Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tumbal Arwah Jelangkung - 7

25 Februari 2016   16:42 Diperbarui: 10 April 2016   19:14 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Lina segera turun dari jok sepeda motor Donni. Mereka bertiga lantas melangkah menuju teras rumah. Lantai berdebu setebal satu inci mengotori tapak sepatu mereka. Sebuah meja bundar dan dua kursi kayu teronggok lapuk dimakan rayap. Keadaan pintu depan tak kalah menyedihkan dengan meja dan kursi tadi. Gagang pintu yang sudah dol, membuat celah pintu sedikit tersingkap, bagian dalamnya bisa terlihat.

Angin meniup tengkuk Lina yang mulus. Ia mengelus pelan tengkuknya. Matanya melirik ke arah langit. Awan mendung menutupi hamparan langit sore. Rupanya, hujan akan segera turun.

“Hey teman-teman, kita langsung mulai saja pencariannya. Aku mencari di bagian belakang,“ ucap Lina seraya menunjuk halaman belakang.

“Ya sudah kalau begitu. Aku dan Heru akan mencari di dalam.“ sahut Donni sambil berpaling dari Lina, begitupula dengan Lina.

Lina bergerak menuju halaman belakang. Kakinya sudah menginjak rumput-rumput liar yang juga tumbuh di sana. Mata Lina tak luput menyisir apapun yang berada di sana.

Kali ini, pandangan mata Lina beralih pada pepohonon bambu yang tumbuh di halaman belakang. Lina melihat ada sesuatu yang aneh berdiri di antara rerimbunan pohon tersebut. Penasaran dengan apa yang dilihat, ia langsung mendatangi pohon bambu itu. Lina mempercepat gerak kakinya agar sampai ke sana meskipun rumput-rumput liar menghalangi gerakannya.

Ia sudah sampai di sana. Kini, sudah terlihat jelas apa yang berada di sana. Deru napasnya terhenti sesaat. Matanya tak mau lepas menyaksikan apa yang berada di balik rerimbunan itu. Sesosok perempuan berwajah sepucat tisu. Bola matanya kosong. Kulit wajahnya mengelupas, mengeluarkan bau anyir darah bercampur nanah. Rasanya,Lina ingin sekali memuntahkan seluruh isi perutnya, melihat wujud menjijikan perempuan itu

Telunjuk keritingnya menunjuk ke arah Lina yang sedari tadi hanya berdiri mematung tanpa sepatah gerakan pun.

“Kau akan mati...“ desisnya lemah.

Anehnya, desisan lemah itu, berdengung kuat di telinganya. Nada ancaman bernuansa magis terngiang di otaknya  Dengus napas tak lagi seirama dengan detak jantungnya yang ikut berpacu dalam dadanya.

Wussshhh!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun