Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Quo Vadis Kabinet Kerja: Konflik Para Profesional

16 Oktober 2015   03:05 Diperbarui: 16 Oktober 2015   13:27 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada sumbu horizontal bawah "Karakter Kepemimpinan" (Leaderhip Character) dengan kategori Kuat (Strong) atau Lemah (Weak) dan dengan pertimbangan utama pada sikap dan pendirian (standing position) menjalankan GCG khususnya "Kemandirian" (Independency) dan Keterbukaan (Transparency).

1. Karakter Kepemimpinan Lemah (Weak Leadership Charater). Karakter kepemimpinan CEO BUMN lemah jika tidak mampu bersikap "independent", terpengaruh serta terbawa "himbauan" agar menyimpang dari Renstra. Memperhatikan pembentukan konsorsium proyek HST, dimulai dengan unit gabungan Pilar Sinergi BUMN yang mencakup WIKA, JSMR, KAI, dan PTPN VIII, mengindikasikan penyimpangan terhadap disiplin Renstra. Hal yang serupa dengan trio bank plat merah yang harus melakukan "modifikasi" atau penyesuaian Renstra dan Program Kegiatan dan Aksi demi penugasan penyaluran dana pinjaman untuk infrastruktur.

Cukup menarik sikap CEO Pertamina menghadapi tentangan terhadap proyek Pembangunan Pipa BBM yang kemudian tetap diteruskan dengan pertimbangan strategis tentunya. Namun, dalam menghadapi gugatan transparansi harga BBM yang merupakan kebutuhan masyarakat dan proses pengadaan BBM, sikap CEO Pertamina tidak tegas serta tuntas. Bagi MenBUMN, godaan dan kecenderungan untuk melakukan intervensi termasuk pada perusahaan publik; dan bekerja tanpa Renstra (dalam website Kementerian BUMN hanya tersedia Renstra 2012-2014) tanpa pertimbangan akan implikasinya; termasuk ketidakmampuan menghadapi intervensi dari eksternal dalam penetapan komisari BUMN, menunjukkan kelemahan karakter dan tingkat kepemimpinan yang rendah.

2. Karakter Kepemimpinan Kuat (Strong Leadership Character). Karakter kepemimpinan CEO Pelindo-II yang tetap tegar walaupun menghadapi "serangan" dari berbagai pihak termasuk internal, mengindikasikan karakter kepemimpinan yang kokoh. Demikian juga kepimpinan menjalankan pengembangan usaha pelabuhan, mengejar profitabilitas korporasi serta konsistensi pada renstra pelabuhan berdasarkan Konsep Pendulum Nusantara, serta sikap menolak intervensi dalam proses pengambilan keputusan perpanjangan kerjasama JICT (Jakarta International Container Port), terlepas dari pertimbangan dan justifikasi perpanjangan kerjasama tersebut. Sikap mengutamakan kepentingan negara dan mengantisipasi masa depan serta tekad untuk menyelesaikan permasalahan secara tuntas mengindikasikan karakter kepemimpinan yang kuat dari Menko MSD. Walaupun, selayaknya perlu diingatkan bahwa dalam menjalankan peran koordinasi dan sinkronisasi, beberapa hal pada tingkat operasional, misalnya pada penanganan operasional di pelabuhan, cukup dipercayakan pada Kementerian Perhubungan. 

Konflik, Maturitas, dan Wawasan Masa Depan

Mendapatkan karakter kepemimpinan kuat dalam lingkup tingkat kepentingan yang tinggi merupakan padanan ideal. Dalam situasi karakter kepemimpinan lemah atau tingkat kepentingan rendah atau keduanya terjadi bersamaan, para profesional CEO dan Menteri seharusnya dapat segera memahami dan melakukan tindakan koreksi.


Konflik tidak ditabukan; tetapi bukan pula "tontonan gratis dan konyol" di ranah publik. Bagi profesional dengan tingkat maturitas dan kematangan tinggi, sangat memahami penyelesaian konflik. Melakukan komunikasi dan pendekatan untuk menemukan dan menegosiasikan perbedaan dan mencapai kesepakatan dalam suatu rentang waktu, bukanlah hal luar biasa untuk dilakukan..

Para CEO BUMN adalah kaum profesional yang mumpuni. Demikian juga dalam Kabinet Kerja, yang selain MenBUMN dan Menko MSD, tercatat juga beberapa anggota kabinet yang merupakan kaum profesional dari lingkungan korporasi, pengusaha atau pemilik usaha. CEO atau pengelola korporasi, wawasan dan tanggung jawab cukup dalam korporasi. Berbeda dengan Menteri BUMN yang mengelola 119 BUMN, atau Menteri pada suatu Kementerian, atau Menteri Koordinator yang semuanya merupakan pembantu presiden dalam menjalankan amanat rakyat dan mengelola negeri. Perjalanan negeri tidak terbatas dalam rentang waktu tertentu; tetapi terus bergulir dan berkelanjutan (sustainable). 

Dalam situasi perekonomian yang penuh gejolak, sangat diperlukan sikap dan perilaku menteri yang menampilkan ketenangan dalam menghadapi tekanan; kematangan dalam bekerjasama menyusun dan menetapkan kebijakan; dan kearifan dalam menggambarkan langkah menuju masa depan berpengharapan.

Sikap dan perilaku tersebut seringkali absen; atau mungkin mereka memang tidak memilikinya.

 

Arnold Mamesah - Laskar Initiatives

Jelang akhir pekan Ketiga Oktober 2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun