereka menghabiskan waktu bercengkrama di sekitar sel.

Setelah sedikit teori, saya juga harus membagi kelompok karena ada praktek yang harus dikerjakan. Suasana kelas mulai bergemuruh soal pembagian kelompok. Seharusnya saya sedikit menghardik di kelas ini agar mereka tenang, tetapi di sini berbeda.

Memang ada yang usianya masih lebih muda dari saya, tetapi ada juga yang jauh lebih tua dari saya. Apalagi suasana hati mereka tentu tak sama, katanya mereka perlu sedikit dipaksa untuk mengikuti kegiatan ini.

Tiba-tiba seseorang membantu saya. "Ayo lebih tenang, mari kita dengarkan pak Instruktur". Muncul suara teriak yang cukup menenangkan keadaan. Suara dari pria penyaji kopi, ya, Om Nius. Om Nius termasuk di dalam kelompok berlatih ini.

Ketika suasana sudah mulai tenang, saya lebih mudah membagi kelompok. Beberapa peralatan tukang yang disediakan juga sudah saya bagikan. Muncul persoalan baru. Bagaimana jika gergaji, sekop, unting-unting (alat untuk mengukur ketegakan) dan alat lainnya yang tajam itu hilang dan digunakan untuk hal yang jahat di sel nanti?

"Saya akan membantu bapak untuk mengecek alat ini seusai kegiatan ini" ujar Om Nius, seperti mengerti apa yang saya pikirkan.

Jujur untuk tempat seperti Lapas ini, merangkul orang seperti Om Nius adalah hal penting yang harus dilakukan-- selain dengan para penjaga tentunya, apalagi jika butuh berhari-hari melakukan pelatihan di tempat ini.

Mengapa demikian? Gresham Sykes dalam bukunya berjudul The Society of Captive, menuliskan bahwa tatanan sosial di Lapas memang jauh berbeda dengan di tempat pendidikan. Seorang tahanan meskipun mengakui otoritas penjaga, mereka tidak merasa terikat oleh kewajiban moral untuk mematuhinya.

Sykes juga menjelaskan bahwa di Lapas kekuasaan harus didasarkan sesuatu selain moralitas dan ini harus dihayati oleh penjaga bahwa mereka harus menghadapi orang-orang yang harus dipaksa, disogok atau dibujuk untuk mematuhi peraturan. Jika tidak mau melakukan hal itu, bangun interaksi istimewa, minimal dengan orang-orang seperti Om Nius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun