Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money

Gejolak Rupiah Akan Selalu Terjadi Tetapi ...

31 Oktober 2015   19:32 Diperbarui: 31 Oktober 2015   19:32 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Informasi : Economic Research - Federal Reserve Bank of St. Louis

Dari grafik-4, terjadi trend penurunan index USD terhadap mata uang mitra dagang utama (kategori : Major Currency : Euro, GBP, JPY, CAN, AUS), dan mitra lainnya dalam kategori luas (Broad Currency). Jika trend penurunan index tersebut berlanjut maka mata uang Rupiah akan mengalami apresiasi terhadap USD.

Nilai Tukar Rupiah dalam Gejolak CNY dan Strong USD

Statitistik yang diterbitkan US Census Bureau, menunjukkan Surplus bagi Indonesia dalam neraca perdagangan dengan USA dan hingga Agustus 2015 mencapai USD 8.5 miliar. Sementara dengan China, Indonesia mengalami defisit hingga USD 10.1 miliar untuk masa yang sama.

Dengan posisi "Strong USD", selama 2015 (hingga Agustus) Amerika mengalami tekanan berupa Defisit Neraca Perdagangan Barang dan Jasa sebesar USD 354 miliar (Defisit perdagangan barang USD 509 miliar, Surplus Jasa USD 155 miliar).

Sementara China, untuk mempertahankan surplus perdagangan dengan strategi "Weak CNY" dan mempertahankan indeks pada bursa saham, harus menguras cadangan devisa sebesar USD 300 miliar (Cadangan devisa per Januari 2015 sebesar USD 3.813 dan per Agustus 2015 : USD 3.514). Ternyata mempertahankan posisi kuat USD atau lemah CNY berdampak besar pada perekonomian.

Berdasarkan informasi dari Biro Pusat Statistik, hingga Agustus 2015 nilai ekspor barang sebesar USD 102,545 miliar dan nilai import sebesar USD 96,430 miliar, sehingga dalam perdagangan global mengalami surplus sebesar 6,1 miliar. 

Grafik-5 : Nilai Tukar dan Surplus Perdagangan

 Sumber Informasi : BPS (Ekspor - Impor) dan Bank Indonesia - Calculator (Nilai Tukar)

Dari grafik-5, trend kenaikan surplus terjadi bersamaan dengan trend nilai tukar USD - IDR (Rupiah). Dalam kondisi nilai tukar IDR mengalami depresiasi terhadap USD, maka tekanan pada neraca korporasi akan semakin besar. (Lihat : Insentif PPh Revaluasi Aset Solusi Keliru)

Dalam masa Januari - September 2015, inflasi tahun berjalan 2,24% dan dengan trend indeks harga komoditas dunia yang turun, dapat diprakirakan trend inflasi juga turun. (Lihat : Inflasi Negatif dan Ancaman Deflationary Spiral).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun