Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kecoa Finansial Global : Fed Rate Naik!

10 Desember 2015   18:45 Diperbarui: 15 Desember 2015   22:43 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fed Rate dan Treasury Bond Rate

Setelah hampir 10 tahun sejak 2006, suku bunga acuan Bank Sentral Amerika atau Fed Rate (Effective Federal Funds Rate) akan kembali naik. Keputusan diambil dalam pertemuan FOMC (Federal Open Market Committee), The Federal Reserve pada 16 Desember 2015. Saat ini Fed Rate besarnya (batas atas) 0,25% dan jika naik maka batas atas menjadi 0,5%. Dalam beberapa pertemuan termasuk dengan Komite Ekonomi Senat US, Chairwoman The Fed sudah mengindikasikan bahwa prasyarat, seperti tingkat pengangguran dan tingkat inflasi (berbasis NAIRU), sudah terpenuhi untuk menaikkan Fed Rate.

Selain Fed Rate dikenal juga US Treasury Bond yang merupakan surat utang pemerintah Amerika untuk masa panjang dan dapat diperdagangkan. Surat utang diterbitkan pemerintah US melalui Treasury Department untuk menutupi kekurangan (defisit) anggaran.

Gambaran Fed Rate dan US T-Bond Rate serta relasinya diberikan pada Grafik-1.

Sumber Informasi : FED St. Louis - Economic Research

Dari grafik-1, ditunjukkan bahwa sejak 2006 Fed Rate tidak pernah mengalami kenaikan. Sementara US T-Bond (maturitas 10 tahun) berfluktuasi tetapi trend-nya turun dari 7% hingga sekitar 2% pada jelang akhir 2015. Pada 5 tahun terakhir, Fed Rate tidak berpengaruh pada fluktuasi T-Bond Rate; jika ada, kenaikannya tidak berarti. Dengan demikian dapat diprakirakan bahwa kenaikan Fed Rate sebesar 0,25% hanya akan berdampak kecil pada kenaikan T-Bond rate dan maksimum 3%.

USD Strong, Defisit, dan Pertumbuhan Pendapatan

Sejalan dengan kondisi perekonomian US, posisi Dolar Amerika (USD) menjadi kuat (Strong USD) atau mengalami apresiasi (kenaikan nilai tukar) terhadap "Major Currency" (mata uang mitra utama perdangangan US, misalnya Europe Area, Jepang, Canada) dan "Broad Currency" (mata uang mitra utama lainnya termasuk Rupiah atau IDR) diberikan pada Grafik-2.

Sumber Informasi : FED St. Louis - Economic Research

Berdasarkan historical trend 1995-2015, pola kenaikan nilai tukar USD terhadap Major Currency dan Broad Currency dipengaruhi kenaikan Fed Rate (masa 1995 - 2000). Tetapi selanjutnya pola tersebut tidak berelasi yang artinya kenaikan nilai tukar USD (menjadi lebih kuat terhadap Major & Broad Currency) tidak dipengaruhi kebijakan terhadap Fed Rate. Masa 2010 - 2015 USD menguat walaupun Fed Rate di bawah 0,25%.

Kondisi “Strong USD” berdampak pada defisit perdagangan US yang terus bertambah seperti pada Grafik-3.

 

Sumber Informasi : FED St. Louis - Economic Research

Dari grafik dapat dipahami bahwa kenaikan Fed Rate akan memperbesar defisit neraca perdagangan US.

Krisis finansial yang melanda US pada 2007-2008 berdampak pada penurunan pendapatan tenaga kerja. Kebijakan The Fed melalui Quantitative Easing serta Fed Rate rendah ditujukan untuk pemulihan perekonomian terutama korporasi dan perbankan dan selanjutnya diharapkan akan meningkatkan pendapatan tenaga kerja.

Hasil dari kebijakan tersebut dapat dicermati dalam Grafik-4.

Sumber Informasi : FED St. Louis - Economic Research

Dari Grafik-4 ditunjukkan bahwa pertumbuhan pendapatan tahunan pada masa Fed Rate 0,25% masih lebih rendah dibandingkan sebelum krisis.

Berdasarkan penjelasan Grafik-1 hingga Grafik-4 yang berkaitan dengan Fed Rate dapat disimpulkan :

1. Pengaruh kenaikan Fed Rate tidak akan terlalu berarti terhadap US T-Bond Rate dan tidak membuat investasi T-Bond menjadi pilihan

2. Kenaikan Fed Rate membuat USD makin kuat dan mengakibatkan apresiasi nilai tukar USD terhadap Major dan Broad currency dan implikasinya defisit perdagangan US akan makin bertambah. Bagi korporasi US yang mengandalkan market global akan mengalami tekanan penjualan dan selanjutnya mengurangi pendapatan serta pertumbuhan turun atau bahkan menyusut.

3. Kebijakan The Fed melalui QE dan Fed Rate rendah belum berhasil sepenuhnya memulihkan perekonomian US seperti sebelum krisis finansial. Tingkat unemployment turun tetapi pertumbuhan pendapatan rendah dan bahkan akan menurun.

Fed Rate dan Nilai Tukar USD - IDR

Pengaruh Fed Rate pada nilai tukar USD - IDR dapat dilihat pada Grafik-5.

Nilai tukar IDR mengalami depresiasi terjadi sejak The Fed melakukan normalisasi kebijakan QE pada medio 2011 dan semakin pesat setelah diberlakukan kebijakan "Tapering" pada Triwulan-3 2013.

Pada masa yang sama, Indonesia menghadapi kondisi penurunan harga komoditas global, dan komoditas merupakan sumber utama penerimaan negara. Sementara hingga pertengahan 2014 trend harga minyak mentah naik berdampak peningkatan subsidi BBM yang membuat defisit anggaran naik. Pada masa tersebut, secara rerata neraca perdagangan defisit.

Sekarang subsidi BBM sudah tidak berarti jumlahnya dan harga minyak mentah turun drastis. Penerimaan negara memang tetap turun akibat penurunan harga komoditas masih berlanjut. Patut dicatat bahwa neraca perdagangan surplus sepanjang 2015 dan trend inflasi turun. Dalam trend panjang depresiasi nilai tukar, pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) yang sebelumnya turun sudah mengindikasikan membaik dengan kenaikan pertumbuhan PDB pada Triwulan-3 2015.

Gejolak dan kepanikan melanda pasar finansial global jelang 16 Desember 2015 saat Federal Open Market Committee (FOMC) bertemu. Sebagai catatan, pada 15 Desember 2015 US Census bureau akan mengumumkan tingkat inflasi dan US Consumer Price Index (Pemutakhiran informasi : US CPI November 2015 tidak berubah). Pada pertemuan FOMC tersebut, akan diputuskan kenaikan Fed Rate dengan besaran tidak lebih 0,25% (25 basis poin).

Chairwoman The Fed mengindikasikan bahwa indikator perekonomian, khususnya tingkat pengangguran (unemployment rate) pada kisaran 5% dan tingkat inflasi yang walaupun masih di bawah 2%, sudah cukup kuat mendukung alasan kenaikan Fed Rate. Tetapi, sebagaimana dijelaskan pada bagian atas, kebijakan QE dengan Fed Rate 0,25% masih belum memulihkan perekonomian US khususnya pertumbuhan pendapatan tenaga kerja.

Sehingga penundaan kenaikan Fed Rate merupakan pilihan yang lebih tepat. Jika The Fed kemudian memaksakan kenaikan Fed Rate, akan membuat tekanan baru pada perekonomian US khususnya bagi korporasi. Sementara, gejolak finansial diprakirakan akan melanda "emerging market" dan membuat pertumbuhan perekonomian global makin tertekan yang kembali akan berdampak (negative feedback) pada negara besar khususnya yang mengandakan penerimaan negara pada ekspor produk non komoditas.

Bagi Indonesia, jika Fed Rate diputuskan naik, gejolak akan ada tetapi sifatnya sementara karena dipengaruhi sentimen dan tindakan spekulasiDengan kondisi pertumbuhan perekonomian US yang belum pulih, dan kenaikan T-Bond Rate yang tidak berarti, investasi pada pasar finansial US tidak memberi imbalan yang menarik kecuali resiko rendah. Sehingga dana yang kembali ke US, akibat kenaikan Fed Rate, selanjutnya dalam waktu yang tidak lama akan keluar lagi mencari pasar atau "tempat pembiakan" yang dapat memberikan imbalan yang lebih baik dan tentu dengan pertimbangan faktor resiko.

Dalam pertimbangan demikian, Indonesia akan menjadi pilihan pada urutan atas. Dana investasi dari luar akan mengalir bahkan jadi lebih deras sehingga memberikan dukungan peningkatan pertumbuhan perekonomian.

Pesannya : Tidak perlu termakan sentimen dan spekulasi apalagi menjadi panik. Berpikirlah cerdas dan jernih serta tenang dalam menghadapi "kecoa" gejolak finansial global.

 

(*) Kecoa memang selalu menjijikan, walaupun dibasmi tetapi kemudian akan muncul kembali.

 

 

Arnold Mamesah - Laskar Initiatives

Pekan Kedua Desember 2015

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun